Monday, March 23, 2009

Tradisi Unik Orang Jepang : Melihat Bunga !




Orang Jepang mempunyai berbagai tradisi yang unik, salah satunya
adalah Hanami, yaitu "melihat bunga" (Hana = bunga, Mi = melihat).
Selintas terasa aneh, istimewanya apa sih kegiatan melihat bunga?.

Ternyata uniknya, pertama karena bunganya adalah Sakura,
yang walau tidak resmi menjadi bunga negara, tapi dalam budaya
Jepang bernilai sakral.
Kemudian, mekarnya singkat kurang lebih sepuluh hari saja, sesuai
perubahan suhu udara yang menghangat menjelang musim semi.
Maka Okinawa, pulau paling selatan kepulauan Jepang ini mendapat
giliran paling awal - Sakura mekar sekitar awal Maret.
Terakhir sekitar bulan Mei di Hokkaido - pulau paling utara.

Sejak zaman Heian sekitar tahun 794, para bangsawan terbiasa
mengadakan pesta menyambut mekarnya Sakura..
Mekarnya bunga Sakura yang merupakan lambang kebahagiaan
karena telah tibanya musim semi, juga bertepatan dengan mulainya
tahun ajaran baru dan juga tahun fiskal.
Saat mekarnya Sakura itu, orang tidak hanya sekedar berjalan-
jalan menikmati keindahan bunga, tapi juga duduk-duduk dibawah
pohon Sakura, makan dan minum bersama teman dan keluarga,
inilah yang disebut Hanami (cherry blossom viewing party).
Makan minum bersama di bawah pohon Sakura yang sedang mekar
cantik itu dipercaya bisa mendatangkan rezeki setahun kedepan.

Sakura biasa ditanam berkelompok dalam jumlah besar di taman,
saat musim semi pemandangan taman indah sekali seakan diselimuti
warna putih/pink/kuning muda bunga sakura yang mekar bersamaan.

Minggu, 6 April 2008 sebenarnya hari terakhir perjalanan kami di Jepang,
tapi justru di hari itulah tujuan utama kami ke Jepang kali ini yaitu ingin
melihat Hanami di Ueno Park, sebuah taman ditengah kota Tokyo yang
ditanami sampai seribu-an pohon Sakura.
Perasaan tegang juga karena tanggal 6 April itu sudah hari-hari akhir
mekarnya Sakura di Tokyo, khawatir bunganya sudah keburu rontok.

Dalam bus saat perjalanan dari Kawaguchi ke Tokyo itu seperti biasa
Elly Takura-local guide kami ini banyak bercerita hal-hal yang seru.
Kali ini tentang kegiatan kesehariannya naik kereta dari rumahnya
yang terletak di pinggiran kota menuju kantor di dalam kota Tokyo.
Walau jumlah kereta banyak, tapi penumpang yang naik juga banyak,
sehingga harus berdesakan di dalam gerbong kereta.
Sampai ada petugas khusus yang kerjanya mendorong penumpang
agar bisa masuk kedalam gerbong yang sudah penuh berjejalan itu.
Saking padatnya kata Elly, diatas lantai gerbong seluas satu meter
persegi bisa dijejalkan sampai 13 orang ! persis sardencis !

Bayangkan mumetnya dia yang seharinya naik train dua kali @ 1,5 jam.
Repotnya lagi kalau ada Chikan disitu, yaitu orang yang memanfaatkan
kesempatan dalam kesempitan itu dengan colek sana colek sini.
Cilakanya kata Elly, kalau kena colek dan spontan berteriak kaget,
bisa tambah malu karena jadi sorotan mata sekian banyak orang.
Untunglah kini disediakan gerbong khusus perempuan.

Menjelang siang kami tiba didalam kota Tokyo dan langsung menuju
Sensoji atau Asakusa Kannon Temple, Buddhist Temple ini berlokasi
di Asakusa, sebuah distrik disisi timur laut Central Tokyo.
Ada sebuah legenda, pada tahun 628 sepasang kakak beradik sedang
memancing di sungai Sumida yang melewati Asakusa, mendapatkan
patung Kannon - the Goddess of Mercy terkait di kailnya.
Mereka mengembalikan patung itu kedalam sungai, tapi selalu balik lagi.
Akhirnya untuk menempatkan patung tersebut, dibangunlah Sensoji -
yang rampung pada tahun 645 dan menjadi temple tertua di Tokyo.
Patung itu kini tersimpan dibawah kuil berlapis emas yang terletak
dibelakang altar utama dari Main Hall temple tersebut.

Rombongan kami tidak memasuki Main Hall, cukup ikut2an mencuci
tangan dan mulut di pancuran, ritual ini sebenarnya dilakukan untuk
menyucikan diri sebelum memasuki Main Hall.
Malah sebagian ada yang ikut2an pula mengarahkan asap dari sebuah
pedupaan logam besar kearah badan yang katanya bukan saja bisa
mencegah, tapi juga bisa mengobati penyakit.

Persis didepan temple ini ada Nakamise, sebuah jalan kecil sepanjang
200 meter yang dikiri kanannya berjejer toko2 kecil yang menjual aneka
souvenir khas Jepang, shopping arcade ini telah berumur ratusan tahun.
Begitu banyak orang lalu lalang, baik yang berbelanja maupun yang
menuju temple, memang inilah tempat favorit di Tokyo bagi warga kota
maupun turis asing untuk berkunjung.

Dihalaman temple inilah kami bertemu dengan bu KimSoan dan suami,
yang kemudian ikut menjadi "local guide" sampai di Ueno Park.

Ueno Park adalah sebuah taman luas untuk umum di Tokyo.
Berdiri sejak 1873, taman yang termasuk terbesar di Tokyo ini sangat
populer bagi warga setempat dan juga turis karena letaknya hanya
4 kilometer dari stasiun pusat kota Tokyo.
Dalam taman yang diperluas setelah dapat hibah lahan kerajaan ini
terdapat Ueno Zoo, Science Museum, Tokyo National Museum dan
beberapa museum art lainnya, monumen, kolam, concert hall, dan Kuil.

Menjelang sore kami berjalan memasuki taman luas yang rimbun asri
penuh pepohonan itu, selain banyak orang yang berjalan kesana kemari,
terlihatlah begitu banyaknya orang duduk-duduk dibawah pohon Sakura
yang sedang cantik2nya memamerkan bunganya.
Kami ikut larut dalam suasana yang begitu ceria, tentu tidak ikut duduk-
duduk, cukup berjalan kesana kemari sambil melihat begitu banyaknya
orang yang asyik bercengkerama ngobrol-ngobrol sambil makan minum.

Sekian banyak pohon Sakura itu tampak semua bareng berbunga,
aneka warna, dan yang paling menarik adalah weeping cherry trees
atau Shidarezakura, bunganya berwarna pink dan "gompyok" banget.
Nyaris dahan dan rantingnya yang menjuntai tidak tampak lagi
karena tertutup oleh begitu banyaknya bunga yang bermekaran.
Boleh dikata pohon itu berdaun bunga, dari kejauhan yang tampak
hanyalah warna merah muda, sungguh cantik sekali.

Tuntaslah sudah tujuan perjalanan kali ini yang ingin melihat Sakura
bermekaran, dan juga ikutan ber-Hanami-ria.
Setelah menginap semalam di Narita Excel Tokyu Hotel, esoknya
terbang kembali ke Jakarta via Seoul.

Ada berita bahwa pohon Sakura yang ditanam di Sakura Garden-
Taman Raya Cibodas awal tahun 2009 sudah belajar berbunga,
mudah-mudahan kapan-kapan kita bisa ber-Hanami-ria disana.

Wednesday, March 18, 2009

Inbox CBN kebanjiran isi Inbox Multiply.

man-temans,

tulungin dong nih,
selama ini di Inbox CBN saya selain masuk email2 biasa,
juga dari Multiply - hanya replies atas postingan saya di Multiply.
(saya lupa dulu gimana nyetelnya).

nah mulai tadi pagi, yang masuk ke Inbox CBN malah jadi :
seadanya isi Inbox Multiply saya.

kenapa yah ? - gimana cara nyetel supaya nggak gitu,

tararengkiu sebelumnya.

Monday, March 16, 2009

Kopitiam Oey.


Baru saja saya menerima e-mail dari pak Bondan Winarno,
tentang pembukaan Kopitiam Oey, ini email lengkapnya :



Man-temans,

Mohon doa restu Anda semua untuk sebuah kopitiam (warung kopi)
yang rencananya akan saya buka (trial operation) pada :
Rabu, 18 Maret 2009.

Kopitiam Oey, dibuka dari pukul 7 pagi hingga 10 malam,
di Jalan H.A. Salim 18,  Jakarta Pusat,
tidak jauh dari perempatan Jalan Kebonsirih,
beberapa toko dari Holland Bakery.

Mudah diduga kenapa dinamai Kopitiam Oey.
Pertama, karena ini memang warung kopi sederhana, bukan coffee shop.
Kami menyajikan kopi seperti tradisi para perantau Hainan yang membuka
kopitiam di berbagai kawasan Asia, yaitu kopi kental yang disedu dengan
cara menyaring.

Di Indonesia, jejak-jejak mereka mudah ditemukan di Banda Aceh, Medan,
Pematang Siantar, Padang, Bukittinggi, Palembang, Jambi, Pontianak,
Singkawang, dan Jakarta.

Kedua, karena nama keluarga saya Winarno, yang kalau dikarang-karang
berasal dari nama marga Oey (baca: ui). Jadi, maaf kalau Anda termasuk
marga Oey dan saya mengaku-aku sebagai warga klan.

Kami tidak berpretensi menyajikan kopi untuk coffee aficionados.
Sekadar kopi biasa, yang kami sajikan dengan sepenuh hati.
Bahkan, tidak ada kopi yang disedu dengan mesin.
Selain kopi saring – juga dikenal dengan sebutan kopi-o –
juga ada kopi talua (kopi telur model Bukittinggi), kopi saring Vietnam,
espresso (disedu dalam moka pot), dan cappucchino.
Ah, tentu juga ada Sicilian Iced Coffee.
Semua kopi dipasok oleh “Aroma” Bandung.

Selain kopi, kami juga menyediakan teh.
Ada Maroccan mint tea (panas atau dingin), teh talua (teh telur Bukittinggi),
wedang uwuh khas Imogiri, dan iced lime tea.
Kalau mau teh jahe, dapat juga kami buatkan.

Untuk sarapan, pilihannya adalah: bubur ayam Benteng (Tangerang),
berbagai roti bakar, dan nasi item (nasi gurih dengan kluwek).
Semua roti dan focaccia dipasok oleh “Vineth”.

Untuk makan siang, kami bekerja sama dengan “Gado-gado Bonbin”
(asli sejak 1960) untuk menyajikan gado-gado dan lontong capgomeh.
Juga ada sate ayam Ponorogo yang istimewa.
Keistimewaan sate Ponorogo, seperti Anda tahu, terletak pada
bumbu kacangnya.
Setiap mata biji kacang dicabut agar tidak ada rasa pahit.
Sungguh, jangan dilewatkan.

Di malam hari, kami sediakan tiga pilihan nasi goreng,
yaitu: babat, pete, kambing.

Bagi yang tidak makan nasi di malam hari, ada roast beef panini
yang boleh diuji. Maaf, yang ini harganya paling mahal,
karena mozzarella dan roast beef memang tidak murah.

Bila ada keluangan waktu, saya tunggu Man-temans di Kopitiam Oey
sepanjang hari Rabu.
Diskon 50% untuk semua minuman selama trial operation.
Mohon jangan datang berombongan.
Kapasitas kursi baru untuk 40 orang.

Salam,

Bondan Oeynarno

koffie-nja mantep, harganja djoedjoer


Monday, March 9, 2009

Mount Fuji yang kali ini tidak sembunyi lagi.




Sabtu pagi 5 April 2008, kami meninggalkan kota Matsumoto yang
berada di sentral pulau Honshu, menuju Mount Fuji untuk nantinya
bermalam di Kawaguchi, yang terletak dikaki gunung tersebut.
Bus berjalan mengarah ke timur diatas highway yang super mulus,
memang asyik tapi ternyata pemandangan monoton membosankan,
akibatnya bikin kantuk menyerang.

Untunglah Elly Takura local guide kami, perempuan Medan yang
bersuamikan orang Jepang ini suka bercerita yang seru-lucu.
Dia bilang, tadi malam lihat kan di hotel kita ada pesta perkawinan.
Orang Jepang kalau kawin, ngundang tamunya fokus banget katanya,
tergantung siapa yang dikenal pengantin tersebut, jadi kalau kenalnya
sama dia - hanya dia yang diundang, begitu pula kalau suaminya.
Dia harus menjawab undangan itu, memastikan bisa tidaknya hadir.

Saat pesta perkawinan, tentu orang yang diundang saja yang hadir.
Beda dengan kita di Indonesia kata Elly, yang datangnya suka ramean,
anak-cucu sampe suster/pembantu juga suka diajak masuk.
Angpao-nya lumayan berat, disana pasarannya sekitar 30 ribu Yen, tapi
pengantin juga membalas memberikan oleh2 bernilai kepada tamunya.

Menjelang siang, saat bus melaju di highway mendadak saya menyadari
didepan dikejauhan ada bentuk segitiga dengan warna putih diatasnya.
Astaga !! - itu Mount Fuji !!, tampak begitu jelasnya !!.Cantik banget !!.
Tampil dalam bentuk segitiganya yang perfek menawan, puncaknya di-
seliputi warna putih dari salju yang kontras sekali dengan langit biru.
Gunung ini tampak gagah dan cantik karena menjulang sendirian, tidak
ada gunung lain nempel didekatnya.
Beberapa tahun lalu saya pernah mengunjungi Mount Fuji, tapi saat itu
hanya bisa kecewa karena hujan dan kabut menutupi pandangan.
Kabarnya memang seringnya demikian, apalagi dimusim panas, jadi
sangat beruntunglah turis yang bisa mendapatkan pemandangan yang
jelas kearah gunung.

Mount Fuji adalah gunung tertinggi di Jepang, dengan tinggi 3776 meter
sebenarnya hanya menang 100 meter dari Gunung Semeru di Jawa,
tapi karena lokasinya jauh diutara pada koordinat 35° lintang utara,
maka puncaknya tertutup salju.
Stratovolkano dengan bentuk segitiganya yang perfek ini, ketenarannya
hanya tertandingi oleh Mount Vesuvius.
Dulu sering erupsi, tercatat sudah 16 kali sejak tahun 781, terakhir kali
meletus pada tahun 1707.

Setelah makan siang maka bus kami mulai mendaki gunung suci yang
bersama Mount Tate and Mount Haku, disebut "Three Holy Mountains".
Mount Fuji sendiri dikelilingi oleh tiga kota kecil antara lain Gotemba,
dan dikelilingi oleh lima danau antara lain Kawaguchi Lake.

Awalnya kami melewati hutan, yang konon dikaki gunung itu ada hutan
bernama Aokigahara, cerita dan legenda mengatakan disitulah tinggal
berbagai peri, hantu dan iblis.
Pada abad 19, keluarga miskin kerap membuang anak kecil atau
orang tua di hutan itu, dan disitu jugalah tempat bunuh diri terpopuler
kedua didunia setelah Golden Gate Bridge di San Francisco.
Sejak tahun 1950 tercatat 550 orang bunuh diri disana, terbanyak
pada tahun 2002 - ditemukan 80 tubuh tidak bernyawa.

Ternyata perjalanan kami hanya bisa sampai ke ketinggian 2020 meter,
tidak bisa terus karena jalan berikutnya masih tertutup salju.
Temperatur disana biasanya sangat dingin, pernah tercatat terendah
- 38 C dan terpanas mencapai 17,8 C pada Juli 2008.

Mount Fuji ini bukan saja menjadi tujuan turis manca negara, juga para
pendaki gunung, yang biasanya mendaki antara 1 Juli - 27 Agustus.
Saat itu suhu udara tidak lagi terlalu dingin serta berbagai fasilitas
pendakian dibuka, dan salju tidak lagi menutupi jalur pendakian.
Kebanyakan mendaki malam hari agar bisa melihat matahari terbit dari
puncak, disekeliling kawah ada delapan puncak, dan para pendaki bisa
mencapai keseluruhannya.
Tercatat sekitar 200 ribu pendaki per tahun, 30 % adalah orang asing.
Dibutuhkan sekitar 3 - 8 jam untuk mendaki, dan 3 - 5 jam untuk turun.

Setelah mengunjungi Mount Fuji, kami mengunjungi Peace Park yang
asri dan juga Gotemba Premium Outlet - sebuah kawasan pertokoan
yang luas sekali sampai nyebrang sungai segala.
Pemandangan sangat terbuka kearah Mount Fuji, dan pohon Sakura
menampilkan bunganya yang menambah cantik pemandangan.

Kami menginap di Hotel bernama Jiragon No Fuji No Yakata, yang
menyediakan Onsen juga tapi seperti biasa saya tidak punya nyali
untuk ber-Tarzan ria rame-rame itu.
Mandinya dikamar saja dah, yang closetnya punya banyak tombol,
ada setelan : water pressure, spray, bidet, warm water, warm seat,
nozzle clean, energy saver, flushing sound (volume), sampai-sampai
ada powerful deodorizer !.