Acara Buka Bersama sekitar 50 anggota komunitas Jalansutra, Minggu 15 October 2006, bertempat di kediaman bapak Kepala Suku - Bukit Sentul Bogor. Acara ini dihadiri juga oleh tamu baik dari dalam negeri - pak Bruriadi Kusuma (yang sudah jalan-jalan ke 150 negara) , juga dua orang JSers luar negeri yaitu bu Kim Soan dari Jepang, dan bu Julia Guerre dari Toulouse Perancis (datang bersama putrinya yg baru berusia 3 bulan - Anais).
Sunday, October 15, 2006
Buka Bersama Jalansutra - 15 October 2006 - Bukit Sentul Bogor
Acara Buka Bersama sekitar 50 anggota komunitas Jalansutra, Minggu 15 October 2006, bertempat di kediaman bapak Kepala Suku - Bukit Sentul Bogor. Acara ini dihadiri juga oleh tamu baik dari dalam negeri - pak Bruriadi Kusuma (yang sudah jalan-jalan ke 150 negara) , juga dua orang JSers luar negeri yaitu bu Kim Soan dari Jepang, dan bu Julia Guerre dari Toulouse Perancis (datang bersama putrinya yg baru berusia 3 bulan - Anais).
Soft Opening Tea Gallery at Senayan City.
Friday, October 13, 2006
Pertapaan yang pernah disatroni James Bond - Meteora, Central Greece.
Kalau bicara tentang pertapaan, tentu terbayang tempat yang
sunyi tenang jauh dari keramaian.
Pertapa tentunya mencari tempat yang jauh dari gangguan,
misalnya gua yang sulit dijangkau dan seringkali menyeramkan.
Di Yunani Tengah terdapat tempat bertapa yang bukan saja jauh
dari keramaian, juga sangat terisolir karena berada diatas puncak
bukit-bukit batu karang raksasa yang dindingnya sangat curam.
Nyaris tegak lurus sehingga sangat sulit didaki.
Semula para pertapa di abad 11 Masehi mengasingkan diri
dengan cara menghuni gua/ceruk dilereng bukit-bukit terjal
yang tingginya mencapai 50 meter itu.
Belakangan, di abad ke 15, barulah para pendeta membangun
berbagai biara dipuncak bukit terjal yang sangat sulit dijangkau itu.
Untuk masuk keluar biara hanya bisa dengan tangga tali atau naik
keranjang yang dikerek dari atas dengan tali.
Itulah Meteora, yang berada jauh ditengah daratan Yunani.
Pebukitan batu karang dikaki pegunungan Pindos ini muncul
menjulang tinggi seakan sekumpulan stalakmit raksasa yang
mencuat tumbuh dari dasar lembah Thessalian.
Biara-biara tersebut tampak cantik me-mahkotai berbagai bukit itu.
Genteng merahnya kontras sekali dengan dinding bukit karang
yang berwarna abu-abu kusam..
View dari atas bukit kearah dataran rendah yang penuh pepohonan,
jurang dan desa - sungguh luar biasa cantik, sehingga Meteora
disebut sebagai salah satu tempat yang paling mempesona dibumi.
Didalam biara terdapat banyak old icons, lukisan dinding, pahatan
kayu berlapis emas dan banyak benda kuno bernilai tinggi lainnya.
Sayang sekali saat Perang Dunia II, tentara Nazi menghancurkan
banyak biara antik dan bersejarah itu, sehingga dari 24 biara kuno
hanya tinggal enam yang masih bisa dihuni dan dijadikan museum.
Produser film James Bond rupanya tertarik akan tempat yang unik
dan cantik ini, sehingga memilih biara yang bernama Agia Triada
(Holy Trinity) Monastery untuk menjadi lokasi pembuatan film
For Your Eyes Only yang diperankan oleh Roger Moore.
Mengunjungi biara-biara tersebut sekarang tidak sulit lagi karena
telah dibangun jalan menuju pebukitan Meteora itu, dan juga telah
dibuatkan tangga pada dinding tebing sehingga pengunjung bisa
naik keatas bukit sampai mencapai bangunan biara.
Meteora juga telah ditetapkan sebagai Unesco's World Heritage,
dan kini jutaan turis dalam dan luar negeri berdatangan ke Meteora
yang dikatakan One of the Most Amazing Places in Greece atau
One of the Most Spectacular Places to visit in Greece.
Perjalanan kami menuju Meteora, berawal dari Igoumenitsa,
sebuah kota pelabuhan kecil di pantai barat Yunani.
Pagi hari tanggal 5 Juli 2006 itu, setelah semalaman berlayar
menyebrang laut Adriatik, kami diturunkan dari kapal ferry
Blue Horizon yang membawa kami dari kota Bari Italy.
Setelah breakfast, sekitar jam 7.30, bus berangkat menuju kota
Kalambaka sejauh 230 kilometer, yang berada dikaki Meteora.
Perjalanan awalnya menyenangkan karena melalui highway,
Selepas kota Ioannina, berganti melalui jalan biasa dan kini
memasuki kawasan pegunungan Pindos.
Pemandangan menelusuri lereng pegunungan yang tinggi itu
awalnya masih menarik karena pandangan indah sekali kearah
jurang dan deretan pegunungan diseberangnya.
Tapi setelah sekian jam bus ini tidak habis2-nya belok-belok
sepanjang lereng gunung, lama lama tentu bosan juga, koq
tidak sampai-sampai di tujuan.
Malah mulai banyak yang mengeluh pusing, dan saya yang
biasanya tahan juga mulai ikutan sakit kepala.
Untunglah akhirnya perjalanan lepas juga dari pegunungan,
bus kini turun memasuki lembah Thessalian
Sekitar jam 12 tibalah kami dikota Kalambaka yang persis
ada dibawah pebukitan Meteora itu dan langsung menuju
restoran untuk makan siang.
Selesai makan siang kami segera bergegas menuju bus
karena kesempatan mengunjungi Meteora hanya siang itu,
kalau sampai kesorean atau turun hujan sia-sia lah perjalanan
panjang itu.
Ternyata sedikit saja keluar kota, disisi jalan sudah terlihat
bukit karang raksasa menjulang tinggi, dindingnya nyaris
tegak lurus.
Tour leader menunjuk kearah dinding terjal itu, dimana terlihat
lubang gua bekas tempat tinggal para pertapa jaman dulu itu.
Disatu tempat bus berhenti dipinggir jalan, dan kami semua
turun dan tampaklah diatas sebuah bukit yang tinggi curam :
The Holy Monastery of St. Nicholas Anapausas.
Biara dengan small dome ini dibangun pada awal abad 16,
didekorasi tahun 1527 oleh seorang pelukis dari Creta.
Sebuah tali panjang tampak terjuntai dari atas biara sampai
ke tanah, rupanya untuk menaik-turunkan barang.
Terbayang dimana ratusan tahun lalu para biarawan hanya
bisa naik turun lewat tali seperti itu, unik sekali.
Tentunya mereka benar2 aman dan terasing dari dunia luar.
Kami tidak memasuki biara kecil itu karena sulit didaki, dan
perjalanan berikut ber-liku2 naik turun sepanjang kaki
pebukitan untuk menuju salah satu dari dua biara yang dihuni
pendeta perempuan yaitu :
The Holy Monastery of St.Stephan.
Sesaat sebelum tiba, bus kami berhenti lagi sejenak untuk
melihat dari kejauhan Agia Triada Monastery yang pernah
dipakai untuk shotting film James Bond.
Memang sungguh cantik biara itu, tampak dikejauhan sebuah
bukit yang sendirian berdiri seakan sebuah ibu jari raksasa
yang ditegakkan.
Dalam film For Your Eyes Only itu, James Bond terlihat
merayap mendaki dinding bukit yang terjal tersebut.
Rumah2 genteng merah tampak kontras dengan dinding
kelabu bukit karang dibawahnya, dan dilatarbelakangi
dikejauhan lembah yang hijau - sungguh pemandangan
yang sangat memukau.
Sayang sekali, setiba di Biara St.Stephan kami tidak bisa
masuk, kabarnya sih penghuninya sedang istirahat, padahal
kami sudah sampai di pintu pagar-nya.
Apalagi sebelumnya tour leader sudah me-wanti2 kami agar
tidak terpesona akan kecantikan para biarawati disana katanya.
View dari biara ini paling cantik karena pandangan begitu
terbuka kearah keseluruhan lembah Thessalian dan kota
Kalambaka.
Sebagai pengganti, kami menuju biara lain yaitu :
The Holy Monastery of Rousanou, yang dibangun pada
pertengahan abad ke 16, dan selesai didekorasi pada tahun 1560.
Biara yang juga disebut St.Barbara ini hanya dihuni biarawati dan
sudah dijadikan museum.
Untuk memasukinya diberlakukan keharusan memakai pakaian
yang sopan, karena didalamnya masih ada biarawati dan kapel.
Setiba di kaki bukit semua bengong karena biara itu seakan
menggantung dilangit - tinggi sekali.
Untuk bisa mencapai biara itu harus menapaki dulu sekitar 200
anak tangga, melihat itu sebagian teman memilih menyerah -
tidak ikut naik.
Setelah ngos2an naik tangga, sampailah kami didalam bangunan
biara, tidak terlalu besar - maklum dibangun diatas batu karang.
Tapi terlihat asri, banyak tanaman bunga yang terawat baik sekali.
Sekeliling terlihat bukit2 batu lainnya dan pemandangan dari atas
itu kearah lembah dikejauhan sungguh cantik.
Di dalam biara kami sempat bertemu dengan seorang biarawati,
dia bersama beberapa petugas wanita menerima kedatangan tamu
dan menjaga toko souvenir disitu.
Sayang saya tidak punya keberanian untuk diam-diam memfotonya.
Ternyata kami boleh masuk pula kedalam sebuah kapel kecil yang
berada didalam biara.
Seorang wanita yang berjaga dipintu kapel me-wanti2 kami untuk
tidak mengambil foto didalam kapel.
Kapel kecil kuno itu sempit, dindingnya penuh lukisan religius kuno,
terasa aura kedamaian dan kesunyian didalamnya.
Saat memandang keluar dari jendela kecil kapel, tampak terlihat
pegunungan Pindos dan juga lembah Thessalian nun jauh dibawah.
Terasa tepat sekali tempat ini dinamai Meteora yang dalam
bahasa Turki berarti : Hovering in the Air.
Berada disitu memang serasa mengapung diudara, dan dalam
kesunyian dan kesendirian itu para pertapa itu tentunya mudah
dalam mengarahkan dirinya kepada Yang Diatas.
Kini tentu bisa difahami mengapa para pertapa memilih tempat
indah ini untuk terus berdoa dan berdoa sepanjang umur sampai
menutup mata.
Saturday, October 7, 2006
The Wonder Volcano - Etna, Sicily Italy.
Mendaki gunung tentu kegiatan yang lumrah, banyak orang
yang melakukannya dengan santai-santai saja.
Tapi kalau yang didaki itu gunung berapi aktif yang masih suka
mendadak terbatuk-batuk tentu lain cerita.
Itulah yang terlintas dikepala saya saat bus kami meninggalkan
hotel di kota Agrigento yang berada dipantai selatan pulau Sicilia,
menuju Caltanissetta - kota kecil di kaki Mount Etna.
Tanggal 1 Juli 2006 itu kami akan mendaki Etna, gunung berapi
yang bukan saja paling aktif di Eropa, juga merupakan gunung
berapi yang paling sering meletus di planet bumi ini.
Letusan pertama tercatat pada 1500 BC, dan sampai tahun 1993
saja sudah tercatat 209 kali meletus.
Tentu catatan rekor ini bisa ditambah dengan letusan tahun berikut
yang terjadi antara tahun 1995-2001, July-Agustus 2001, pada
summer 2002, Oct 2002-Jan 2003 dan terakhir tahun 2005..
Tapi Etna murah hati, berbeda sekali dengan gunung Vesuvius
yang dalam sekali letusan saja membunuh sampai 10.000 orang
penduduk Pompeii, maka Etna dalam 2000 tahun terakhir ini
rupanya hanya tega membunuh 100 orang saja.
Itupun karena si-korban dalam situasi "in the wrong place at
the wrong time", yaitu korban sengaja menonton letusan atau
kebetulan sedang berada terlalu dekat dengan kawah saat
tiba-tiba terjadi erupsi.
Walau tahu berbahaya, tetap saja para turis mendatangi Etna,
karena salah satu dari belasan gunung berapi di Italy selatan ini
begitu menakjubkan. Coba lihat saja prestasinya -
Etna bukan saja gunung tertinggi di Eropa (3350 meter dpl), juga
yang terbesar, ukuran base-nya 40 kali 60 kilometer dengan
volume sekitar 350 km3.
Erupsi terjadi hampir terus menerus dari kawah yang berada di
puncaknya, sedangkan erupsi dari kawah yang berada di lereng
terjadi setiap beberapa tahun.
Pada puncak Etna terdapat empat buah kawah, dan sekian kali
letusan telah menyebabkan munculnya sekitar 300 kawah pada
lereng-nya sehingga dijuluki :
"Mamma Etna's countless children", atau "Big Mamma".
Bentuk gunung memang unik, sampai ke ketinggian 1200 meter
masih agak landai dan padat dihuni penduduk yang menanam
anggur, jeruk, olive, anggrek dan almond yang tumbuh dengan
suburnya. Sampai ke ketinggian 2100 meter, tumbuh pohon
pinus dan chestnuts.
Diatas ketinggian itu hanya ada produk vulkanik, berupa bekas
aliran lava hitam, batu dan debu vulkanis.
Dan 400 meter terakhir adalah puncak-nya yang menjulang
tinggi berupa stratovulcano.
Dilereng sebelah timur terdapat Valle del Bove, sebuah bekas
kaldera kuno yang amblas menjadi jurang sedalam 600 - 1200
meter dengan lebar lebih dari 5 kilometer !
Saat tahun 1993 meletus, lava yang keluar dari puncak Etna
terlihat begitu spektakuler mengalir memasuki Valle del Bowe,
sehingga selama sembilan bulan itu ratusan ribu turis datang
menyaksikannya dari kota Catania.
Kecantikan Etna, seringnya meletus dan sejarah panjang
letusan yang terjadi, membuat Etna menjadi gunung berapi
paling terkenal didunia.
Dengan diterbitkannya ratusan tulisan mengenai berbagai aspek
geologi Etna, menjadikannya sebagai salah satu gunung berapi
yang paling banyak dipelajari didunia ini.
Perjalanan dari Agrigento menuju ke Caltanissetta mengarah ke
timur menelusuri pantai Laut Ionia, dan freeway yang kami lalui
keluar masuk banyak terowongan.
Pemandangan cukup menawan, banyak pohon cemara, zaitun,
terlihat rumah berlantai dua ditengah ladang dengan genteng
merah, terasa asri dan damai.
Setiba di Caltanissetta, mulailah kami melihat jejak Etna,
tampak bekas aliran lava yang dimuntahkan saat letusan yang
sangat dahsyat di tahun 1669.
Saat itu lava mengalir dari puncak Etna sampai ke kota Catania
yang berjarak 29 km !.
Bus kami kemudian berbelok kekiri meninggalkan freeway dan
mengarah keutara dimana Etna berada.
Perjalanan kini menanjak terus sepanjang jalan kecil, sepanjang
jalan banyak villa bagus, dan hijau asri banyak pepohonan.
Sekian lama mendaki, mendadak pemandangan hijau asri tadi
berubah. Kini tidak lagi terlihat pepohonan, rupanya sudah
mencapai daerah ketinggian dimana hanya ada black lava,
bebatuan dan pasir.
Pada letusan tahun 2000-2001 lava panas mengalir melalui daerah
yang kami lewati itu, dibeberapa lokasi mengubur jalan, sehingga
harus dibuat jalan baru.
Jalan mendaki berkelok-kelok dan disisi jalan ada rumah yang
sebagian terbakar, ada juga yang tertimbun black lava.
Aliran lava berupa bebatuan cair dengan panas sekitar 1000 derajat
untungnya saat itu mengalir lambat dengan kecepatan hanya
4 - 5 km/jam, sehingga penduduk sempat melarikan diri.
Secara ajaib ada beberapa bangunan lolos dari terjangan lava yang
secara aneh bisa membelok menjauhi bangunan tersebut.
Salah satunya adalah bangunan Restoran tempat kami makan siang.
Selesai makan kami menuju stasiun cable car, dan memasuki
gondola berkapasitas 6 orang, yang membawa kami dari ketinggian
1966 ke 2500 meter.
Kami duduk didalam gondola yang terasa pengap dan panas sekali,
membuat kami menjadi agak gelisah, tapi untunglah pemandangan
saat gondola berjalan menakjubkan.
Sejauh mata memandang kebawah terlihat hanya hamparan black
lava yang lebar sekali sekitar 1 kilometer.
Memang saat letusan tahun 1983, baik stasiun cable car maupun
Observatory hancur dilanda aliran lava tersebut.
Kalau memandang kebawah tampak kaki gunung yang hijau subur,
dan keatas tampak puncak Etna yang makin lama makin jelas.
Setiba di stasiun atas cable car, kami naik bus mini yang segera
menderu mendaki menelusuri jalan berbatu halus berwarna hitam.
Disatu tempat kami semua turun dan kini kami berada di dataran
tinggi yang serba hitam - tengok kiri kanan terlihat wilayah tertutup
hamparan kerikil dan pasir berwarna hitam.
Puncak Etna yang berupa tonjolan raksasa setinggi 400 meter
terlihat menjulang tinggi tak jauh dari tempat kami berdiri.
Kami tentu tidak mendaki puncak yang masih aktif itu tapi berjalan
menuju salah satu kawah di lereng yang baru saja terbentuk pada
letusan tahun 2002.
Berjalan agak susah, diatas gunung setinggi itu angin menerpa
dengan keras sekali padahal kami harus berjalan diatas kerikil
dan pasir halus berwarna hitam.
Untunglah kami sudah bersiap dengan memakai sepatu kets
sehingga walau pelan bisa jalan juga diatas pasir yang cukup
licin itu.
Kami berjalan beriringan dan sekitar 15 menit kemudian kami
mendapati kalau sekarang kami berada di tepian sebuah kawah
yang sangat mendebarkan hati.
Kawah yang luas itu mirip lubang undur2 - dinding lubang seperti
tumpeng terbalik - jadi mengerucut kebawah dimana terdapat
sebuah lubang yang mengepulkan asap putih.
Saya perkirakan kalau ada orang terjatuh maka akan susah
menahan jatuhnya, karena dinding kawah terdiri dari kerikil/
pasir halus itu. Maka bisa tak tertahan, terus merosot dan
masuk kedalam lubang kawah, persis seperti semut yang jatuh
kedalam lubang undur2.
Dari tempat itu pemandangan cantik sekali, sekeliling tampak
padang pasir berwarna hitam dan puncak Etna yang tampak
angkuh menjulang tertutup awan.
Sebagian teman melanjutkan jalan, memutari kawah undur2 itu
karena disebrang kawah ini kabarnya ada kawah lainnya yang
lebih cantik lagi.
Istri saya tidak mau ikut, dia takut jatuh karena angin keras
sekali, sekian lama dibujuk juga tidak mempan.
Akhirnya istri dengan beberapa teman memutuskan balik ke bus.
Saya sendirian mencoba mengejar teman2 yang sudah berada
jauh didepan.
Tapi sulit sekali karena jalan setapak sepanjang tepian kawah
itu menanjak tinggi sekali. Sampai jantung deg2an nggak keruan
dan nafas hampir putus tetap saja mereka tidak terkejar.
Setiba ditujuan yaitu dilokasi paling tinggi dengan pemandangan
yang luar biasa indahnya itu ternyata teman2 sudah pada pergi,
jadi tinggal saya sendirian ditempat yang sunyi terpencil itu.
Dari tempat itu sebuah kawah lain yang sudah mati tampak
cantik sekali berwarna warni, dan jauh dibawah tampak stasiun
cable car dan mobil bus mini sedang bergerak naik turun gunung -
sungguh pemandangan yang menakjubkan.
Berada sendirian diatas gunung yang begitu tinggi dan sunyi,
terasa sekali betapa kecilnya kita sebagai manusia ditengah
keperkasaan alam itu.
Walau agak betah disana, tapi lama-lama serem juga maklum
sendirian saja, maka saya segera menuruni bukit menyusul
rombongan.
Perjalanan dilanjutkan menuju stasiun cable car, sekitar jam
16.00 tiba di tempat parkir bus besar kami.
Sekitar jam 16.45, belum jauh bus meninggalkan lokasi stasiun
cable car tiba2 turun hujan dan semua terpana karena yang turun
ternyata bukan air hujan tapi butiran es. Ramai deh tak tik tok
suara butiran es menimpa atap dan kaca mobil.
Tentu semua senang sekali melihat fenomena alam unik yang
berlangsung sekitar sepuluh menit itu.
Tiba2 guide kami menunjuk ke puncak gunung yang baru saja
kami tinggalkan itu - ternyata puncak Etna mengeluarkan asap
hitam tebal.
Rupanya Etna memberikan salam perpisahan yang unik kepada
rombongan kami, mendaki The Wonder Volcano hari itu sungguh
memberikan kenangan indah tak terlupakan.
Monday, October 2, 2006
Tayangan Ulang - Ultah ke 3 Komunitas Jalansutra - JAK TV.
Start: | Oct 5, '06 7:00p |
bahwa akan ada tayang ulang (re-run) acara Ultah JS
ke-3 di acara Komunitas Kita pada hari Kamis,
5 Oktober 2006 pukul 19.00.
Subscribe to:
Posts (Atom)