Foto2nya banyak cuma belum saya sempat beresin, satu2 dah, ceritanya juga masih bentuk oret2an hehe.
Masuk ke biara boleh, itu masih merupakan tempat suci dan dijaga ketat - semua tas apalagi kamera+hp harus ditaruh di locker dan harus berpakaian sopan rapih, berbagai bangunan itu adalah tempat persembahyangan, ada berbagai patung yang dipuja, termasuk satu lokasi yg legendaris yaitu ceruk gua dimana Guru Rinpoche di abad 8 datang kesitu naik flying tiger dan bermeditasi - ceruk gua itu sekarang ditutup pakai pintu kecil - hanya dibuka setahun sekali dan hanya sehari pula.
jalan setapak sampai kaki biara itu sih aman walau jurang dalam ditepinya, tapi banyak pepohonan, kuda yang kami naiki sampai kedekat sana itu herannya maunya jalannya yang pinggiran jurang aja, saya bukan khawatir jatuh kedasar jurang karena pasti tersangkut oleh pepohonan - tapi khawatirnya ketindih badan kuda yg gede itu, bisa pada patah tulang kita.
pasti nyampe, kami diberitahu bahwa siapkan waktu naik 3 jam dan turun 2 jam - ternyata itu ukuran anak muda yg jalan kaki, untunglah kami memberanikan diri naik kuda, itu aja sampai dua rit @ 45 menit dan ditambah terakhir naik turun tangga jalan kaki 45 menit juga, barulah nyampe ke biaranya. ada tiga teman nggak berani naik kuda akhirnya tewas ditengah jalan dan balik lagi, masih untung sempat lihat TigerNest dari sebrang gunung, jadi nggak kelewat penasaran. foto2 belum sempat semua saya upload, tapi di FB sudah banyak juga
Cakeeep Pak Dokter..........hmmmmmm kalo menempuh tiger nest skala tingkat kesulitan ant 1 sd 5, yang ini ada di berapa? 4 kali ya......... Dari Tiger Nest pemandangannya bagus juga kah? Tengkyu Pak dah sharing.......
De, sebenarnya ga sulit, kalo umur saya separuh sekarang mah dilalap sama sayah hehe- itu jalan setapak sekitar 7 km, ketinggian sekitar 3000 meter dpl - ada foto2 memperlihatkan berapa tinggi kita mesti naik - nanti saya upload, kalo 3000 mtr kan masih encer ketimbang di Lhasa yg hampir 4000 meter shg kita jalan cepet dikit aja jantung udah gedebag gedebug, disini nggak sampe kayak gitu. Si Reinhard dan pak Ijung kuat tuh, dia jalan kaki trus dari bawah - gile, Ijung rupanya tiap Minggu naik gunung di Lembang, jadi biar rokoknya kayak kereta api tapi nafasnya alot, si Reinhard sempet ijo kuning mukanya tapi nyampe ampe tuntas dia.
Kalo "curang" naik kuda sih encer lah - kita hanya mesti jalan kaki naik turun tangga batu yang memang lumayan curam, sekitar 45 menit juga dan itu sih nggak masalah. Naik kuda nggak usah biasa naik, karena kudanya udah sangat terbiasa - jadi walau ada dibeberapa tempat jalannya lumayan curam tapi si kuda bisa lewati dg mantep, paling seremnya tuh kuda jalannya koq maunya di pinggiran tepi jurang ajah, nggak mau dia rada tengahan, saya sih nggak takut kejebur ke jurangnya karena banyak pepohonan walau tuh jurang dalam - tapi takutnya ketindih body kuda - pasti pada patah deh tulang.
bahan bangunan diangkut pakai kuda dan keledai sampai ake titik dimana hewan itu nggak bsia naik lagi, dilanjutkan diangkut pakai tenaga manusia. memang jurangnya dalam sekali dan dinding tebing dimana dibangun biara itu nyaris tegak lurus
ya nyampe, jadi arah tangga ada dikiri foto, menuruni dinding tebing sampai kedekat sebuah air terjun yang tinggi, baru naik tangga lagi, lumayan goyah dengkul, yang penting jalannya pelan2, kalau cepat2 jantung akan deg2an berat
belum sempat - ini baru pindahkan sebagian oret2an ke komputer, fotonya juga baru dipindah ke komputer, yang di upload ke MP ini dari Bb segera nanti diupayakan tulis ceritanya :)
bikin penasaran aja pingin kesana ... pasti indah sekali ya pak Sindhi ... kok ya seneng repot toh orang2 itu bikin biara di daerah macam gini ... hebat ... salut juga buat pak Sindhi dan istri yang masih kuat staminanya
bu Lisa, saya tau tentang Taksthang ini dari pak Aswin yang duluan kesana bersama keluarga, dan untungnya sesaat sebelum berangkat beli buku bu Nanny Budiman - disitu diceritakan betapa beratnya perjalanan dan disarankan naik kuda, bener aja kalau saja takut pakai kuda nggak bakalan kuat dah kelokasi itu. itu dianggap tempat suci, jadi walau banyak turis kesana dan pasti banyak juga yg tidak kuat - tidak akan dibuatkan cable car.
Tempat yg sangat eksotik....salut buat pak Sindhi dan ibu yang penuh perjuangan sudah sampai disana....slalu menarik membaca perjalanan pak sindhi dan foto2nya....
boleh masuk ke biaranya ga' om ? seperti apa isinya ? masih "beroprasi" atau sudah jadi objek wisata saja ? thx :)
ReplyDeleteBaru fotonya, ceritanya belum dipasang?
ReplyDeleteFoto2nya banyak cuma belum saya sempat beresin, satu2 dah,
ReplyDeleteceritanya juga masih bentuk oret2an hehe.
Masuk ke biara boleh, itu masih merupakan tempat suci dan dijaga
ketat - semua tas apalagi kamera+hp harus ditaruh di locker dan
harus berpakaian sopan rapih, berbagai bangunan itu adalah tempat
persembahyangan, ada berbagai patung yang dipuja, termasuk satu
lokasi yg legendaris yaitu ceruk gua dimana Guru Rinpoche di
abad 8 datang kesitu naik flying tiger dan bermeditasi - ceruk gua itu sekarang ditutup pakai pintu kecil - hanya dibuka setahun sekali dan hanya sehari pula.
wow..cakep ya Dok, tapi blm pernah ada yg jatuh kan dok?
ReplyDeletei will be there some day dok.
ReplyDeletejalan setapak sampai kaki biara itu sih aman walau jurang
ReplyDeletedalam ditepinya, tapi banyak pepohonan,
kuda yang kami naiki sampai kedekat sana itu herannya
maunya jalannya yang pinggiran jurang aja, saya bukan
khawatir jatuh kedasar jurang karena pasti tersangkut
oleh pepohonan - tapi khawatirnya ketindih badan kuda
yg gede itu, bisa pada patah tulang kita.
pasti nyampe, kami diberitahu bahwa siapkan waktu naik 3 jam dan turun 2 jam - ternyata itu ukuran anak muda yg jalan kaki,
ReplyDeleteuntunglah kami memberanikan diri naik kuda, itu aja sampai dua rit @ 45 menit dan ditambah terakhir naik turun tangga jalan kaki 45 menit juga, barulah nyampe ke biaranya.
ada tiga teman nggak berani naik kuda akhirnya tewas ditengah jalan dan balik lagi, masih untung sempat lihat TigerNest dari sebrang gunung, jadi nggak kelewat penasaran.
foto2 belum sempat semua saya upload, tapi di FB sudah banyak juga
Interesting maning... :-)
ReplyDeleteCakeeep Pak Dokter..........hmmmmmm kalo menempuh tiger nest skala tingkat kesulitan ant 1 sd 5, yang ini ada di berapa? 4 kali ya......... Dari Tiger Nest pemandangannya bagus juga kah? Tengkyu Pak dah sharing.......
ReplyDeleteDe, sebenarnya ga sulit, kalo umur saya separuh sekarang mah
ReplyDeletedilalap sama sayah hehe- itu jalan setapak sekitar 7 km, ketinggian sekitar 3000 meter dpl - ada foto2 memperlihatkan berapa tinggi kita mesti naik - nanti saya upload, kalo 3000 mtr kan masih encer ketimbang di Lhasa yg hampir 4000 meter shg kita jalan cepet dikit aja jantung udah gedebag gedebug, disini nggak sampe kayak gitu.
Si Reinhard dan pak Ijung kuat tuh, dia jalan kaki trus dari bawah - gile, Ijung rupanya tiap Minggu naik gunung di Lembang, jadi biar rokoknya kayak kereta api tapi nafasnya alot, si Reinhard sempet ijo kuning mukanya tapi nyampe ampe tuntas dia.
Kalo "curang" naik kuda sih encer lah - kita hanya mesti jalan kaki naik turun tangga batu yang memang lumayan curam, sekitar 45 menit juga dan itu sih nggak masalah. Naik kuda nggak usah biasa naik, karena kudanya udah sangat terbiasa - jadi walau ada dibeberapa tempat jalannya lumayan curam tapi si kuda bisa lewati dg mantep, paling seremnya tuh kuda jalannya koq maunya di pinggiran tepi jurang ajah, nggak mau dia rada tengahan, saya sih nggak takut kejebur ke jurangnya karena banyak pepohonan walau tuh jurang dalam - tapi takutnya ketindih body kuda - pasti pada patah deh tulang.
nyampe ke sana nggak oom?
ReplyDeletedulu gimana bangunnya ya... ?
ReplyDeletebahan bangunan diangkut pakai kuda dan keledai sampai ake titik dimana hewan itu nggak bsia naik lagi, dilanjutkan diangkut pakai tenaga manusia. memang jurangnya dalam sekali dan dinding tebing dimana dibangun biara itu nyaris tegak lurus
ReplyDeleteya nyampe, jadi arah tangga ada dikiri foto, menuruni dinding tebing sampai kedekat sebuah air terjun yang tinggi, baru naik tangga lagi, lumayan goyah dengkul, yang penting jalannya pelan2, kalau cepat2 jantung akan deg2an berat
ReplyDeletewaaah, nyampe Bhutan juga :-)
ReplyDeleteditunggu yang lengkap ya...., yang ini aja udah seru bener liatnya :-)
belum sempat - ini baru pindahkan sebagian oret2an ke
ReplyDeletekomputer, fotonya juga baru dipindah ke komputer, yang
di upload ke MP ini dari Bb
segera nanti diupayakan tulis ceritanya :)
bikin penasaran aja pingin kesana ... pasti indah sekali ya pak Sindhi ... kok ya seneng repot toh orang2 itu bikin biara di daerah macam gini ... hebat ... salut juga buat pak Sindhi dan istri yang masih kuat staminanya
ReplyDeletebu Lisa, saya tau tentang Taksthang ini dari pak Aswin yang
ReplyDeleteduluan kesana bersama keluarga, dan untungnya sesaat sebelum
berangkat beli buku bu Nanny Budiman - disitu diceritakan betapa
beratnya perjalanan dan disarankan naik kuda, bener aja kalau
saja takut pakai kuda nggak bakalan kuat dah kelokasi itu.
itu dianggap tempat suci, jadi walau banyak turis kesana dan
pasti banyak juga yg tidak kuat - tidak akan dibuatkan cable car.
Tempat yg sangat eksotik....salut buat pak Sindhi dan ibu yang penuh perjuangan sudah sampai disana....slalu menarik membaca perjalanan pak sindhi dan foto2nya....
ReplyDeletethanks, saya akan usahakan dalam waktu dekat
ReplyDeletemenulis perjalanan kemarin yg dimulai ke Laos dulu