Rating: | ★★★★★ |
Category: | Other |
Selama ini kalau mendengar kata Fengshui, yang terlintas di
kepala saya adalah hal yang "berat" tentang aturan ini itu yang
serba ribet misalnya bagaimana posisi rumah dan sebagainya.
Tapi setelah membaca artikel2 tulisan Dr.Akino W Azzaro -
Konsultan Fengshui, yang rutin muncul di Majalah Kontan,
saya malah jadi tidak pernah melewatkan membacanya karena
disampaikan dengan cara yang populer, ringan - enak dibaca
dan mencerahkan.
Asyiknya lagi karena tidak bicara melulu soal posisi rumah dsbnya,
tapi bisa dikaitkan dengan hal2 yang sedang ramai dibicarakan,
misalnya tentang buku The Secret.
Seperti diketahui, inilah buku yang sedang banyak menarik perhatian
dunia, sebenarnya isinya kontroversial sekali - tapi pengarangnya
pernah ditampilkan di acara Oprah Winfrey yang begitu bergengsi.
Tertarik membacanya dan ingin berbagi cerita, maka setelah
mendapat alamat e-mail Dr.Akino W Azzaro dari Redaksi Kontan,
saya e-mail beliau untuk minta ijin memuat artikelnya itu di blog saya.
Setelah diijinkan oleh Redaksi Kontan dan Dr.Akino W Azzaro,
inilah artikelnya yang telah dimuat di majalah Kontan No.15-XII.
Selamat membaca.
Pikiran dan Materi.
Oleh: Dr Akino W Azzaro
Kalau kita telusuri semua ilmu dan praktek, pasti akan bermuara pada
dua hal, yakni pikiran dan materi.
Bahkan, bisa dikatakan semua karya manusia baik yang menimbulkan
kesejahteraan atau penderitaan, semua berawal dari kedua hal tersebut.
Mengingat begitu pentingnya pengaruh pikiran dan materi terhadap
kehidupan manusia, serta munculnya asumsi dan konsep baru berkaitan
dengan kedua hal tersebut seperti tercermin dalam buku The Secret,
maka perlu suatu kejelasan mengenai kedua hal tadi agar kebahagiaan
yang ingin dicapai bisa diketemukan..
Didalam buku The Secret, hukum alam yang disebut dengan Law of
Attraction dianggap satu-satunya jalan untuk mewujudkan keinginan.
Menurut hukum ini, asal seseorang memiliki keinginan positif yang kuat
dalam melakukan visualisasi terhadap keinginan tersebut, maka semua
keinginan akan terwujud menjadi kenyataan.
Dengan kata lain, pikiran telah menarik materi seperti magnet menarik
benda-benda. Jika ingin rumah yang besar, bayangkanlah seolah-olah
telah tinggal di rumah besar.
Jika ingin mobil bagus, bayangkanlah dan rasakan semua sensasinya
seolah-olah telah mengendarai mobil mewah tersebut.
Bahkan, dengan teori ini Anda boleh memiliki keinginan menjadi kaya
seperti Bill Gates. Cukup berkeinginan, visualisasi dan percaya,
maka Anda telah menjadi Bill Gates. Semua menjadi kenyataan,
rumah besar dan mobil bagus, sehebat Bill Gates, dll.
Sayangnya, realitas kehidupan tidak demikian dan bukti di alam juga
tidak demikian. Karena jika benar, maka minimal 50% orang yang
duduk di warung kopi adalah Bill Gates.
Lagipula, hati nurani manusia mengenal intisari hukum alam yakni
tidak bekerja menurut mimpi apalagi menurut visualisasi.
Sejak jaman dahulu sampai sekarang dan di masa depan, satu prinsip
hukum alam yang pasti, semua fenomena alam ditentukan oleh hukum
sebab dan akibat.
Mobil berjalan karena ada mesin dan energi yang mengerakkan mesin.
Pohon menjadi besar karena sumber makanan yang diperoleh berkualitas
dan energi lingkungan yang pas.
Begitu pula materi, hanya mungkin diperoleh kalau ada energi.
Betul bahwa segalanya berawal dari pikiran seperti dikutip dari Budhha
Gautama. Namun, mengutip sedikit perkataan Buddha, sungguh berbahaya
jika tidak menguasai keseluruhan konsepnya.
Mereka lupa, ada dua aspek penting dalam proses penciptaan.
Pertama, kemurnian pikiran dan kedua adalah energi untuk mencipta.
Kemurnian pikiran dapat diperoleh jika pikiran selaras vibrasinya dengan
alam semesta.
Dengan perkataan lain, makin tinggi kemurnian pikiran makin mirip pikiran itu
dengan hukum alam. Kemurnian pikiran diperoleh dengan berbagai cara.
Pertama melalui moral yang baik, maka pikiran pun menjadi murni.
Misalnya kita bersedekah atau beramal, maka pikiran menjadi makin bersih.
Kita tidak berniat merugikan orang lain, maka pikiran menjadi makin bersih.
Tidak pernah berniat berzinah, maka pikiran menjadi makin bersih.
Melakukan bakti sosial, maka pikiran menjadi makin bersih dan tenang.
Tidak membenci terhadap siapapun dan apapun, maka pikiran menjadi stabil.
Jika semua niat dan aktifitas ini diakumulasikan, maka pikiran menjadi
termurnikan.
Aspek kedua penciptaan adalah energi.
Jika tidak ada energi, maka pikiran akan padam dengan sendirinya.
Ini seperti sebatang kayu kering dengan api.
Jika api adalah pikiran, maka kayu adalah sumber energinya.
Jika kayu tidak ditambah, maka api pun padam.
Energi ini dapat diperoleh dengan tiga cara.
Pertama dari makanan, kedua dari alam atau lingkungan tempat kita berada.
Kedua jenis energi ini disebut dengan chi (nafas kehidupan) yang dapat
diurai dalam lima manifestasi atau sering disebut lima elemen.
Sebagai contoh, jika kita memakan cabai atau menerima energi api dalam
lingkungan kita, maka kita cenderung menjadi panas.
Jika kita banyak minum air, maka tubuh juga akan kelebihan air, dan
seterusnya.
Ketiga ialah kemurnian pikiran, pikiran yang selaras dengan kemurnian
alam semesta adalah pikiran yang penuh energi.
Pikiran yang memiliki energi berlimpah, selanjutnya akan mengubah diri
dalam wujud materi atau apapun bentuknya sesuai dorongan keinginan.
Yang perlu dipahami, di sini tidak ada attraction atau menarik milik siapapun.
Semua karena diri sendiri. Jika ada satu niat mengambil yang bukan milik
kita, maka pikiran menjadi berkurang energinya dan proses penciptaan
akan terhenti atau diperlambat.
Kemudian, proses pikiran menjadi materi dipengaruhi emosi, baik emosi
positif maupun negatif. Dua emosi ini berfungsi untuk mengarahkan atau
memprioritaskan proses penciptaan.
Semakin besar emosi positif yang muncul atau dirasakan, maka semakin
cepat proses itu terjadi. Tetapi, emosi juga merupakan musuh kebahagiaan.
Semakin positif emosi, maka efek ketagihan akan semakin besar.
Sementara itu, emosi negatif menimbulkan marah dan benci yang
mendorong orang terjebak untuk melebih-lebihkan suatu peristiwa.
Misalnya seorang yang lagi jatuh cinta.
Suatu hari secara tidak sengaja dia menubruk orang yang dia taksir
di persimpangan jalan.
Kedua belah pihak mengalami benjol di kepala.
Yang satu karena cinta maka benjol di kepala tidak terasa sakit,
bahkan mungkin akan dinikmati.
"Ini tanda yang bagus buat cinta saya, ini tentu tanda positif.
Bakal jadian nih," demikian bisik hatinya, sehingga benjol tadi tidak
terasa sakit. Bahkan senyuman bahagia tersungging di bibirnya.
Sebaliknya, jika yang satunya lagi tidak cinta atau membenci,
maka benjol di kepala akan terasa sangat sakit.
Luar biasa sakit! Benjolan sama, tapi reaksinya bisa berbeda karena
emosi meningkatkan atau menurunkannya.
Karena itu, emosi perlu dipertahankan dalam kondisi seimbang yaitu
kita terikat dengan sensasi positif sekaligus tidak ingin menghindar
dari emosi negatif.
Kestabilan dalam emosi akan menentukan kualitas kebahagiaan.
Makin seimbang makin bahagia. Sedikit seimbang sedikit bahagia.
Dengan emosi yang seimbang, maka proses penciptaan berjalan secara
obyektif sesuai dengan kodratnya.
Proses lambat dan cepat tidak menimbulkan ketidakbahagiaan.
Bahkan pada saat semua tercapai juga tidak memancing ketidakbahagiaan
baru yang biasanya muncul akibat mulai memasang keinginan baru.
Yang perlu juga disadari, semua proses penciptaan ini berhubungan
dengan kebijaksanaan yang diperoleh bukan dari wacana intelektual.
Orang dapat berdebat tentang teh manis, bahkan mungkin bisa menulis
puluhan disertasi mengenai hal itu.
Akan tetapi satu pengalaman mencicipi teh manis akan mendapat
kebijaksanaan seribu kali lebih kuat dibanding membaca
Journal of Teh Manis.
Begitu pula dalam hal penciptaan, materi dan pikiran bukan dibijaki
dengan intelektualitas, tetapi melalui pengalamanan indera.
Pikiran harus masuk dalam pengalaman indera dan selanjutnya
baru melahirkan kebijaksanaan.
Dari kebijaksanaan baru akan lahir apapun sesuai keinginan kita.
Untuk melompat parit kecil, tentu tidak perlu ancang-ancang.
Namun jika ingin melalui parit yang lebar, maka perlu mundur
beberapa langkah kebelakang. Makin lebar parit makin mundur.
Dalam hidup prinsip ini berlaku universal jika ingin maju besar,
harus mundur besar. Jika tidak dapat memikul kewajiban besar,
tidak mungkin memiliki bisnis besar. Itu sudah hukum alam yang pasti.
Satu kemunduran yang perlu dilakukan adalah meditasi,
karena dapat memperoleh tiga keuntungan.
Pertama, pengalaman indera.
Kedua, kemurnian pikiran dan ketiga energi yang berlimpah.
Jika ditambah dengan fengshui lingkungan yang tepat (meditasi di
sektor timur laut), maka level energi akan semakin tinggi.
Meditasi vipassana seperti yang diselenggarakan oleh Mr. Goenka
( www.dhamma.org) adalah jalan yang tepat untuk memurnikan pikiran
dan meningkatkan energi.
Melalui meditasi ini, semoga Anda bebas dari penderitaan dan
memperoleh kebahagiaan tertinggi batin dan materi.