Mendaki gunung tentu kegiatan yang lumrah, banyak orang
yang melakukannya dengan santai-santai saja.
Tapi kalau yang didaki itu gunung berapi aktif yang masih suka
mendadak terbatuk-batuk tentu lain cerita.
Itulah yang terlintas dikepala saya saat bus kami meninggalkan
hotel di kota Agrigento yang berada dipantai selatan pulau Sicilia,
menuju Caltanissetta - kota kecil di kaki Mount Etna.
Tanggal 1 Juli 2006 itu kami akan mendaki Etna, gunung berapi
yang bukan saja paling aktif di Eropa, juga merupakan gunung
berapi yang paling sering meletus di planet bumi ini.
Letusan pertama tercatat pada 1500 BC, dan sampai tahun 1993
saja sudah tercatat 209 kali meletus.
Tentu catatan rekor ini bisa ditambah dengan letusan tahun berikut
yang terjadi antara tahun 1995-2001, July-Agustus 2001, pada
summer 2002, Oct 2002-Jan 2003 dan terakhir tahun 2005..
Tapi Etna murah hati, berbeda sekali dengan gunung Vesuvius
yang dalam sekali letusan saja membunuh sampai 10.000 orang
penduduk Pompeii, maka Etna dalam 2000 tahun terakhir ini
rupanya hanya tega membunuh 100 orang saja.
Itupun karena si-korban dalam situasi "in the wrong place at
the wrong time", yaitu korban sengaja menonton letusan atau
kebetulan sedang berada terlalu dekat dengan kawah saat
tiba-tiba terjadi erupsi.
Walau tahu berbahaya, tetap saja para turis mendatangi Etna,
karena salah satu dari belasan gunung berapi di Italy selatan ini
begitu menakjubkan. Coba lihat saja prestasinya -
Etna bukan saja gunung tertinggi di Eropa (3350 meter dpl), juga
yang terbesar, ukuran base-nya 40 kali 60 kilometer dengan
volume sekitar 350 km3.
Erupsi terjadi hampir terus menerus dari kawah yang berada di
puncaknya, sedangkan erupsi dari kawah yang berada di lereng
terjadi setiap beberapa tahun.
Pada puncak Etna terdapat empat buah kawah, dan sekian kali
letusan telah menyebabkan munculnya sekitar 300 kawah pada
lereng-nya sehingga dijuluki :
"Mamma Etna's countless children", atau "Big Mamma".
Bentuk gunung memang unik, sampai ke ketinggian 1200 meter
masih agak landai dan padat dihuni penduduk yang menanam
anggur, jeruk, olive, anggrek dan almond yang tumbuh dengan
suburnya. Sampai ke ketinggian 2100 meter, tumbuh pohon
pinus dan chestnuts.
Diatas ketinggian itu hanya ada produk vulkanik, berupa bekas
aliran lava hitam, batu dan debu vulkanis.
Dan 400 meter terakhir adalah puncak-nya yang menjulang
tinggi berupa stratovulcano.
Dilereng sebelah timur terdapat Valle del Bove, sebuah bekas
kaldera kuno yang amblas menjadi jurang sedalam 600 - 1200
meter dengan lebar lebih dari 5 kilometer !
Saat tahun 1993 meletus, lava yang keluar dari puncak Etna
terlihat begitu spektakuler mengalir memasuki Valle del Bowe,
sehingga selama sembilan bulan itu ratusan ribu turis datang
menyaksikannya dari kota Catania.
Kecantikan Etna, seringnya meletus dan sejarah panjang
letusan yang terjadi, membuat Etna menjadi gunung berapi
paling terkenal didunia.
Dengan diterbitkannya ratusan tulisan mengenai berbagai aspek
geologi Etna, menjadikannya sebagai salah satu gunung berapi
yang paling banyak dipelajari didunia ini.
Perjalanan dari Agrigento menuju ke Caltanissetta mengarah ke
timur menelusuri pantai Laut Ionia, dan freeway yang kami lalui
keluar masuk banyak terowongan.
Pemandangan cukup menawan, banyak pohon cemara, zaitun,
terlihat rumah berlantai dua ditengah ladang dengan genteng
merah, terasa asri dan damai.
Setiba di Caltanissetta, mulailah kami melihat jejak Etna,
tampak bekas aliran lava yang dimuntahkan saat letusan yang
sangat dahsyat di tahun 1669.
Saat itu lava mengalir dari puncak Etna sampai ke kota Catania
yang berjarak 29 km !.
Bus kami kemudian berbelok kekiri meninggalkan freeway dan
mengarah keutara dimana Etna berada.
Perjalanan kini menanjak terus sepanjang jalan kecil, sepanjang
jalan banyak villa bagus, dan hijau asri banyak pepohonan.
Sekian lama mendaki, mendadak pemandangan hijau asri tadi
berubah. Kini tidak lagi terlihat pepohonan, rupanya sudah
mencapai daerah ketinggian dimana hanya ada black lava,
bebatuan dan pasir.
Pada letusan tahun 2000-2001 lava panas mengalir melalui daerah
yang kami lewati itu, dibeberapa lokasi mengubur jalan, sehingga
harus dibuat jalan baru.
Jalan mendaki berkelok-kelok dan disisi jalan ada rumah yang
sebagian terbakar, ada juga yang tertimbun black lava.
Aliran lava berupa bebatuan cair dengan panas sekitar 1000 derajat
untungnya saat itu mengalir lambat dengan kecepatan hanya
4 - 5 km/jam, sehingga penduduk sempat melarikan diri.
Secara ajaib ada beberapa bangunan lolos dari terjangan lava yang
secara aneh bisa membelok menjauhi bangunan tersebut.
Salah satunya adalah bangunan Restoran tempat kami makan siang.
Selesai makan kami menuju stasiun cable car, dan memasuki
gondola berkapasitas 6 orang, yang membawa kami dari ketinggian
1966 ke 2500 meter.
Kami duduk didalam gondola yang terasa pengap dan panas sekali,
membuat kami menjadi agak gelisah, tapi untunglah pemandangan
saat gondola berjalan menakjubkan.
Sejauh mata memandang kebawah terlihat hanya hamparan black
lava yang lebar sekali sekitar 1 kilometer.
Memang saat letusan tahun 1983, baik stasiun cable car maupun
Observatory hancur dilanda aliran lava tersebut.
Kalau memandang kebawah tampak kaki gunung yang hijau subur,
dan keatas tampak puncak Etna yang makin lama makin jelas.
Setiba di stasiun atas cable car, kami naik bus mini yang segera
menderu mendaki menelusuri jalan berbatu halus berwarna hitam.
Disatu tempat kami semua turun dan kini kami berada di dataran
tinggi yang serba hitam - tengok kiri kanan terlihat wilayah tertutup
hamparan kerikil dan pasir berwarna hitam.
Puncak Etna yang berupa tonjolan raksasa setinggi 400 meter
terlihat menjulang tinggi tak jauh dari tempat kami berdiri.
Kami tentu tidak mendaki puncak yang masih aktif itu tapi berjalan
menuju salah satu kawah di lereng yang baru saja terbentuk pada
letusan tahun 2002.
Berjalan agak susah, diatas gunung setinggi itu angin menerpa
dengan keras sekali padahal kami harus berjalan diatas kerikil
dan pasir halus berwarna hitam.
Untunglah kami sudah bersiap dengan memakai sepatu kets
sehingga walau pelan bisa jalan juga diatas pasir yang cukup
licin itu.
Kami berjalan beriringan dan sekitar 15 menit kemudian kami
mendapati kalau sekarang kami berada di tepian sebuah kawah
yang sangat mendebarkan hati.
Kawah yang luas itu mirip lubang undur2 - dinding lubang seperti
tumpeng terbalik - jadi mengerucut kebawah dimana terdapat
sebuah lubang yang mengepulkan asap putih.
Saya perkirakan kalau ada orang terjatuh maka akan susah
menahan jatuhnya, karena dinding kawah terdiri dari kerikil/
pasir halus itu. Maka bisa tak tertahan, terus merosot dan
masuk kedalam lubang kawah, persis seperti semut yang jatuh
kedalam lubang undur2.
Dari tempat itu pemandangan cantik sekali, sekeliling tampak
padang pasir berwarna hitam dan puncak Etna yang tampak
angkuh menjulang tertutup awan.
Sebagian teman melanjutkan jalan, memutari kawah undur2 itu
karena disebrang kawah ini kabarnya ada kawah lainnya yang
lebih cantik lagi.
Istri saya tidak mau ikut, dia takut jatuh karena angin keras
sekali, sekian lama dibujuk juga tidak mempan.
Akhirnya istri dengan beberapa teman memutuskan balik ke bus.
Saya sendirian mencoba mengejar teman2 yang sudah berada
jauh didepan.
Tapi sulit sekali karena jalan setapak sepanjang tepian kawah
itu menanjak tinggi sekali. Sampai jantung deg2an nggak keruan
dan nafas hampir putus tetap saja mereka tidak terkejar.
Setiba ditujuan yaitu dilokasi paling tinggi dengan pemandangan
yang luar biasa indahnya itu ternyata teman2 sudah pada pergi,
jadi tinggal saya sendirian ditempat yang sunyi terpencil itu.
Dari tempat itu sebuah kawah lain yang sudah mati tampak
cantik sekali berwarna warni, dan jauh dibawah tampak stasiun
cable car dan mobil bus mini sedang bergerak naik turun gunung -
sungguh pemandangan yang menakjubkan.
Berada sendirian diatas gunung yang begitu tinggi dan sunyi,
terasa sekali betapa kecilnya kita sebagai manusia ditengah
keperkasaan alam itu.
Walau agak betah disana, tapi lama-lama serem juga maklum
sendirian saja, maka saya segera menuruni bukit menyusul
rombongan.
Perjalanan dilanjutkan menuju stasiun cable car, sekitar jam
16.00 tiba di tempat parkir bus besar kami.
Sekitar jam 16.45, belum jauh bus meninggalkan lokasi stasiun
cable car tiba2 turun hujan dan semua terpana karena yang turun
ternyata bukan air hujan tapi butiran es. Ramai deh tak tik tok
suara butiran es menimpa atap dan kaca mobil.
Tentu semua senang sekali melihat fenomena alam unik yang
berlangsung sekitar sepuluh menit itu.
Tiba2 guide kami menunjuk ke puncak gunung yang baru saja
kami tinggalkan itu - ternyata puncak Etna mengeluarkan asap
hitam tebal.
Rupanya Etna memberikan salam perpisahan yang unik kepada
rombongan kami, mendaki The Wonder Volcano hari itu sungguh
memberikan kenangan indah tak terlupakan.
saya sekali naik ke vesuvio pak sindhi :-)
ReplyDeletedi puncak Vesuvius ada kawah yang masih aktif ?
ReplyDeletekalau di puncak Etna ada 4 kawah yang masih aktif,
kami tentu tidak kesana, selain sulit dan tidak ada waktu,
juga ---- siapa berani ? he3,
nggak mau nambahin angka 100 orang korban itu.
atau santorini (lagi)
ReplyDeletemasih ada yang aktif, tapi ya cuma kepulan asap gitu
ReplyDeletePak Sindhi.. ngga ngeri? mengingat ini gunung api aktif terbesar di eropa... hmmm... kalo aku ikutan ibu aja kali.. balik ke bis...
ReplyDelete*soalnya bentar lagi mantu* :)
cantik2 sekali batunya
ReplyDelete
ReplyDeletembak vinke,
tentu serem sih, tapi kan kita suka senang
hal2 yang rada2 unik gitu, jadi di-berani2-in deh.
wah, kalo liat MP-nya, serasa ikut keliling dunia.. haha :)
ReplyDeletebtw, gunung vesuvius tuh tempatnya mimi hitam si gober, bukan ?
wekekekk :p.
This etna, Mr. sindhiarta, its a monument of my marriage!. Saya di lamar calon di situ, ya, di catania, etna, di tempat yang saya bilang " somewhere in nowhere".... diantara kabut, ( saat itu, november 2005)...I like vulcano so much! they are simple and mysterical. Rakata dua kali saya daki, Etna, kami rencana kembali ( itu gunung luas ya...). Gimana nggak... waktu itu kami naik sampai puncak, jalan kaki, turun setelah minum kopi, pake bus... mesti balik kan, untuk ngerasain kereta gantung!.
ReplyDeleteAda satu taman, duh lupa namanya yang kalau kita duduk2, pemandangan satu2nya, etna. Romantis bener........trus satu lagi yang ada patung gajahnya, kami suka sengaja ingin duduk dibawahnya dengan mantra" wish for a good luck!" then.....the good luck is there...
Salam sutra.
dear Tresya
ReplyDeleteThis etna, Mr. sindhiarta, its a monument of my marriage!. Saya di lamar calon di situ,
Waduh, bukan main - Etna jadi saksi rupanya atas
moment yang begitu romantis.