Seperti dua tahun lalu, acara kumpul-kumpul rekan kerja istri saya
beserta keluarga direncanakan kembali berlangsung di Bali.
Sempat terfikir koq ke Bali lagi, selain sudah pada sering kesana,
juga engga serem nih datang ke Bali.
Tapi ternyata animo tinggi, malah karena saking banyaknya peserta
yang mencapai 130 orang, rombongan jadi dibagi dalam dua kloter.
Karena saya dan istri masuk kloter pertama, maka sekitar jam 14
kami sudah check-in di Hotel Sahid Kuta, dan berikutnya adalah
acara bebas.
Saya dengan beberapa rekan mengisi waktu dengan berjalan santai
sepanjang pantai Kuta yang terlihat tidak terlalu ramai (foto).
Memang beberapa orang yang kami tanya menyatakan bahwa
turis barat sangat sedikit sejak kejadian Bom Bali II, tapi turis dalam
negeri justru sekarang banyak katanya.
Saya sempat nilpon bung Yos Kebe - Jsers Bali untuk menanyakan
dimana kami bisa cari makanan ringan, diarahkan ke Kuta Square.
Memasuki Kuta Square ingatan langsung balik ke tayangan TV saat
Bom Bali II, dimana tampak orang panik berlarian di jalan yang
ditengahnya ada pohon palem.
Terlihat pertokoan itu sudah hidup lagi, tapi Raja's cafe yang rusak
berat tampak masih dalam tahap perbaikan (foto).
Kami jadi ragu memasuki cafe yang ditunjuki bung Yos, maklum
letaknya hanya beberapa pintu saja dari Raja's cafe itu, he3.
Mendadak teringat kalau di Kuta ini juga ada Warung Made,
maka setelah tanya-tanya dan jalan nelusup-nelusup gang sempit
sampailah kami di resto yang memang bentuknya seperti warung
tapi interiornya ditata keren dan apik sekali (foto).
Tidak banyak tamu disana, tapi ada juga beberapa turis barat,
dan pesanan kami berenam rupanya seragam : Ribs, yang dalam
waktu tidak terlalu lama sudah datang dalam porsi yang bikin
mata istri saya melotot - porsinya gede banget.
Selesai makan, rupanya sudah pada kekenyangan dan malas jalan
kaki, dan terfikir mau naik taxi saja.
Memang banyak bersliweran taxi Blue Bird yang kabarnya ada
sekitar 500 unit disana, cuma sempat ragu apakah si sopir mau
untuk jarak dekat saja itu.
Setelah dapat info bahwa memang di Kuta sopir taxinya mau,
maka kami cari Blue Bird, dan benar saja kami sudah tiba di
hotel saat meteran taxi baru menunjukkan 9000,-
Esok harinya 13 Mei 2006, adalah acara rekreasi, peserta bisa
memilih salah satu dari tiga kegiatan.
Pertama adalah Spa, dikatakan kita bisa memanjakan tubuh
selama dua jam dengan tradisional massage.
Tentu ini bukan pilihan saya, masa sih jauh-jauh datang ke Bali
cuma buat dipijit doang.
Pilihan berikut bisa ikut Rafting di Sungai Ayung yang dikatakan
sebagai salah satu obyek wisata yang paling spektakuler disana.
Rupanya peminat acara ini banyak sekali, sampai 70 orang !
Tapi istri saya sejak awal sudah bilang tidak mau ikut, karena
dia berenangnya gaya batu alias langsung hilang kalau masuk air.
Yah sudah mau apa lagi selain ambil pilihan terakhir yaitu
Water Sport di Tanjung Benoa.
Selain akan mengunjungi Turtle Island, disana kami boleh pilih
naik Banana Boat, atau satu atraksi yang paling anyar yaitu
Fly Fish, katanya sih Fly Fish ini belum ada di tempat lain.
Kalau Banana Boat bentuknya seperti pisang, maka Fly Fish
bentuknya seperti kasur besar dari karet dimana dua orang
bisa tidur terlentang berdampingan.
Seperti Banana Boat, kasur ini juga digeret oleh motor-boat
dengan cara menarik tali yang terhubung ke bagian kepala
kasur itu.
Saking kencangnya lari motor-boatnya maka kasur itu akan
melayang dan terangkat dari permukaan laut dan posisi orang
yang tiduran diatas kasur menjadi setengah berdiri.
Asyik sekali memang, bisa terbang mundur melayang diatas
air sambil setengah berdiri itu.
Tentu ikut kedua kegiatan ini harus siap berbasah ria, begitu
pula kalau mau snorkling.
Karena males ber-basah2 gitu,maka pilihan saya mau tidak
mau adalah parasailing, masa mau bengong saja di pantai.
Setelah mendaftar, saya perhatikan persiapan yang dilakukan
oleh petugas terhadap orang yang mau terbang itu.
Mula2 dipakaikan pelampung, lalu semacam belt dikenakan
dikedua paha dan pinggang, lalu diberikan sarung tangan.
Tangan kanan pakai sarung tangan warna biru, tangan kiri
warna merah, dan di briefing bahwa saat nanti akan mendarat
kalau petugas didarat melambaikan bendera biru berarti
tangan kanan yang ada sarung tangan biru harus menarik
se-kuat2nya tali parasut kanan agar parasut membelok miring
mengarah mendekati pantai/daratan.
Kalau ini tidak dilakukan maka bisa melenceng menjauhi
pantai dan mendaratnya nyebur di laut.
Saat tiba giliran saya yang sudah siap dengan pakaian
tempur itu, dan tali dibadan saya diikatkan ke parasut.
Didepan saya ada tali yang menghubungkan parasut dengan
motor-boat yang standby sekian puluh meter ditengah laut.
Para petugas mulai mengembangkan parasut dan boat mulai
berjalan sambil menarik tali parasut dimana saya terikat.
Saya segera diperintahkan berlari mengikuti tali, dan Ciaaaat -
saya mulai terangkat dan melayang - asyiiik !!
Boat menarik dengan cepat dan saya makin melayang tinggi,
rasanya sekitar dua kali tinggi pohon kelapa.
Tentu pemandangan dari ketinggian kearah bawah indah
sekali, dasar laut terlihat warna warni hijau-biru cantik sekali,
dan bisa melihat kesekeliling tanjung Benoa itu.
Terasa sangat menyenangkan melayang sendirian, sunyi dan
dibawah tampak perahu2 bersliweran, dan ada tiga parasut
serupa yang sedang beterbangan dikejauhan.
Boat yang menarik saya membuat gerakan melingkar sehingga
mendekati pantai lagi, dan kini saatnya mendarat.
Saya makin mendekati pantai dan menurun, tampak dikejauhan
petugas melambaikan bendera biru, maka dengan kedua tangan
saya membetot tali parasut kanan yang membuat parasut
membelok menuju kearah pantai.
Boat makin melambat sehingga parasut juga makin menurun
dan saya makin mendekati pasir pantai, dan saya mendarat
sambil disambut para petugas.
Wah lega bisa mendarat dengan baik, tadinya sempat khawatir
juga takut keseleo.
Baru saja melepas tali-tali, pelampung dan berteduh lagi,
tiba-tiba istri saya bilang : Mau nyoba juga ah !
Haaaah ?? Nggak salah nih ???
Apa iya orang penakut gini bisa mau terbang setinggi itu.
Ternyata dia serius, dan saat gilirannya dengan tenang berdiri
dipasir pantai (foto).
Saat berlari take-off hampir saja terpeleset, tapi saat mendarat
bisa tepat sasaran dan engga jatuh, hebat juga nih - he3.
Kalau hari itu kami makan siang di Bebek Bengil Ubud yang
tahun lalu juga kami kunjungi, maka keesokan harinya sengaja
kami pergi jauh menuju Kintamani untuk makan siang di
Lake View Restoran.
Kami duduk di teras resto yang dibangun ditebing gunung,
dengan view ke arah danau dan gunung Batur yang sungguh
memukau (foto).
Tampak dibawah jalan raya berkelok2, didepan terlihat kilatan
air danau yang luas sekali dan disebelah kiri depan tampak
gunung Batur dengan lerengnya yang kehitaman kena aliran
lava panas hasil letusan sekian tahun yang lalu.
Komplit-lah kegembiraan kami hari itu - ramai ramai makan
siang yang nikmat, ditempat sejuk sambil mengagumi alam
yang begitu indahnya.
Bali memang pantas menjadi tujuan wisata, rasanya komplit -
semua ada disana.
Baik itu alam (sungai-danau-laut maupun gunung) yang indah,
disokong dengan kesenian/budaya yang begitu tinggi dan juga
begitu beragam kerajinan tangan yang bagus untuk souvenir.
O.K. Bali - tahun depan kami datang lagi.
minggu lalu ada gathering travel agent se-Indonesia yg temanya "Kembali Ke Bali" :) iyah, masih banyak yg bisa dieksplorasi dari Bali... jadi jgn bosan2 promo kembali ke bali yah...
ReplyDeleteHuahahahah, ibu dokter hebat deh! Saya sampai sekarang pun masih mikir2 naik ginian :D :D :D
ReplyDeleteHuehehhehehhehe gue udah dong Ven, tahun 95 transit dr Flores, di Tanjung Benoa juga naiknya, dulu masih 30K, sekarang brp dok bayarnya
ReplyDeleterasanya memang sayang kalau sampai foto2 dari event ini sampai hilang ya.
ReplyDeleteuntung masih bisa ditemukan....
maaf bener pak dokter, saya tak sempat menemui waktu di bali.
ReplyDeletepadahal mau ngobrol2 dan mau ucapin terimakasih buat perhatian pak dokter buat adek saya yang di tangerang. pak dokter emang top ! :D
saya yakin tahun depan pasti kembali ke bali lagi kan ?
btw, gak jadi ke dulang cafe ya ? maunya juga ngarahin ke warung made, tapi takut malah kejauhan :D
Pak Sindhi, jadi kangen pulkam....itu motor berderet nggak ketemu di sini-hani-Louisville
ReplyDelete
ReplyDeleteRie,
saya nggak bayar langsung sebab paket, tapi saya sempat
nanya ke mereka, katanya gini - turis domestik 125 rb rupiah,
kalau turis asing 20 USD.
istri saya bilang, salah satu teman nambah extra parasailing
dan cuma bayar 60 rb rupiah.
pak Richard,
iya kalo tas kamera itu nggak balik, maka foto2 ini juga engga
bisa ditampilkan - untunglah ada orang2 baik disaat tas tertinggal itu.
bung Yos, iya nggak jadi ke cafe itu, tapi asyik juga nerobos2
masuk gang kecil untuk menuju ke Warung Made.
apakah ada yang pernah mencoba Fly Fish ?
kayaknya asyik juga, cuma harus siap2 berbasah-ria,
setidaknya bagian kaki kena hempasan air laut.
kuta lumayan sepi ya? dok, hotel sahidnya di rekomen gak? ada adik yg mau nikah, pengen kasih dia hadiah honeymoon ke bali
ReplyDelete*ciiiiiiiiiieeeeeeeeeeeeeettttttt* *ciiiiiiiiiaaaaaaaaaaaaaaatttttttt* Dok, kalo parasailing sudah "lulus", lain kali parasut atau gantole dong ya ;-)
ReplyDelete
ReplyDeleteOle,
parasailing mah enceeer !!,
dulu saya hampir aja jadi Bungee Jump di Queenstown NZ,
eh istri saya engga ngasih,
saya maksa juga - dia ngambek,
yah batal deh loncat di lokasi yang katanya sih disitulah awal
diperkenalkannya Bungee Jumping - memang dahsyat banget :
sungai kecil deras yang membelah dua tebing yang tinggi,
loncatnya dari atas jembatan yang menghubungkan kedua tebing.
tapi itu dulu sih - tahun 1994, kalo sekarang loncat sih dengkul
bisa copot kebetot tambangnya,he3.
hotel Sahid besar, lokasinya strategis di jantung Kuta, tinggal
nyebrang jalan sudah ketepi pantai dimana saya buat foto itu.
sekitar hotel banyak cafe-resto-toko2 souvenir,
dan jalan kaki sekitar 10 menit sudah sampai di Kuta Square.
tapi memang hotelnya sudah agak tua.
Oom Sindhi, Tante Sindhi hebat sekali!!! kalau saya kayaknya nggak berani deh =D
ReplyDeletewuuuiiii......flying dokter....seru amat yah.
ReplyDeletesani
ReplyDeleteMula2 tentu ragu2, bayangkan saja terbang setinggi gitu,
tapi setelah lihat2 sih jadi berani,
setelah saya itu teman2 akhirnya pada mau juga,
termasuk istri saya yang saya juga heran dia bisa berani,he3.
Mana photo ribsnya?
ReplyDeleteWaktu itu dibawa sama makan ribs di Ubud. Yang punya org bule. Tempatnya sih simple, dan kayak gubuk di pinggir jalan. About 10 minutes driving from Ubud downtown.
ReplyDeleteFotonya nggak ada,
soalnya engga bagus difoto - cuma ribs pake kentang doang,
engga ada sayur sama sekali - pelit banget,he3