Orang Jepang mempunyai berbagai tradisi yang unik, salah satunya
adalah Hanami, yaitu "melihat bunga" (Hana = bunga, Mi = melihat).
Selintas terasa aneh, istimewanya apa sih kegiatan melihat bunga?.
Ternyata uniknya, pertama karena bunganya adalah Sakura,
yang walau tidak resmi menjadi bunga negara, tapi dalam budaya
Jepang bernilai sakral.
Kemudian, mekarnya singkat kurang lebih sepuluh hari saja, sesuai
perubahan suhu udara yang menghangat menjelang musim semi.
Maka Okinawa, pulau paling selatan kepulauan Jepang ini mendapat
giliran paling awal - Sakura mekar sekitar awal Maret.
Terakhir sekitar bulan Mei di Hokkaido - pulau paling utara.
Sejak zaman Heian sekitar tahun 794, para bangsawan terbiasa
mengadakan pesta menyambut mekarnya Sakura..
Mekarnya bunga Sakura yang merupakan lambang kebahagiaan
karena telah tibanya musim semi, juga bertepatan dengan mulainya
tahun ajaran baru dan juga tahun fiskal.
Saat mekarnya Sakura itu, orang tidak hanya sekedar berjalan-
jalan menikmati keindahan bunga, tapi juga duduk-duduk dibawah
pohon Sakura, makan dan minum bersama teman dan keluarga,
inilah yang disebut Hanami (cherry blossom viewing party).
Makan minum bersama di bawah pohon Sakura yang sedang mekar
cantik itu dipercaya bisa mendatangkan rezeki setahun kedepan.
Sakura biasa ditanam berkelompok dalam jumlah besar di taman,
saat musim semi pemandangan taman indah sekali seakan diselimuti
warna putih/pink/kuning muda bunga sakura yang mekar bersamaan.
Minggu, 6 April 2008 sebenarnya hari terakhir perjalanan kami di Jepang,
tapi justru di hari itulah tujuan utama kami ke Jepang kali ini yaitu ingin
melihat Hanami di Ueno Park, sebuah taman ditengah kota Tokyo yang
ditanami sampai seribu-an pohon Sakura.
Perasaan tegang juga karena tanggal 6 April itu sudah hari-hari akhir
mekarnya Sakura di Tokyo, khawatir bunganya sudah keburu rontok.
Dalam bus saat perjalanan dari Kawaguchi ke Tokyo itu seperti biasa
Elly Takura-local guide kami ini banyak bercerita hal-hal yang seru.
Kali ini tentang kegiatan kesehariannya naik kereta dari rumahnya
yang terletak di pinggiran kota menuju kantor di dalam kota Tokyo.
Walau jumlah kereta banyak, tapi penumpang yang naik juga banyak,
sehingga harus berdesakan di dalam gerbong kereta.
Sampai ada petugas khusus yang kerjanya mendorong penumpang
agar bisa masuk kedalam gerbong yang sudah penuh berjejalan itu.
Saking padatnya kata Elly, diatas lantai gerbong seluas satu meter
persegi bisa dijejalkan sampai 13 orang ! persis sardencis !
Bayangkan mumetnya dia yang seharinya naik train dua kali @ 1,5 jam.
Repotnya lagi kalau ada Chikan disitu, yaitu orang yang memanfaatkan
kesempatan dalam kesempitan itu dengan colek sana colek sini.
Cilakanya kata Elly, kalau kena colek dan spontan berteriak kaget,
bisa tambah malu karena jadi sorotan mata sekian banyak orang.
Untunglah kini disediakan gerbong khusus perempuan.
Menjelang siang kami tiba didalam kota Tokyo dan langsung menuju
Sensoji atau Asakusa Kannon Temple, Buddhist Temple ini berlokasi
di Asakusa, sebuah distrik disisi timur laut Central Tokyo.
Ada sebuah legenda, pada tahun 628 sepasang kakak beradik sedang
memancing di sungai Sumida yang melewati Asakusa, mendapatkan
patung Kannon - the Goddess of Mercy terkait di kailnya.
Mereka mengembalikan patung itu kedalam sungai, tapi selalu balik lagi.
Akhirnya untuk menempatkan patung tersebut, dibangunlah Sensoji -
yang rampung pada tahun 645 dan menjadi temple tertua di Tokyo.
Patung itu kini tersimpan dibawah kuil berlapis emas yang terletak
dibelakang altar utama dari Main Hall temple tersebut.
Rombongan kami tidak memasuki Main Hall, cukup ikut2an mencuci
tangan dan mulut di pancuran, ritual ini sebenarnya dilakukan untuk
menyucikan diri sebelum memasuki Main Hall.
Malah sebagian ada yang ikut2an pula mengarahkan asap dari sebuah
pedupaan logam besar kearah badan yang katanya bukan saja bisa
mencegah, tapi juga bisa mengobati penyakit.
Persis didepan temple ini ada Nakamise, sebuah jalan kecil sepanjang
200 meter yang dikiri kanannya berjejer toko2 kecil yang menjual aneka
souvenir khas Jepang, shopping arcade ini telah berumur ratusan tahun.
Begitu banyak orang lalu lalang, baik yang berbelanja maupun yang
menuju temple, memang inilah tempat favorit di Tokyo bagi warga kota
maupun turis asing untuk berkunjung.
Dihalaman temple inilah kami bertemu dengan bu KimSoan dan suami,
yang kemudian ikut menjadi "local guide" sampai di Ueno Park.
Ueno Park adalah sebuah taman luas untuk umum di Tokyo.
Berdiri sejak 1873, taman yang termasuk terbesar di Tokyo ini sangat
populer bagi warga setempat dan juga turis karena letaknya hanya
4 kilometer dari stasiun pusat kota Tokyo.
Dalam taman yang diperluas setelah dapat hibah lahan kerajaan ini
terdapat Ueno Zoo, Science Museum, Tokyo National Museum dan
beberapa museum art lainnya, monumen, kolam, concert hall, dan Kuil.
Menjelang sore kami berjalan memasuki taman luas yang rimbun asri
penuh pepohonan itu, selain banyak orang yang berjalan kesana kemari,
terlihatlah begitu banyaknya orang duduk-duduk dibawah pohon Sakura
yang sedang cantik2nya memamerkan bunganya.
Kami ikut larut dalam suasana yang begitu ceria, tentu tidak ikut duduk-
duduk, cukup berjalan kesana kemari sambil melihat begitu banyaknya
orang yang asyik bercengkerama ngobrol-ngobrol sambil makan minum.
Sekian banyak pohon Sakura itu tampak semua bareng berbunga,
aneka warna, dan yang paling menarik adalah weeping cherry trees
atau Shidarezakura, bunganya berwarna pink dan "gompyok" banget.
Nyaris dahan dan rantingnya yang menjuntai tidak tampak lagi
karena tertutup oleh begitu banyaknya bunga yang bermekaran.
Boleh dikata pohon itu berdaun bunga, dari kejauhan yang tampak
hanyalah warna merah muda, sungguh cantik sekali.
Tuntaslah sudah tujuan perjalanan kali ini yang ingin melihat Sakura
bermekaran, dan juga ikutan ber-Hanami-ria.
Setelah menginap semalam di Narita Excel Tokyu Hotel, esoknya
terbang kembali ke Jakarta via Seoul.
Ada berita bahwa pohon Sakura yang ditanam di Sakura Garden-
Taman Raya Cibodas awal tahun 2009 sudah belajar berbunga,
mudah-mudahan kapan-kapan kita bisa ber-Hanami-ria disana.