Teluk Manado, kalau dibayangkan bentuknya seakan huruf U besar, kota
Manado berada didasar huruf U itu, dan pulau2 dari Taman Laut Bunaken,
yaitu Manado Tua - Bunaken - Siladen - Mantehage - Naen berderet sejajar
disatu sisi dan disebrangnya/disisi berlawanan adalah pantai Sulawesi,
dimana Hotel Sedona tempat kami menginap berada.
Saat bangun pagi, dari kamar di lantai empat Hotel Sedona tampak jelas
persis disebrang hotel - pulau Manado Tua yang berupa pulau ber-gunung
yang cukup tinggi dan juga pulau Bunaken yang lebar datar.
Pemandangan cantik sekali, membuat ingin segera sampai ke salah satu
taman laut yang memiliki biodiversitas kelautan tertinggi di dunia.
Taman Laut Bunaken memiliki banyak titik penyelaman (dive spot) dengan
kedalaman hingga 1.344 meter. Titik penyelaman inilah yang paling diminati
penyelam scuba maupun snorkeling untuk bisa keindahan pemandangan
bawah laut Bunaken - one of the world's most beautiful sea environments .
Tanggal 17 Agustus 2007, sekitar jam 8 kami meninggalkan hotel menuju
kota Manado, menelusuri pantai dan sekitar 20 menit sudah tiba didermaga
dibelakang sebuah pertokoan besar di kota Manado itu.
Segera menaiki perahu catamaran bermotor dua buah Yamaha 40 PK -
bertenaga besar, tapi sayang bunyinya berisik sekali.
Perahu berlunas ganda itu, memakai atap sehingga kami tidak kepanasan,
membelah laut yang bersih dan tenang, mengarah ke pulau Bunaken.
Kota Manado mulai mengecil - menjauh dibelakang kami.
Walau pulau Bunaken terlihat dekat, ternyata membutuhkan waktu sekitar
45 menit untuk tiba.
Disatu tempat, perahu berhenti dan kami mengerumuni lubang yang ada
dibagian tengah kapal dan melihat kedalamnya.
Melalui kaca bening, tampak dasar laut berupa karang warna warni aneka
bentuk dan juga berbagai jenis ikan yang cantik2 berenang kesana kemari.
Ditepi gunungan karang itu terlihat air membiru tanda laut dalam sekali,
rupanya karang itu seperti bukit yang tumbuh dari dasar laut.
Katanya jurang laut disitu sekitar 200 meter dalamnya.
Ternyata perahu tidak bisa merapat ke pantai, kami harus gulung celana
jadinya dan berjalan ngerobok air laut.
Beberapa teman yang ingin snorkeling dengan biaya 50 ribu segera ikut
kursus kilat cara mempergunakan peralatan dan petunjuk keamanan.
Kami sambil menunggu waktu makan siang, berbelanja souvenir yang
dijajakan penduduk sepanjang pantai dan nyantai menikmati pemandangan
sekitar pantai.
Siang hari saat akan kembali, ternyata air surut sehingga kami harus jalan
cukup jauh ketengah laut yang landai sekali itu.
Perjalanan pulang air laut sudah berombak besar tapi untunglah catamaran
kami tenang saja - tidak banyak goyang, sehingga bisa tetap menikmati
pemandangan cantik kearah kota Manado yang dilatar belakangi pebukitan
dan gunung2, dengan deretan gedung2 tinggi sepanjang pantainya
Malam hari seharusnya kami makan malam di restoran yang sama dengan
malam sebelumnya.
Tapi malam itu seorang teman mendapat kejutan, merasa ada yang tidak
beres dengan es kelapa muda yang diminumnya - dia nyelonong ke dapur.
Ternyata air kelapa itu diambil dari stock yang ditaruh dalam kantong
plastik hitam besar, bukan diambil dari buah kelapa segar yang baru dibelah -
pantesan rasanya tidak keruan !.
Tentu di-complain ke local guide atas perlakuan seperti itu, maka makan
malam berikutnya di up-grade/pindah ke Restoran City Extra yang berada
di pantai teluk Manado.
Makan malam hari itu sungguh mengesankan, dalam keremangan malam
disebrang teluk terlihat bayangan pulau Manado Tua dan Bunaken, dan
dikejauhan kerlip lampu2 kota Manado tampak begitu eksotis.
Kami menikmati sekali berbagai masakan khas Manado, dan Kuah Asam
Kakap dan Goropu Woku-nya memang sungguh juara.
Restoran besar ini rupanya menjadi pilihan orang Manado dalam menjamu
tamu, foto2 berbagai orang terkenal di republik ini terpampang didinding.
Mulai dari selebritis seperti Tantowi Yahya, Ari Lasso, Kris Dayanti,
Katon Bagaskara, para tokoh seperti Hatta Radjasa, Anwar Nasution -
terlihat juga Ibu Megawati, dan Presiden SBY !.