Sunday, February 25, 2007

Makan Ditepi Sawah - Gasol Cianjur.


patung batu berbentuk angsa ini menghiasi halaman depan villa antik, lokasinya persis dibelakang warung
nasi uduk Super.
kalau dari arah Jakarta, setelah melewati hotel Konengsari sekitar 50 meter - bangunan dan patung angsa itu ada dikanan jalan, hanya saja terhalang oleh deretan warung2 yang didirikan diatas trotoar itu.

Bukan Jalansutra kalau acara Jalan-Jalan nya itu-itu saja,
atau kalau tidak "heboh" - seperti yang diadakan tanggal
25 February 2007 ini, yaitu jalan-jalan ke : Sawah !.

Tapi sawahnya ini bukan sembarang sawah, bukan saja
letaknya di Cianjur, salah satu daerah yang terkenal sebagai
penghasil beras berkualitas tapi juga disitulah ditanam padi
varietas lokal Cianjur dengan sistem budidaya secara organik.
Benih padi-nya bukan hasil rekayasa genetika, tanpa bahan
kimia, seperti pupuk, pestisida, atau bahkan zat pengatur
tumbuh - sehingga hasilnya benar-benar alami dan sehat.

Di Gasol, sebuah desa di kaki gunung Gede, diketinggian
680 m dpl, dengan suhu udara 21 - 27 derajat Celcius,
masuk wilayah Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur,
terdapat :
Gasol Organic - Cianjur Speciality Rices (GO-CSR), yaitu
usaha tani yang mengutamakan penanaman padi dengan
cara organik itu.
Ke tempat itulah kali ini tujuan Jalansutra, langsung
dipimpin pak Bondan Winarno - kepala suku Jalansutra.

Seperti biasa begitu diumumkan di milis akan ada acara
jalan-jalan langsung saja terjadi balapan nge-daftar dan
dalam sekejap kuota terlampaui, 56 orang mendaftar,
termasuk saya dan istri.

Pagi sekitar jam 5.30 saya sudah meluncur dari Tangerang,
dan seperti diperkirakan jalan lancar sekali, jarak 120
kilometer ke Cipanas ditempuh dalam waktu 1 jam 45 menit.
Berangkat sepagi itu tentu ada udang dibalik batu-nya,
karena sebenarnya acara di Gasol mulai jam 10.
Memang selain mau makan pagi dulu di Nasi Uduk Super
Bapak Upah disebrang hotel Konengsari Cipanas, dan mau
beli manisan buah Mulia Sari buatan Ny.Tan di Cianjur,
juga saya berencana mau mencoba masuk ke perkebunan
teh Gedeh yang lokasinya dekat dengan Gasol.
Sejak kecil saya sering ke Cianjur, tapi belum pernah
sekalipun berkesempatan ke perkebunan teh Gedeh itu.

Setelah makan pagi di Cipanas dan membeli manisan buah
mangga yang enak sekali buatan Ny.Tan itu di Cianjur,
maka saya kembali menuju arah Cipanas.
Saat tiba di tikungan Cugenang, tetap lurus memasuki
jalan yang lebih kecil.
Jalan yang terus menanjak itu ternyata mulus sekali.
Sekitar lima kilometer, terlihat papan penunjuk ke kanan :
P.T. Perkebunan Nusantara VIII -
Kebun Gedeh - Tanawattee,
tertera jarak kesitu tiga kilometer.

Begitu belok kanan istri saya protes karena jalan kecil
itu rusak ! - kelihatannya dulunya diaspal tapi sekarang
sudah bopeng-bopeng tidak keruan.
Nggak usah terus saja katanya - tapi saya penasaran,
setelah tanya-tanya ke penduduk, mereka bilang bisa
dilalui kendaraan maka saya putuskan jalan terus.

Mula-mula memang masih ada rumah penduduk, tapi
makin keatas jalan bukan saja tetap rusak, juga makin
sepi, keruan kalau mobil, motor saja jarang ketemu.
Pokoknya kalau malam hari sih rasanya hanya orang
kelewat nekat yang berani lewat situ.
Akhirnya setelah 4 kilometer, barulah bisa bernafas lega
karena terlihat papan komplek perkebunan teh yang
sudah tua itu.

Setelah permisi kepada penjaga, kami memasuki komplek
perkebunan, ada banyak juga bangunan rumah pekerja dan
juga guest house, tapi suasananya sepi seperti kota yang
sudah ditinggalkan penduduknya.
Jalan kesana kemari akhirnya ketemu pabrik pengolahan
teh, kami masuk saja dan melihat proses pengolahan daun
teh yang masih hijau sehingga menjadi kering.
Ternyata semua hasil produksinya untuk di ekspor.

Kini saatnya meninggalkan perkebunan dan menuju Gasol,
tapi tentu jalan tidak bisa cepat, dan sempat dapat SMS
dari pak Bondan bahwa rombongan sudah tiba di Gasol.
Saat memasuki rumah di Gasol itu teman-teman terlihat
sedang lesehan berkumpul.
Tampak pak Bondan dan bu Yvonne, Capt.Gatot dan istri,
Levinia - JSers Paris, dan teman2 yang tampaknya muka
muka baru, semua sedang mendengarkan penjelasan dari
ibu Ika Suryanawati, pemilik Gasol Pertanian Organik
yang rupanya anggota Jalansutra juga.

Acara dilanjutkan dengan berjalan sepanjang pematang
sawah, melihat berbagai varietas padi yang subur dan sehat.
Lumayan jauh kami jalan berkeliling, turun naik sambil
sesekali mendengarkan penjelasan dari Ika dan suaminya.
Kembali di rumah, kini saatnya memborong beras Pandan
Wangi dan juga Beras Merah produksi Gasol itu.

Acara makan siang bersama juga seru, duduk lesehan dan
piringnya adalah lembaran daun pisang utuh yang digelar
lebar lebar diatas tikar.
Makanan sehat kemudian berdatangan, mulai dari nasi
beras merah dan nasi putih Pandan Wangi yang harum
sekali mengundang selera, lalu muncul tahu- tempe -
tumis kangkung - teri nasi pete - ikan mas kecil yang
digoreng - kacang panjang campur cabe hijau -
dan sop daging asem pedas dll.
Pokoknya cocok sekali, menikmati makanan pedesaan,
ala desa ditepi sawah, diudara sejuk semilir angin gunung.

Akhirnya setelah merasa cukup menikmati makan siang
dan juga makanan kecil yang uenak sekali yaitu kue ape
beras serta bajigur, maka sekitar jam 12.30 kami minta diri.

Acara menyenangkan hari itu ditimpali dengan situasi
lalu lintas Cipanas - Puncak - Cipayung yang tumben
lancar, hanya sedikit tersendat sebelum lampu lalu lintas
Ciawi, berikutnya lancaaar !



Gasol Pertanian Organik :
www.gasolpertanianorganik.blogspot.com
Ika Suryanawati - 08128701156.

Mulia Sari - Manisan Buah-Buahan Ny.Tan.
Jl.HOS Tjokroaminoto No: 11 Cianjur
Jl.Ir.H.Juanda Km.3 Cianjur.
Telp: (0263) 263503 - 263197.
Jl.Biru Laut VI No: 6. Jakarta Timur
Telp: (021)8198646.

Thursday, February 15, 2007

Apakah Karena Botol?




Cerita menarik dibawah ini diceritakan pada hari Valentine
oleh Dila Bondan.


Apakah Karena Botol?

Posted by: "Dila"
dilabondan@hotmail.com - untuk milis Jalansutra
Date: Wed Feb 14, 2007 3:30 pm ((PST))


Dear all,

Semua berawal dari sakaw-nya seorang JS-ers.
Oemar Rustam!

Oemar yang saya kenal saat itu adalah seorang JS-er yang
senang sekali ikut kopi darat acara Jalansutra.
Hampir semua acara kopdar diikutinya.
Sampai-sampai dia rela mengundang dan menjadi tuan rumah
kopdar di Pluit, yang kemudian dikenal sebagai Pluitsutra.

Oemar yang dibantu oleh ayahnya dengan baik hati menjamu
kami semua (sekitar 30 orang) dengan berbagai macam
makanan kebanggaan Pluit.
Mulai dari bihun bebek, pisang goreng Pontianak, es krim,
es campur, macam-macam deh.

Di akhir acara kami semua diberi oleh-oleh sebotol citroen tea.
Citroen tea ini enak diminum dingin-dingin.
Saya sendiri lebih suka dijadikan sebagai olesan roti tawar.

Oh ya. Pluitsutra pernah dijadikan tulisan di kolom Jalansutra
oleh Kepala Suku kita di Kompas Cyber Media.

Seorang JS-er yang pada saat itu tidak bisa hadir di Pluitsutra
sangat tertarik begitu saya ceritakan tentang kenikmatan
citroen tea.
"Mau dong!" katanya. OK, setengah botol saya habiskan dulu.
Sisanya nanti akan saya berikan padanya. Itu janji saya.
Tidak perlu menunggu lama untuk menyerahkan botol plus
setengah isinya.

Waktu berjalan. Hari berganti, bulan berganti, tahun berganti.
Sampai akhirnya hati kami saling dekat.
Dan kami pun memutuskan untuk menikah.

Beberapa hari setelah menikah,
saya pun diboyong ke rumahnya.
Surprise.
Botol citroen tea yang dulu saya berikan ternyata dipakai
untuk menyimpan gula pasir.

Betul-betul gak menyangka.
Dulu botol itu milik saya, kemudian menjadi miliknya.
Dan sekarang botol itu menjadi milik kami, ada di rumah kami
dan tetap menjadi tempat untuk menyimpan gula pasir.

Jodoh memang gak akan kemana. ?

Regards,
-Dila Bondan-


Saturday, February 3, 2007

GeoWeek/Kompas Minggu : Seberapa Besar Letusan Kuno Thera ?


Seberapa Besar Letusan Kuno Thera ?
demikian judul artikel GeoWeek, di Kompas Minggu
4 Februari 2007, halaman 16.


Saat letusan pulau gunung berapi ini, sekitar 3600 tahun
yang lalu  - yang disebut sebagai letusan kedua terbesar
sepanjang sejarah bumi, terlontar 60 kubik kilometer magma
dari kepundan Thera.
Awan debu akibat letusan Thera itu menutupi kawasan seluas
30.000 km persegi, dan menyebabkan turunnya suhu bumi
secara signifikan.
Letusan maha dahsyat ini tentunya membuat letusan Krakatau
tahun 1883 tampak kerdil padahal korban-nya 4000 jiwa.


Tsunami akibat letusan menyebabkan musnahnya pelabuhan2
dan pantai-pantai di pulau Kreta dan Turki.
Menghilangnya kebudayaan Minoan di pulau Kreta, mungkin
berhubungan dengan letusan Thera itu, malah beberapa
peneliti mencoba menghubungkan Thera dengan hilangnya
pulau dongeng Atlantis.


Letusan mahadahsyat itu kini membawa berkah bagi
penduduk Yunani, khususnya penduduk pulau Santorini -
nama baru dari sisa pulau gunung berapi Thera itu.
Karena Santorini kini menjadi tempat wisata musim panas
yang didambakan banyak orang karena sangat unik -
letusan Thera meninggalkan sisa lereng dan kaldera yang
sangat cantik.


Selain mempergunakan cruise ship, wisatawan bisa menuju
Santorini dengan mempergunakan ferry/pesawat dari Athena.


Foto2 Santorini bisa dilihat di :


Oia  :   http://smulya.multiply.com/photos/album/140
Fira :   http://smulya.multiply.com/photos/album/142