Walau pernah melihat berbagai Air Terjun/Curug, yang beraneka
bentuk dan ukuran, tapi saat membaca ada Curug unik -
bersusun sampai tujuh buah di :
http://www.pbase.com/archiaston/curug_cilember ,
tentu timbul rasa penasaran - ingin bisa kesana melihatnya.
Apalagi setelah mendapat informasi lisan dari bung Indrawan
Chandra, anggota Jalansutra yang pernah mengunjungi curug itu,
maka makin semangat jadinya.
Bung Chandra memberikan ancar-ancar bahwa lokasinya di Cisarua.
Kalau dari arah Cipayung menuju Cibulan, sebelum Wisma TNI AL
ada jalan kecil di sebelah kiri - masuk kesana katanya.
Curug itu betul ada tujuh tingkat katanya, tingkat ke tujuh/terbawah
mudah dijangkau, tapi curug berikutnya harus dicapai dengan jalan
kaki lewat jalan setapak naik bukit sekitar 30 menit -
sekian puluh menit itu ukuran anak muda katanya!
Waduh, kalau untuk ukuran se-umuran saya berapa lama nih ?
Beberapa teman yang saya ajak, malah bilang :
Nggak salah nih!, musim hujan angin gini koq naik gunung!, atau
Itu namanya sih cari penyakit!, dimana mana kan sedang longsor!.
Yah sudah berangkat sendiri saja dah Minggu pagi 18 Maret 2007,
memang liburan panjang gini biasanya macet, tapi karena dalam
3 bulan terakhir saya sempat empat kali ke Puncak, maka jadi
kebal juga - saraf sudah tahan banting.
Minggu pagi itu jam 07 kami sudah sampai di traffic-light Ciawi,
didepan kami hanya 10 kendaraan menunggu lampu hijau,
lalu lintas memang ramai sekali tapi lancar.
Melewati Cipayung dan Mega Mendung, kini terlihat pal kilometer
dipinggir jalan menunjukkan 40 kilometer sebelum Cianjur, mulailah
saya dan istri melototi mencari petunjuk arah Curug Cilember.
Dikanan jalan terlihat merek besar Hotel Lembah Nyiur, dan tidak
jauh dari situ tampak disebelah kiri papan Wisma Loka Wiratama
yang terpasang di mulut jalan kecil, ternyata betul itu jalan masuk
ke Curug Cilember.
Belokan itu persis sebelum Hotel Puncak Raya.
Setelah belok kekiri memasuki jalan itu, kini berkendara harus
hati-hati, selain jalan agak kecil juga banyak pejalan kaki yang
tampaknya juga mengarah ke Curug Cilember yang jaraknya
tiga kilometer dari pertigaan jalan tadi.
Terasa lega sekali sudah menemukan jalan yang benar, dan
pemandangan kiri kanan jalan kini asyik, terlihat suasana desa
dan menyebrangi sungai dangkal berbatu, airnya yang jernih
mengalir deras.
Sawah terasering khas pegunungan tampak subur menghijau,
dan dibeberapa tempat tampak villa-villa yang cantik.
Setelah parkir kendaraan dan mempersiapkan diri , pakai sepatu
kets, ransel berisi air minum dan roti, dan berjalan sedikit menuju
gerbang bertuliskan :
Selamat datang di Wana Wisata Curug Cilember.
Membayar tiket masuk 4500,-/orang dan lewat jalan setapak
sepanjang sungai kecil yang dinaungi pepohonan.
Perjalanan santai dan ringan saja karena tidak terlalu menanjak,
dan sekitar 15 menit sampailah kami di Curug ke Tujuh.
Dari kejauhan sudah terlihat curug yang cantik itu, tinggi dan
lumayan besar karena terbelah dua, dibawah curug tampak
banyak pengunjung sedang menikmati pemandangan indah itu.
Lokasi ini banyak dipakai penganten membuat foto pre-wedding.
Tepat menghadap ke air terjun ada beberapa villa besar2, yang
disewakan untuk umum dengan biaya 800 ribu/malam.
Tampak papan petunjuk bertuliskan :
Jalur menuju Curug 5-4-3-2, Hindarilah Bahaya Banjir Longsor!
Busyet deh!, belum apa sudah di-takut2in longsor segala nih.
Kami mulai menapaki jalan kecil yang beralaskan batu kali,
jalan mendaki belok belok entah mengarah kemana di hutan itu.
Terasa seram juga karena kami hanya berdua, hanya sesekali
berpapasan dengan rombongan anak muda.
Sempat beberapa kali nafas hampir putus karena jalan cukup
menanjak tinggi, dan rasanya tidak habis2nya.
Akhirnya setelah berjalan 30 menit terlihat aliran sungai kecil,
dan tidak jauh tampak air terjun yang ke Lima.
Air terjun yang ke Enam rupanya memang tidak dibuatkan jalan
setapak, tidak boleh didatangi, medannya sulit dan berbahaya.
Diseberang sungai tampak banyak tenda dan anak2 muda,
kalau kesana kami harus menyebrangi sungai itu, yang tampak
cukup mendebarkan karena airnya deras dan licin berbatu.
Untunglah ada seorang anak muda baik hati membantu saya
memegangi istri agar bisa menyebrang dengan aman.
Curug ke Lima itu indah sekali, tinggi dan ber-susun2, gemuruh
menjatuhkan airnya yang jernih mengalir deras diatas bebatuan.
Pemandangan ke sekeliling juga asri sekali, banyak pepohonan
tinggi, sungguh menyegarkan dan kami beristirahat sambil
ngobrol2 dengan mereka yang rupanya berkemah sejak kemarin.
Mereka juga menjelaskan bahwa tidak jauh diatas, ada curug ke
Empat, hanya medannya cukup berat katanya - jalannya selain
menanjak sekali juga banyak batu2 besar.
Kebetulan ada sekelompok pemuda juga mau kesana, maka
kami mulai mendaki lagi, ternyata memang jalannya lebih sulit.
Kami berdua tertinggal karena selain memang umur, juga tentu
tidak terbiasa naik bebatuan yang besar2 itu.
Disatu tempat istri saya sampai harus "dikerek" untuk bisa naik
melewati batu yang lumayan besar dan tinggi.
Sungguh riskan memang, kalau terjatuh sih jidat bisa bocor.
Akhirnya setelah berkutat sekitar lima belas menit, sampailah
juga kami di Curug ke Empat itu, dan mendapatkan tepuk tangan
dari anak2 muda tadi yang rupanya tidak menyangka kami bisa
sampai juga kesitu.
Curug ke Empat tidak terlalu tinggi tapi lumayan besar, terasa
agak seram disitu karena berupa hutan lebat/banyak pepohonan,
juga karena terasa sudah berada jauh dan tinggi diatas gunung.
Saat itu baju saya sudah basah kuyup, bukan oleh air terjun
tapi oleh keringat. Sebenarnya kalau mandi dibawah air terjun
akan segar sekali, tapi tidak ada tempat untuk ganti pakaian.
Puas menikmati pemandangan dan suasana, saya berunding
dengan istri apakah masih mau meneruskan naik lagi ke curug
yang ke Tiga, kemungkinan sudah dekat.
Kalau curug ke Dua sangat jauh, bisa satu jam perjalanan lagi,
sedangkan kalau ke curug ke Satu yang terletak paling atas
tidak diperbolehkan karena sangat berbahaya.
Tapi sayang cuaca kelihatan mulai mendung, dan awal jalan
setapak kesana juga tampak sangguh "mengerikan" -
curam sekali dan berantakan.
Kalau sampai ditimpa hujan, entah bagaimana melewatinya,
pasti licin sekali, maka kami berdua kembali ke curug ke Lima.
Ternyata jalan setapak untuk naik turun ada dua jalur, karena
lembah dimana terletak air terjun ini diapit oleh dinding
pegunungan selatan dan utara.
Jadi selain jalur Selatan yang saya lewati sewaktu naik, ada
pula jalur Utara, maka untuk kembali bawah/ke Curug Tujuh
kami pilih jalur Utara ini.
Untunglah tadi sewaktu naik kami ambil jalur selatan, rupanya
jalur utara ini lebih berat medannya karena menanjak berat dan
jalannya tidak rata kurang terawat.
Persis kami tiba di dekat warung2 yang menjual makanan dan
minuman di kaki bukit, turun hujan lebat !
Wah, sungguh terasa lega dan gembira sudah selamat sampai
kembali dibawah dan telah bisa menyaksikan keunikan alam
yang begitu cantik dan asri.
Wana Wisata Curug Cilember.
Desa Jogjogan - Cisarua.
Cilember Adventure Camp :
Bpk.Idang - Event Organizer & Out-bound Training.
Telpon: 0251-258890
HP: 0818922615.
Gagah sekali pak Mulya didepan air terjun, nggak disangka orang segagah pak Mulya sudah jadi pensiunan pejabat negara.
ReplyDeleteaku pernah kesini pak.. tapi cuma air terjun yang ke 7 aja, habis temen ku capek mau ke yang lain2..
ReplyDeletesayangnya.. banyak sampah berserakan di jalan menuju curug 5..
pak sindhi sempat liat2 vila yang ada di situ? ada viewnya yang langsung ke curug ke 7 loh..
Wach keren ya tempatnya ..
ReplyDelete
ReplyDeleteha3, pak Eddy bisa aje nih,
tadinya saya mau ajak pak Eddy kesini tapi pikir2
mana bakalan mau - wong abis lihat Iguazzu Falls
yang tentunya jauh lebih bagus dan spektakuler.
betul, banyak sampah bekas bungkus plastik,
sayang sekali - kalau dibiarkan lama2 jadi tempat
sampah raksasa kawasan itu.
betul ada villa2 cantik yang di ketinggian dan menghadap
persis ke curug tujuh itu, saya sempat tanya - bisa muat
sampai 20 orang, dg sewa 800 rb/hari
Doc Sindhi,
ReplyDeletePertama kali saya kesini masih belum ada apa2, jalan setapaknya pun masih tanah merah. Saya naik ojek berlima (dengan sopirnya) dari mulut jalan di Cisarua sampai sebelum pos penjagaan. Quite an experience..:))
Wah ternyata acara kita sama nih pak Sindhi,
ReplyDeleteHari senin kemarin saya beserta istri dan ketiga anak saya plus papa dan kakak saya pergi ke gunung salak endah,
Tapi kita tidak seberuntung pak Sindhi. karena, baru main air sebentar sudah turun hujan lebat.
Saya coba tunggu sebentar sambil makan siang di mobil tapi ternyata cuaca sedang tidak berpihak kepada kita.
Sebetulnya ada beberapa tempat / curug yang bisa kita lihat disini seperti curug Cigamea, curug Seribu, curug Pangeran, dll selain itu ada juga sumber air panas dan bumi perkemahan gunung bunder.
Malah pada beberapa lokasi sepertinya sudah ada fasilitas untuk outbond. Sayang kamera saya lagi rusak jadi tidak ada dokumentasinya.
Dan yang pasti kalau kesini gak bakal ketemu macet kayak ke puncak.... he he he
cakep sekali pemandangannya, jadi kangen sama tanah air. :)
ReplyDelete
ReplyDeleteGunung Salak Endah ? wah baru denger nih,
dimana dan bagaimana menuju kesana ?
apa saja yang bisa kita lihat disana ?
Salam kenal Pak Sindhi, saya juga sudah pernah kesana beberapa kali terakhir sekitar tahun 2000-an deh klo gak salah ternyata tempat tersebut sudah mulai terawat dan jalan untuk mendaki curug selanjutnya lebih mudah tidak seperti saya dulu musti menyiapkan banyak air minum buat persediaan di jalan
ReplyDelete
ReplyDeletesalam kenal juga bung Erwan,
tempat ini rupanya sudah lama dikenal yah,
rupanya saya ketinggalan berita selama ini,
saat berkendara menuju lokasi, disepanjang
jalan banyak rombongan berjalan kaki menuju kesana,
dan memang di curug tujuh banyak sekali pengunjung.
didalam kawasan ada warung2 yang komplit jualan
segala macam makanan minuman, dari jagung bakar,
indomie rebus, sampai sate/sop kambing segala.
teh botol dingin juga ada, saya sampai habis dua botol.he3-
maklum keluar keringat habis2an .
yang disayangkan memang sampah bertebaran, dan
saya lihat anak2 yang berkemah membuat unggun
maupun perapian untuk memasak - harusnya di-wanti2 agar
jangan sampai terjadi kebakaran hutan.
Oh, jadi air terjunnya ada 7, kirain berlapis-lapis 7 ♥
ReplyDeletepemandangan bagus-bagus ya dok. udah lama mau ke sini tapi kayaknya Karimun gak nendang dech, yang ada bakalan mundur kali ya hahahhahah gimana dok kira-kira bisa gak ya nanjak?
ReplyDeleteSalam kenal pak, bagaimana dgn fasilitas perkemahan disini pak? Ada MCK nya gak ya?
ReplyDeleteNemu aja nih, pak dokter. Tempat ini terakhir saya datangi sekitar tahun 88. Masih belum ada villa apapun. Jalan juga masih berupa jalan setapak berbatu-batu. Sepeda gunungpun juga lebih sering naik saya, dari pada saya naikin...hehehe.
ReplyDeleteSaya copy gambar2nya ya pak. Trima kasih.
ReplyDeleteair terjun itu ada tujuh, dalam satu aliran sungai,
kita harus jalan kaki melewati jalan setapak yang
mendaki bukit yang penuh pepohonan.
jarak satu sama lain bervariasi, ada yang 30 menit
mendaki bukit itu, ada yang 15 menit, yang paling berat
dan jauh adalah menuju ke Curug Dua - penjaga loket
yang saya tanya bilang perjalanan kesana bisa dua jam
dan melewati jalur selatan langsung ke curug itu.
perjalanan dari persimpangan jalan raya ke gerbang
kawasan Cilember sekitar 3 km, rasanya tidak ada
tanjakan yang berat.
wuah bung Tigun tau saja yah tempat ini, saya sungguh
ketinggalan berita karena baru sekarang ini tahu.
silahkan di copy gambar2nya.
ReplyDeletesalam kenal kembali bu Vera,
fasilitas perkemahan apa yah ? - he3 -
maklum belum pernah sekalipun berkemah.
saya lihat anak2 itu ambil air untuk memasak
dari sungai yang jernih itu, kalau tempat MCK -
di dekat curug tujuh banyak toilet umum danjuga
warung2 itu menjual aneka makanan dan minuman.
saya lihat tempat berkemah selain di curug tujuh,
juga ada di dekat curug lima - nah kalau disini
tidak ada warung maupun MCK karena berada
sudah jauh diatas gunung.
Wah.. kenapa namanya aneh begini yah ?
ReplyDeleteAda ceritanya ?
Dokter Sindhi dan istri hebat yah.. semangat pisan.. sehat terus yah..!
ReplyDeletewah nggak ngerti tuh,
nama desanya juga lucu terdengarnya : Jogjogan,
entah apa pula artinya.
semangat? perlu dong,
kata pak Bondan di penutup Wisata Kuliner kan :
Tetap sehat tetap semangat, agar bisa trus jalan2
dan makan2, he3.
Saya sebenarnya iri dengan pak Mulya, mau kemana saja, tidak ada masalah, baik hari libur atau minggu, tapi saya masih harus pakai jadwal dan banyak pertimbangan - tapi yach sudahlah setiap orang ada gaya hidupnya sendiri2, yang penting enjoy saja!
ReplyDeletePak masalah air terjun besar atau kecil, semua sama saja, ciptaan Tuhan, kalau kita melihatnya dengan hati yang tulus mengakui kebesaran -Nya, maka semua akan terlihat indah...e...he..he!
Saya suka berkemah dan sudah mencobanya cuma di eropa, di Lado Di Garda,Italy dan Bornholm,Denmark. Tujuan selanjutnya Norway. Rasanya dekat banget deh dengan alam dengan berkemah. Di Indonesia belum pernah dan belum tahu bagaimana medannya. Di tempat2 yang pernah saya alami di daerah perkemahan itu ada fasilitas untuk mandi, mencuci, memasak dan juga toilet. Semua fasilitas ini, kecuali memasak, harus membayar dengan koin baru bisa memakainya.
ReplyDeleteBiasanya daerah perkemahan itu hanya di ground level, kayanya menarik sekali untuk berkemah di curug cilembar. Terima kasih pak atas review tempat2 yang tersembunyi karena menyembunyikan keindahan yang tersembunyi (he...he..he). Salam hangat dari kota yang menantikan kehangatan matahari, Copenhagen., Vera.
doain yah oom, aku bisa ngerayu suami toek ke sini.
ReplyDeleteBagus tapi keliatannya tempanya rame ya...
ReplyDeleteSalam kenal....
Pak Sin,curug cilember mmg bagus sekali. Bbrp kali main kesana jaman SMA dulu, Jadi teringat ingat jaman dulu duh..kangen nya sama Bogor .Thanks for sharing the photos.
ReplyDeletesalam kenal juga bu,
ReplyDeletebetul di curug tujuh rame,
tapi kalau keatas tidak banyak orang karena
lumayan nanjak dan melalui hutan sepi,
kalau dengkul kuat naik keatas - seimbang
lah dg cape nya karena bisa melihat alam
yang menyegarkan mata dan hati
saya tuh ketinggalan berita, rupanya sudah lama
ReplyDeleteyah dikenal wisata ke curug cilember ini, padahal
sejak jaman kuda gigit besi sering lewat kearah Puncak.
sekarang jalannya bagus walau dibeberapa tempat
agak sempit, harus hati2 karena banyak pejalan kaki.
boleh lagi lah kesana, usahakan bisa naik keatas,
saya kalau sempat mau kesana dan ambil jalur khusus
langsung ke curug dua, harus pake guide karena sulit
dan jauh, kabarnya sekitar dua jam baru sampai.
yaaah... dengkul-ku masih kuat gak yah? hehehe....
ReplyDeleteyoolo cakep nian ,..ini tempat!!!!
ReplyDeletemakaseh infonya,.....ya!!!!
Mantap Pak....kebayang betapa sehatnya saat di G.Salak....
ReplyDeletewah hebat juga nih ci Cuwita, bagaimana rasanya setelah melalui perjuangan berat sampai ketempat tujuan? Terus waktu pulang pakai semangat apa nih?
ReplyDeletePak Sindhi, hayuk atuh dibikin tur de curug setelah kemaren dengan sukses bikin tur de tangerang ;)) ;)), tapi dengan catatan tingkat kesulitan buat sampe ke curugnya jgn yg terlalu sulit dulu, yg gampang-gampang aja dulu, nanti pelan-pelan bisa meningkat ke level yang lebih sulit.
ReplyDeleteayo tuh para anak mude,
ReplyDeletemasa kalah sih sama kite2 yang
para pensiunan ini.
Kim,
ReplyDeleteiya tuh saya juga heran dia semangat benar,
mungkin karena perasaan nyaman berada
di alam yang hijau sejuk dan melihat air terjun
yang cantik2 itu, sempat di tarik2 dan di dorong2
juga sih, karena ada beberapa tempat rada berat
medannya - mula2 rada was2 juga karena itu kan
setengah hutan, rada sepi, tapi karena sesekali
berpapasan dg rombongan anak2 muda maka kami
berdua itu tetap berani meneruskan perjalanan.
enaknya sih jangan berdua saja biar tenang
ReplyDeleteDinny,
Curug Cilember kalo sampai level empat saja sih
mestinya nggak susah2 amat, soalnya ukurannya
kan istri saya - dia aja bisa nyampe -he3.
kalo curug di GunungSalak (Daon+Kawung, Luhur,
Ngumpet dan Cigamea) sebenarnya lebih gampang.
Cilember seru karena kita nanjak nerobos hutan,
kalo Kawung keren sekali, pokoknya seru dan asyik
lah kesana.
Kalo kesana nggak usah di organisir koq, gampang
nyari lokasinya.
hoooooooooh, baru sampei curug ke empat sudah cape begini. gimana kalau sampe curug ke 3, 2, 1. pulang kaki copot kalee.
ReplyDeleteWaktu saya di curug 4 ada serombongan anak muda
ReplyDeleteyang nerusin ke curug 3, udah deket sih cuma berat.
Ke curug Dua harus lewat jalur lain, khusus kearah
itu harus mulai dari bawah,
kalo curug Satu tidak diperbolehkan kesana, sangat
berbahaya.
Pak Sindhi, tnx atas infonya... mid Januari kemaren sempet ke sana bareng istri & 2 anak balita-ku.... kita sangat menikmati kesejukan & keasriannya... plus nilai edukatif dari budidaya kupu2...
ReplyDeleteur welcome,
ReplyDeletememang kesana sangat menyenangkan,
alam masih begitu asri dan damai.
kapan2 jalan kearah GunungSalak -
juga menyenangkan.
pernah kesini ? :
134. Menemukan Agropolitan diatas Cipanas.
http://smulya.multiply.com/photos/album/157
135. Wisata Agro Inkarla
http://smulya.multiply.com/photos/album/158
137. Makan Ditepi Sawah - Gasol Cianjur.
http://smulya.multiply.com/photos/album/163
138. Wisata Agro yang mendidik dan menghibur :
Kebun Wisata Pasir Mukti
http://smulya.multiply.com/photos/album/164
141. Ki Amuk yang kini tidak mengamuk lagi.
http://smulya.multiply.com/photos/album/167
143. Kokoh dan Unik - Bendung Walahar - anno 1925
http://smulya.multiply.com/photos/album/169
154. Pura Parahyangan Agung Jagatkarttya Taman Sari Gunung Salak.
http://smulya.multiply.com/photos/album/182
178. Mengunjungi sekaligus enam curug Gunung Salak.
http://smulya.multiply.com/photos/album/207/
182. Ciismun dan Cibodas
http://smulya.multiply.com/photos/album/211/
183. Serba Serbi Cipanas
http://smulya.multiply.com/photos/album/212/
184. Nostalgia Selabintana
http://smulya.multiply.com/photos/album/213/
selamat mencoba
Dok,
ReplyDeleteSaya belum pernah ke sana, meski kebetulan ada "gubug" kecil keluarga di dekatnya :(
lain kali, wajib dan "kudu" datang nih.
Lokasi ini dekat banget dg penjaga "gubug" saya .. :)
ReplyDeleteoh ya,
ReplyDeleteharus kudu atuh menelusuri curug itu,
naiknya nyantai koq, saya kan bukan
anak muda tapi bisa tuh sampai ke
curug ke empat, di perjalanan ada saja
ketemu anak2 muda yang mendaki jadi
terkesan aman.
Bercengkerama dengan alam adalah suatu hal yang sangat menyenangkan.....
ReplyDeletelha ini yang saya cari ... orang2 bilang bagus tp saya belum pernah nyampai sana.
ReplyDeletekalau jalan-jalan lagi ngikut dong Pak ... he.. he.. he..