view dari jalan menuju ke Pelabuhan Ratu, semula jalannya masih mulus, tapi setelah tanjakan ini jalannya hancur
Menelusuri Pantai Selatan Banten : Malingping - Pelabuhan Ratu.
Kalau diperhatikan Pulau Jawa ini selain mempunyai Jalur Pantura
yang membentang dari barat ke timur antara Anyer - Banyuwangi,
juga mempunyai 2 jalur lainnya yang sejajar dengan jalur Pantura itu,
yaitu jalur Selatan dan Jalur Tengah.
Memang di Jawa Barat tidak begitu nyambung, tapi Jawa Tengah
dan Jawa Timur sudah terbentuk jaringan jalan itu.
Saya sudah pernah melalui hampir seluruh jalur itu, kecuali ruas
/segmen jalan antara Malang-Jember-Banyuwangi.
Suatu saat saya ingin melalui ruas jalur selatan Banten, yaitu
Pandeglang - Malingping - sampai tembus ke Pelabuhan Ratu.
Maka dibulan Desember 1997, saya menuju Pandeglang, kemudian
mengarah ke Anyer dan sekitar 20 km setelah Pandeglang - di desa
Seketi belok kearah selatan menuju ke Malingping.
Memasuki jalur ini, saya mulai waswas, karena akan memasuki
wilayah selatan Banten yang dalam dugaan saya masih hutan,
tapi ternyata dugaan itu meleset jauh sekali.
Sepanjang jalan menuju Malingping yang berjarak sekitar 40 km
itu, ternyata kiri kanan jalan "terang sekali" -
banyak kampung yang hampir nyambung menyambung.
Juga jalannya ternyata hotmix yang lumayan mulus , karena jalan
relatif sepi, maka saya kaga tahan untuk tidak ngebut, sampai2
ibu mertua yang duduk di kursi belakang ngedumel :
" kalau sopir mama, udah mama berentiin !! " --- hehehe.
Malingping lumayan ramai, mirip dengan Anyer, tidak jauh keluar dari
kota Malingping sudah mencapai pantai selatan pulau Jawa.
Setelah terminal bus ada pertigaan dimana kalau belok ke kiri ( ke Timur)
mengarah ke Pelabuhan Ratu, tapi saya membelok ke kanan karena mau
mengunjungi pantai Bagedur dulu.
Setelah berjalan sekitar 2-3 km, ada petunjuk kekekiri dan kami memasuki
jalan tidak beraspal.
Saya sempat ragu karena sepi dan di-kiri kanan pepohonan/semak2,
dan sekitar 500 meter barulah tiba di pantai.
Pantai Bagedur lumayan bagus, pantainya lebar - pasirnya putih dan keras
kelihatannya mobil bisa jalan diatasnya
Ada penginapan/cottage tapi kurang terawat - mungkin karena tamunya
sedikit.
Kami tidak lama disana, kembali kejalan raya dan menuju ke timur -
mengarah kekota Bayah yang berjarak sekitar 28 kilometer.
Mobil berjalan tidak jauh dari pantai, melewati jalan yang masih tetap mulus,
dan pemandangan disepanjang jalan ini terasa nostalgik, karena waktu
se-akan2 di stel mundur ke jaman Belanda.
Tidak banyak bangunan2 baru sepanjang jalan, malah ada jembatan cukup
panjang yang kelihatan buatan jaman baheula.
Kami sempat berhenti disana, menuruni sungai yang walau lebar tapi airnya
tidak memenuhi keseluruhan lebarnya sungai, sehingga ada tanah berbatu
yang bisa kita injak.
Dari muara sungai itu kami berfoto dengan latar belakang jembatan kuno itu.
Menyenangkan sekali berada di muara sungai yang lebar, tapi airnya jernih
dan dangkal.
Di kota Bayah , untuk menuju ke Pelabuhan Ratu, bisa memilih apakah terus
lurus ketimur melewati Cibareno, atau melambung ketimur laut menuju Cikotok.
Karena penasaran ingat masa kecil ada pelajaran ilmu Bumi yang menampilkan
Cikotok sebagai tambang emas, maka kami belok kearah kota ini.
Perjalanan sekitar 12 kilometer itu melalui jalan desa yang tidak sebagus hotmix,
dan Cikotok ternyata kotanya kecil saja - boleh dikata se-ukuran desa saja.
Kami sempat menemui Base-camp perusahaan pertambangan, tapi ternyata
lokasi tambang emas yang masih aktif digali terletak jauh dari situ.
Sayang sekali saat itu, saya belum mengenal Bambang, seorang karyawan di
Tangerang yang orang tuanya masih tinggal disana. Bambang bilang kalau
pamannya bisa mengantar me-lihat2 bekas tambang yang letaknya engga jauh
dari base camp tersebut.
Karena saat itu sudah terlalu siang, dan diperkirakan akan terlalu malam kalau
pulang lewat Pelabuhan Ratu maka kami putuskan untuk kembali ke Tangerang
lewat jalan yang sama yaitu lewat Malingping lagi.
Setahun kemudian, barulah kami kembali ke Bayah, kali ini dengan persiapan
matang mencoba tembus ke Pelabuhan Ratu dan akan menginap di Cipanas.
Di kota Bayah itu, kami sempat ragu2 apakah mengambil rute Cibareno yang
lebih pendek ( 20 km ) ataukah melambung ke Cikotok - Pasir Kurai (yang -
kabarnya hawanya sedingin Puncak) yang lebih jauh yaitu 40 km.
Setelah tanya2, kami memilih lewat Cibareno dan setelah buka bekal makan
siang di pantai Karang Taraje yang menjadi tempat wisata setempat maka
mulailah perjalanan mengarah ke utara menjauhi pantai.
Jalan mulai menanjak dan diujung tanjakan panjang itu kami sempatkan berhenti
karena pemandangan kebawah kearah pantai Karang Taraje itu indah sekali.
Setelah tanjakan itu, kami mulai heran koq jalannya mulai dikit2 rusak,
dan akhirnya jalan yang ditemui adalah jalan yang engga bisa dipilih lagi :
dahulunya sih diaspal tapi sudah tergerus air sehingga disana sini penuh
lubang yang memenuhi jalan yang dalamnya bisa sampai sejengkal.
Perjalanan sejauh 20 km itu boleh dikata 90 % pakai gigi satu !!,
dan konyolnya lagi kami memakai kendaraan Mitsubishi jenis sedan.
(informasi yang kami terima sebelumnya - jalannya mulus !!).
Berbeda dengan perjalanan sebelumnya, selain sekarang berada di-bukit2
penuh pepohonan, juga jarang ketemu orang, jadi mau nanya jalan juga susah.
Rupanya kesengsaraan belum cukup - turun hujan lebat !, membuat suasana
makin mencekam.
Kami sempat bertanya kepada penduduk, mereka bilang :
"didepan sana mobil PC aja kemarin ada yang kebebes".
(mobil PC itu mobil semacam jeep kuno; kebebes = nyangkut).
Tapi karena sudah kepalang jalan jauh maka kami teruskan saja.
Di satu tempat yang sudah begitu jauhnya, saya terhenti karena terkejut
melihat didepan ada jalan menanjak begitu curam dan panjang.
Sebenarnya engga masalah kalau aspalnya mulus, tapi ditempat itu jalan
begitu ber-lubang2 yang menyulitkan untuk mengatur kecepatan.
Kalau sampai salah mengatur kecepatan kendaraan bisa mati mesin dan
mobil bisa mundur tidak terkendali.
Setelah mengumpulkan keberanian, maka mulai maju tetap dengan gigi
satu - zigzag menghindari lubang2 itu, tapi ditengah tanjakan ada lubang2
memenuhi lebar jalan, begitu rapat sehingga saya ragu mau kemana
dan mesin mati !!
Mobil benar saja mundur karena tanjakan itu benar2 curam, dan hampir
saja roda belakang terjerumus masuk selokan pinggir jalan.
Kami turun dulu dari mobil, ambil nafas lega dulu, dan berunding apakah
kita terus atau menyerah balik.
Kami tidak bisa lama2 disitu karena dibawah tanjakan sudah ada mobil
truk yang nunggu mau nanjak juga.
Akhirnya karena sudah agak sore, maka diputuskan nekat teruskan saja.
Mobil digeber paksa sampai bannya ber-decit2 berasap - dijalankan
zigzag masuk keluar lubang, dan lega sekali akhirnya sampai juga kepuncak
bukit itu.
Dan astagaaa !!! ---- dari puncak bukit itu terlihat pantai Pelabuhan Ratu
jauh dibawah, dengan Samudra Beach Hotel tampak kecil dikejauhan.
Pemandangan dari posisi itu kearah teluk Pelabuhan Ratu indah sekali,
pantainya yang melengkung dengan bangunan hotel tampak sebesar kotak
korek api - sungguh sangat indah mengesankan.
Kami benar2 sangat lega, apalagi kalau mikir betapa konyolnya kalau
tadi kami menyerah balik lagi ke Bayah.
Dan kemudian kami sampai geleng2 kepala karena tidak saja jalan setelah
puncak bukit kembali mulus tanpa lubang2 , juga karena setelah menuruni
tanjakan itu - hanya beberapa menit kemudian sudah menemui pertigaan
ke Cisolok.
Bayangkan kalau tadi kita nyerah engga memaksa mencoba menyelesaikan
tanjakan itu.
Setelah beristirahat di Cisolok, kami meneruskan ke Pelabuhan Ratu -
Sukabumi dan sekitar jam 20 tiba di Cipanas.
sayang fotonya kurang tajem,
ReplyDeletetapi ceritanya asik tuh.
ReplyDeletebetul,
maka sebenarnya agak males posting cerita perjalanan ini karena
foto2nya engga mendukung,
cuma saya pikir ada baiknya saya menceritakan rute wisata
yang cukup menarik tapi kurang dikenal ini -
barangkali ada yang tertarik mau datang ke tempat tsb -
hanya perlu di-check dulu kondisi jalannya karena sering
rusak,sedangkan kalau sudah sampai disana repot untuk
balik lagi.
salam
sm
pak sindhi .. kalo berpetualang gini ajak2 doong .. nanti saya yg motret deh, hehehe.
ReplyDeleteWah seru ceritanya, pak Sindhi (+istri dan mertua) bener2 petualang ya. Saya juga mirip dengan pak Sindhi suka melakukan hal seperti itu, cuma bedanya saya sengaja sendiri kalo lagi jalan dengan mobil gitu, biar lebih "deg-degan", sampai jauh2pun saya lebih suka sendiri (paling ditemanin camera), saya juga suka berpetualang pak.
ReplyDeleteDuh, makasih bgt Oom Sindhi sdh share pengalamannya! Sungguh menarik & asyik! Utk org2 yg gak punya kesempatan pergi ya hanya bisa baca petualangannya aja... :'(
ReplyDeleteSalam!
ReplyDeletehallo,
perjalanan di sepanjang pantai selatan memang asyik,
terasa beda dengan pantai barat/utara Jawa, karena
terasa masih asli gitu,
saya juga kepengen lagi kesana, kendalanya jalan
disana tidak stabil - sering rusak, dan berita tsunami
memang bikin rada ngeper juga, he3.
haloo,
ReplyDeleteaduuuuh liat potonya jadi kangen nich,hmm berasa ada dirumah sendiri.oh ya saya dr cikotok pa...,waahh potonya kalau bisa ditambah lagi,oh iya kira2 itu difotonya tahun berapa ya??.sayang sungguh sayang sekrng tambang emas cikotok tinggal kenangan,baru kemarin-kemarin ditutup,hmmm entah apa jadinya cikotok sekrng tanpa pertambangannya???kapan pa maen lg kecikotoknya?....:
ReplyDeletehallo bung Tri,
memang sudah lama sekali ke Cikotok itu,
pengen juga mengulangi rute itu, hanya harus
tanya2 dulu kondisi jalannya,
saya ada kenalan orang Cikotok juga mungkin
anda kenal : Bambang Herwandi, kerja disalah satu
pabrik di Tangerang, dia pernah ngajak saya kesana
dan nantinya akan diantar pamannya ke lokasi tambang
yang sudah ditinggalkan itu, menarik sekali tapi
belum ada kesempatan.
salam
sm
aduh bentar lagi saya pidah ke sana tuh... he2.. salam kenal
ReplyDeletesalam kenal juga bung,
ReplyDeletepindah kemana ?
iraha ka mlp deui?
ReplyDeleteDear Pak Sindhi, saya juga pernah melewati Cibareno, dengan alasan jaraknya lebih pendek, namun apa yang saya temui persis dengan yang Anda jelaskan. Awalnya jalannya rusak sedikit, tapi makin dijalani makan bentuk jalan semakin bubar.... mau balik lagi sudah tanggung, dan sudah magrib. Waktu itu (tahun 2004) saya naik mobil Suzuki Aerio, dengan total penumpang 4 orang. Selama melewati jalan hancur tersebut, hanya saya yang nyetir, laennya turun jalan kaki sambil memandu mobil supaya tidak kejeblos lubang...... Sebuah pengalaman yang mencekam memang.....
ReplyDeleteSalam kenal Pak Sindhi, senang sekali membaca caper anda ke Bayah. Saya pernah kesana sekitar tahun 1993. Rencananya kami mau survey tempat penginapan disana, tapi setelah menjelajah kesana kemari kami tidak menemukan penginapan. Akhirnya kami kembali ke Tangerang/Jakarta. Menyesal juga kami tidak meneruskan ke Pelabuhan Ratu, karena kami langsung putar balik sebelum Cikotok. Waktu putar balik itulah kami kemudian melihat pemandangan yang indah sekali. Kebetulan karena posisinya agak diatas, terlihatnya pantai dari atas bukit. Luar biasa, bagaimana kalau kami melihat Pelabuhan Ratu dari atas? pasti lebih indah lagi.... Mudah-mudahan masih ada kesempatan bagi saya untuk berkunjung ke daerah situ lagi, salam Widhy
ReplyDeletebung Alex,
ReplyDeletewah rupanya se nasib kita dulu yah,
bener2 pengalaman yang mencekam, istri saya
sampai kumat tuh jantung nya saat di tanjakan
terakhir (debar2 hebat) dan baru pulih setelah
sampai di Cipanas.
tapi saya kapan2 mau lagi kesana, karena rute
lewat Pasir Kurai katanya pemandangannya bagus,
dengar2 juga akan dibuat jalan dari Cikotok ke
utara nembus ke sekitar Jasinga, wah kalau ini bener
jadi bakal seru karena itu menembus daerah yang
selama ini terisolir.
salam
sm
salam kenal juga Widhy,
ReplyDeletekayaknya anda sudah melewati Bayah tuh, dimana kalau nengok
kebelakang melihat pemandangan pantai sekitar Karang Taraje,
memang bagus sekali (coba lihat foto saya yg di tanjakan itu),
memang ke Cisolok masih jauh dan tahun itu sih jalannya
masih hancur, nah kalau sekarang teman2 Jalansutra bilang
jalannya sudah bagus sekali, cuma tulisan di Kompas bilang
jalan menuju Sawarna msih ancur berat.
Mudah2an dalam waktu dekat ada yang kesana lagi dan
bisa memberikan laporan terakhir situasi jalan disana.
salam
sm
Taun Berapa Photo Cikotoknya?
ReplyDeletebung Indra,
ReplyDeleteseperti di cerita saya itu - tahun 1997
Bung sindhiarta, saya mau tanya. seandainya kita pergi ke Banten selatan seperti Malingping dan Bayah, apakah ada banyak penginapan yang"sehat buat Keluarga" dan bagaimana dengan Pom Bensin? apakah juga banyak tersedia. Terus terang dari dulu saya sangat berminat ke tempat ini, tetapi rasanya " gelap" buat saya
ReplyDeletepak Heru,
ReplyDeleteterakhir Desember lalu teman saya lewat dengan lancar -
jalan bagus katanya, entah sekarang, nanti saya cari nomer
HP beberapa dokter puskesmas yg mudah2an masih tugas
didaerah tsb.
soal penginapan, kayaknya sih nggak ada yang bagus, atuh
mending nginep di Pelabuhan Ratu.
bensin nggak masalah, kalo ngisi di Pandeglang mestinya
cukup, makanan mending bawa bekal karena di jalur itu
nggak ada restoran yang bagus.
pak Heru coba email Yati di : robiyati04@yahoo.com
dia belum lama lewat sana juga, jadi bisa kasih cerita lebih
fresh ketimbang saya.
kalau saya ketemu no HP dokter2 itu, nanti saya kirimkan
ke MP pak Heru.
salam
sm
Pak Sindhi saya ke banten selatan pertama kali dan terakhir tahun 1998, waktu itu jalannya bener2 parah banget. Kebetulan waktu itu masih kenceng2nya nurutin nafsu mancing. Jadi pengin lagi mencoba...
ReplyDeletehallo,
ReplyDeletesaya dua kali kesana, dua kali itu sampai dengan Bayah bagus,
nah yang diteruskan ke Pelabuhan Ratu itu yang ampun2-an.
pak Bambang itu bilang jalannya sekarang lagi bagus, ayo atuh
kesana lagi, bulan Desember ada dua hari Senin libur nasional,
sayangnya sudah masuk musim hujan.
hallo,
ReplyDeletesaya dua kali kesana, dua kali itu sampai dengan Bayah bagus,
nah yang diteruskan ke Pelabuhan Ratu itu yang ampun2-an.
pak Bambang itu bilang jalannya sekarang lagi bagus, ayo atuh
kesana lagi, bulan Desember ada dua hari Senin libur nasional,
sayangnya sudah masuk musim hujan.
Pak ini kota waktu saya kecil lho, almarhum bapak kerja di pertambangan ini, wah nostalgia juga......
ReplyDeleteHalu Pak, sekarang saya mau nyontek perjalanan Bapak yang ini (sebelumnya ke Tj Pasir). Liburan lebaran ini, niat ke Bayah trus ke Pelabuhan Ratu....lagi nyari2 informasi jalan....saat ini bagaimana kondisi jalannya ya...mending lewat Cibareno atau Cikotok (mungkin Bapak punya informasi)
ReplyDeletesemasa kecil cikotok menjadi tempat vafotit saya untuk berlibur...!! i miss this place...!!
ReplyDeletealmarum kake saya pernah bekerja di pertambangan ini...
ReplyDeletesaya ingin kandang sukamanh yg menjadi kotabuana
ReplyDeletesalam buat teman di kandang sukamanah dan buana ..ayoufz ma'ruf wslm
ReplyDeletesalam buat teman di kandang sukamanah dan buana ..ayoufz ma'ruf wslm
ReplyDelete