Selesai mengunjungi BurjAlArab, segera menuju Ascot Hotel
tempat menginap, disana terlihat tiga buah Landcruiser putih
yang akan membawa kami ke tengah gurun sudah menunggu.
Memang sore itu kami akan mengikuti acara yang dikatakan
"Must Do" bagi turis yang datang ke Dubai : Desert Safari.
Jadi kami akan naik Landcruiser itu untuk uji nyali ngebut di
pebukitan gurun pasir, sampai saatnya menyaksikan moment
Sunset in the Desert yang indah sekali.
Tiba di hotel itu sebenarnya sudah kesorean, sekitar jam 16,
mestinya segera naik Landcruiser itu agar keburu lihat sunset,
tapi kalau langsung jalan pastilah "saltum" (salah kostum),
karena baru saja dari acara makan siang di BurjAlArab yang
pada pakai jas dan blazer segala.
Hanya dikasih waktu 10 menit, maka semua lari-lari lagi ke
kamar, tukar pakaian atau minimal tukar sepatu kets agar
tidak kesulitan saat berjalan diatas pasir gurun.
Tepat waktu, ber-iringan mobil berangkat, meninggalkan
kota dan kini berjalan di highway yang membelah gurun,
butuh waktu hampir sejam untuk tiba diareal yang disebut
Big Red.
Kini mobil keluar dari jalan aspal, menelusuri jalan berpasir
dan tiba disatu tempat dimana sudah menunggu belasan
Landcruiser lainnya.
Semua penumpang turun dan berjalan diatas pasir kuning
keemasan yang cantik, dan para sopir tampak mengurangi
tekanan angin ban mobil, tujuannya agar permukaan ban
menjadi makin lebar sehingga tidak mudah terbenam
dipasir dan juga agar bisa lebih "napak" di pasir.
Kini sudah siap, semua naik mobil, saya duduk didepan
bersebelahan dengan pak sopir yang ternyata orang
Pakistan, semua harus pakai belt. Kabarnya orang usia
tua/lemah dan anak-anak disarankan tidak ikut.
Mobil kami ternyata jadi leader, beriringan memasuki
gurun sunyi yang luas sekali itu.
Ternyata padang gurun itu tidaklah datar seperti meja,
tapi berbukit-bukit sehingga mobil berjalan naik turun,
dibeberapa tempat malah cukup tinggi dan lereng-nya
juga lumayan terjal.
Nah kini pak sopir in action, kami dibawanya ngebut
kesana kemari, ngebut bukan saja di tempat datar,
juga saat mendaki bukit dan menuruni lerengnya -
seru sekali bagai naik roller-coaster.
Pernah saat miring menuruni lereng dia tancap gas juga.
Disatu tempat pak sopir stop, kayaknya dia girang
bisa nakutin kami, tapi saya bilang " More, more !" -
tancap gas lagi dah dia, he3 - siapa takut !.
Akhirnya menjelang jam 6 sore, di tengah gurun itu
semua mobil berhenti, penumpang dipersilahkan turun.
Terlihat ada beberapa orang mencoba Sand-skiing,
meluncur menuruni lereng bukit yang cukup tinggi itu.
Bola matahari terlihat sudah merendah di ufuk barat,
makin me-merah dan sekeliling menjadi makin temaram,
sehingga terasa sekali begitu tenang dan tenteramnya
gurun pasir itu.
Semua terpukau menyaksikan pemandangan yang begitu
indah, kalau biasanya kita biasa melihat sunset di pantai -
kali ini ditempat yang sungguh unik - ditengah gurun.
Bola kemerahan telah lenyap ditelan malam, penumpang
kembali ke mobil yang kini mengarah ke sebuah camp
Bedouin yang tampak sederhana saja.
Beberapa orang mengikuti atraksi naik unta, tapi kami
langsung ketengah camp dimana ada pelataran yang
disemen, berkeliling ada meja2 pendek, sehingga kami
duduk menghadap meja makan itu bersila atau selonjoran.
Tak lama muncullah seorang penari Belly Dance, yang
diiringi musik tipikal Timur Tengah menari solo ditengah
pelataran, belakangan menarik sebagian pengunjung
untuk ikut menari bersamanya.
Tariannya lumayan, tapi tentu nggak nempil kalau
dibandingkan dengan Belly Dancing yang saya tonton
di Istanbul 12 tahun tahun lalu - disitu bukan saja penari
nya muda2 dan cantik2, tinggi besar tapi langsing2,
juga tariannya bagus sekali - gerakannya aduhai dan
musiknya juga begitu bergelora sesuai tarian-nya.
Tapi tarian di tengah gurun ini masih mending
ketimbang Belly Dancer yang muncul didepan kami
saat ber -Old and New di Kairo, walau si penari sudah
habis2an action pakai naik2 keatas kursi teteup aja
bikin bete, wong udah tante2 gendut yang mesti nya
sudah dirumah saja momong cucu.
Selesai menikmati Arabian BBQ Dinner diudara
terbuka itu, sekitar jam 20 kami kembali ke hotel.
Masuk kamar hotel sekitar jam 21, saking capenya,
malam itu saya sampai terlewat protap antisipasi
kebakaran yang selalu saya lakukan kalau masuk
kamar hotel yaitu mencari dimana letak pintu darurat-
ini prosedur penting diketahui setiap tamu hotel.
Saat menuju kamar mandi, saya hitung2 berapa
lama belum mandi sejak berangkat dari rumah,
bujugbuneng! - 30 jam !
wah kalau lihat race di pasir yah seru juga Pak Shindi,
ReplyDeletesaya cuman sering lihat di Dischovery doang
dubai the next distination pak
met ultah ya pak Didi van Holland
ReplyDeleteyang ber-ultah hari ini.
memang seru lihat video nya, waktu itu
saya kerepotan megang kamera dan handycam,
hehehe- soalnya mau dua2nya.
kalo ke Dubai nggak usah sekarang2, tahun mendatang
beberapa atraksi wah nya muncul - Dubai Mall yang akan
pegang rekor mall paling gede sa-jagat raya dan bisa
melihat Palm Shaped Island yang menakjubkan itu.
wah makasi Pak Shin ucapananya ultah he he he
ReplyDeletesiapa tahu bisa ketularan spt Pak Shin jalan jalan
lagi nungguin invitation dr temen2 yg di Dubai nih Pak (yg pada gawe di Hotel)bair dpt discount hua ha ha ha
wah, boleh juga nih melamar ke DUBAI jadi sopir sekalian jadi koki
ReplyDeleteDok, mirip pasir yang di Kulon Progo, Yogya ..suer dah, hihi...........
ReplyDeletekok yg ini kagak ada poto close up-nya pak ?
ReplyDeletepenasaran soale..
hehehehe..
Ke desert dan over night adalah salah satu pilihan week end kami yg tinggal di qatar. Pengalaman menjadikan kami berani menuruni bukit pasir dgn kemiringan 45 derajat.
ReplyDeleteah bedanya...yg jadi belly dancernya istri sendiri huehehee..
ReplyDeletemereka pinter jualan, padang pasir aja bisa dijual
kepada turis seperti itu, maka sayang kalo kita
tidak bisa memasarkan pariwisata disini.
tenaga juga efisien, sopir rangkap koki itu,he3
ReplyDeletepasirnya halus, dan tebalnya sedeng, jadi gini
kalo terlalu tebal kan roda mobil bisa amblas,
kalau pasirnya tidak tebal kan kurang seru
ReplyDeleteada, fotonya ada, nanti saya cari dan
posting disini, memang rata2 postur
penari Belly Dance itu besar2- tapi
yang di Kairo itu udah ketuaan, hehehe
ReplyDeletebung Hardjito,
masih di Qatar ? - apakah turisme disana maju ?
Masih pak, tak terasa sudah 4 thn disini. Turisme qatar jauh ketinggalan dgn dubai, disini sedang set up prasarana saja, sementara dubai terus improvisasi dgn proyek2 spetakulernya.
ReplyDeleteWow......boleh juga nih atraksinya. Saya pernah coba di Brazil di Pontra Negra, Natal, mobilnya lebih unik di Brazil. Booggie car. Pasirnya keren abis dan sudah terkenal internasional.
ReplyDeletebung Edy,
ReplyDeleteiya kalo Dubai sih lihatnya bingung,
tiap hari berubah trus katanya.
Qatar mungkin lebih kaya dari Dubai,
minyaknya lebih banyak ? - saya baca
ekonomi Dubai hanya 6 % yang dari
minyak, sebagian besar dari trading dan
turisme.
masih lama di Qatar ?
dera Vera,
ReplyDeleteoh ya ? disana juga ada gurun pasir atau
di pantai ?
salam
sm
Hummer-nya keren :)
ReplyDeletenoba naik yang ini juga pak?
ReplyDeletenggak tuh, he3.
ReplyDeletekayaknya cuma satu ini yang warna merah,
yang lain putih semua, yang merah ini bawain
aqua yang dibagikan kepada peserta safari
disaat menunggu sunset itu.
Wah, hummernya cuma dipakai buat bawain aqua :( Kalo di sini, yang bawain aqua pasti mobil yang paling jelek, hehehe.
ReplyDeletePak...enak gak arabian BBQ ?
ReplyDeletewah...pak Sin gak ikutan goyang ? hehehe
ReplyDeletekerennss......
ReplyDeleteSaat menuju kamar mandi, saya hitung2 berapa
ReplyDeletelama belum mandi sejak berangkat dari rumah,
bujugbuneng! - 30 jam !
pantesan...wanginya sampe ke sini loh pak...hahahah...
Melihatnya panas sekali tidak ada pohon, cukup melihat foto anda saja cukup.
ReplyDelete
ReplyDeleteini foto jepretan pak Ben Darmawan,
pas sekali ada mobil melintas jadi
memang keren.
BBQ disitu yah daripada nggak makan lah -
bagaimana bisa enak yang masak bapak sopir,he3.
iya soal telat mandi, pulangnya ternyata lebih lama lagi tuh
Dulu rencananya hanya 4 thn, tp kayaknya memperpanjang sendiri dulu di gurun pasir biar bisa jalan jalan terus melihat dunia.
ReplyDelete
ReplyDeletebung Edy,
iya lah mumpung masih muda,
kalo udah umur mau terbang jauh aja mikirnya seribu kali,
kalo sih pake bisnis klas,he3 apalagi pakenya A380 - mana tahan.
Pak Sindhi, ikut tour seperti ini memang cenderung melelahkan yah, kudu gerak cepat terus menerus.... Tapi senang yah, menemukan banyak hal baru.... :)
ReplyDeleteAnda berani juga yah duduk di sebelah sopir. Itu salah satu posisi yang paling mematikan lho bila terjadi sesuatu. Untung semua baik2 saja. :)
Peter,
ReplyDeletememang ikut tour begitu, udah kayak bebek digiring
kesana kemari, buru2 lagi - hehehe,
tapi ada kelebihannya yaitu jadi lihat banyak tapi
tidak mendalam, maka kapan2 ada kesempatan kita
bisa balik lagi untuk mendalami obyek2 yg menarik.
disebelah sopir - rasanya nggak apa2 tuh, kan risikonya
mobil terguling bukan tabrakan frontal, dan kalau sampai
terguling juga rasanya cukup aman karena di pasir,
bukan di bebatuan.
istri saya yg dari rumah udah deg2-an malah diem aja tuh,
saya mah bilang ke sopir more more - hehehe
P.Sindy....kalo saya lebih suka Backpaker bukannya apa P.dokter....budget terbates, he.....heee......yang penting Syahwatnya tuk jalan2 terpenuhi. Penginnya sih ikut tour, tapi apa boleh buat....
ReplyDeleteWah top banget Hummernya.....kayaknya latihan buat Relly Dakar nih P. Sindy, he.....heee..... keren P. Dokter.....
ReplyDeletelha, itu mah bukan yg saya naiki,
ReplyDeletekayaknya punya boss-nya karena
cuma satu dan malah bawa2 aqua buat dibagi-in
salam kenal...wah hbt nih kk, jd ngiri..bisa ke dubai hehe kapan yah bisa kyak kk hahah ^^!
ReplyDelete