Visit not Lijiang - Visit not Yunnan,
demikian yang kami baca dalam sebuah brosur wisata disana.
Kota Lijiang ( dibaca : li-ciang), berada diketinggian 2400 meter dpl,
dengan suhu antara 6 - 12 derajat, menawarkan aneka pemandangan
alam yang unik seperti TigerLeaping Gorge, Yulong Snow Mountain,
tempat yang bersejarah seperti First Bend of Yangtze River serta
Dayan city - old city yang dijuluki Oriental Venice dan termasuk salah
satu Unesco's World Heritage.
Perjalanan dengan memakai bus dari kota Dali menuju kota Lijiang
yang letaknya dekat dengan ujung timur Tibet Plateau
(Qingzang Plateau - Roof of the World),
serasa perjalanan saya di Tibet sekian tahun yang lalu - kami berjalan
disatu koridor yang dibatasi dua deret pegunungan dikiri kanan jalan.
Tengah hari sampailah kami di tujuan, ternyata kota yang letaknya
pojok dan jauh dari pantai ini cukup besar, mungkin seluas Bogor.
Belum lama berselang, tahun 1996, Lijiang rusak berat diguncang
gempa dengan kekuatan yang dahsyat : 7 scala Richter !.
Setelah makan siang, baru diberitahu bahwa Tiger Leaping Gorge
yang mau dikunjungi hari itu cukup jauh, sekitar 3 jam perjalanan !.
Wuah tentu pada ngedumel kenapa kaga bilang2 dari tadi -
kalau tau gini kan tadi pagi di Dali kita bangun lebih awal agar engga
kesorean kayak gini.
Akhirnya berangkat juga, eh belum terlalu jauh meninggalkan Lijiang,
jalan diluar kota yang semula lancar, menjadi macet -
wah bingung udah kesorean macet parah lagi.
Sekian lama menunggu dan saat diputuskan mau balik saja, ternyata
sudah terlambat karena jalan kembali sudah ketutup mobil lainnya
yang mulai main serobot maju memakai jalur berlawanan.
Tapi untunglah rupanya sumber kemacetan tidak terlalu jauh lagi,
bus kami akhirnya bisa lolos dan perjalanan lancar kembali
Sepanjang jalan kami melihat banyak bus turis dari arah berlawanan,
waduh gimana nih, orang lain udah pada pulang tuh !.
Sekitar jam 16.15 baru sampai di tujuan - bus parkir ditepian anak
sungai YangTze yang mengalir diantara dua deretan gunung batu
yang tinggi terjal.
Kami disuruh milih : mau jalan kaki atau naik rickshaw (semacam
beca yang ditarik manusia), tapi kalau jalan kaki pulang pergi bisa
makan waktu dua jam !!. Whoaaa !?
Melihat sudah begitu sore dan mendung gerimis kecil, maka dengan
berat hati terpaksa kami tega2-in "menyiksa" sesama manusia -
kami naik sebecak berdua dan tukang beca itu lalu mengangkat
dua batang pipa besi penarik rickshaw dan mulai berjalan. (foto)
Kecepatannya sih boleh dikata sama dengan jalan kaki, jalanannya
kurang rata karena terbuat dari belahan batu gunung maka
walaupun rickshaw itu memakai ban sepeda tetap tidak nyaman
karena terasa gerudugan terus.
Jalan kecil itu dibuat sepanjang tepian sungai - hebatnya dibuat
dengan memapas dinding tebing gunung batu itu pada lokasi yang
cukup tinggi dari permukaan air sungai. (foto)
Selain berjalan melipir lereng gunung, juga dua kali masuk terowongan .
Pemandangan tentu sangat mengesankan, kita berjalan menelusuri
lereng gunung batu dengan sungai deras dibawah kita, dan diseberang
tampak tebing batu pegunungan yang serupa dengan gunung yang
kita jalani.
Akhirnya setelah 25 menit sampailah kami ke Tiger Leaping Gorge,
tampak sungai deras yang mengalir diantara dua kaki pegunungan ini
menyempit karena banyak bongkahan2 batu yang menyembul ditengah
sungai, rupanya bebatuan ini dahulu jatuh dari atas tebing gunung.
Sebongkah batu berukuran raksasa berada persis ditengah sungai -
batu inilah yang menjadi legenda :
ada macan sakti yang bisa meloncati sungai dengan memakai batu
besar ditengah sungai itu sebagai batu tumpuan.
Di lokasi ini dibuatkan tangga untuk pengunjung bisa turun sampai
ketepian sungai maupun naik sampai keatas lereng gunung,
sehingga kami bisa kesana kemari mencari lokasi berfoto yang bagus.
(foto).
Diseberang sungai tampak beberapa bus, yang datang dari Shangrilla -
kota wisata lainnya yang sayang tidak sempat kami kunjungi.
Kami tidak berlama-lama disana, karena di lokasi itu sudah tidak ada
pengunjung lainnya dan cuaca sore juga makin mendung.
Betul saja baru saja kami naik rickshaw, hujan mulai turun -
untung saja rickshaw itu ada atapnya.
Setelah membayar ongkos 40 yuan, ditambah tip 20 yuan lagi,
segera kami bergegas naik bus karena sudah jam 18 dan masih ada
satu lagi obyek menarik yang mau dikunjungi yaitu :
First Bend of YangTze River.
Untunglah walau tiba di First Bend sudah hampir jam 19, cuaca
masih cukup terang (matahari ternyata baru hilang sekitar jam 20).
Sungai YangTze biasanya sulit disebrangi karena lebar dan dalam,
tapi di First Bend ini, aliran sungai YangTze tertahan deretan gunung
sehingga berbalik arah hampir berbentuk letter U.
Pada kelokan yang tampak lebar itu, air sungai terlihat dangkal dan
terdapat sebuah delta cukup besar ditengahnya.
Alkisah, disitulah tentara Mongol pimpinan Kubilai Khan menyebrang,
mereka datang dari arah utara untuk menyerang Yunnan.
Karena orang gurun ini tidak bisa berenang, maka mereka memakai
pelampung dari kulit kambing yang dijahit dan ditiup.
Belakangan saat LongMarch-nya Red Army yang juga legendaris itu,
tentara komunis MaoTseTung dibawah pimpinan Marsekal ChuDe
yang dikejar-kejar tentara Nasionalis ChiangKaiShek - menyebrang
juga ditempat yang sama ini.
Dari tempat yang agak tinggi kami memandang kelokan legendaris itu,
cuaca yang mulai redup menambah kuat kesan kami saat coba mem-
bayangkan ratusan mungkin ribuan orang dijaman dahulu yang nekat
menyebrang sungai dengan berjalan kaki itu. (foto)
Sekitar jam 20 barulah kami tiba kembali di kota Lijiang, dan
menginap di Plaza Hotel yang berbintang empat, yang seperti di
hotel-hotel lainnya di propinsi Yunnan ini -
ada aqua dispenser disetiap kamar.
Hotel itu cukup besar tapi herannya sepi sekali sampai kami merasa
serem saat berjalan di koridor kamar hotel.
Esok paginya saat breakfast di restoran hotel ini, saya "kesulitan"
dalam mencari nasi goreng diantara deretan aneka masakan yang
tersaji karena yang ketemu labelnya bertuliskan : FIRED Rice ! .
No comments:
Post a Comment