Thursday, December 29, 2011

JALANSUTRA - Ranking 6 Indonesia Most Recommended Consumer Community



Keluarga JSkyu yang berbahagia,

Kabar manis kami terima untuk menjelang akhir tahun 2011 ini, kebetulan beberapa saat
lalu Jalansutra pernah di wawancara oleh Majalah SWA mengenai Bisnis danKomunitas,
tak dinyana komunitas tercinta kita ini masuk ke dalam nominasi 24 Komunitas pilihan,
titlenya "Indonesia Most Recommend Consumer Community 2011"
dan setelah dilakukan penilaian dengan ukuran 7 variabel, kita boleh berbangga hati bahwa
Jalansutra masuk dalam ranking ke 6.

Tentunya prestasi ini hasil kerja keras semua pihak, para moderator, owner milis,
Pak Kepsuk dan tentunya partisipasi seluruh Keluarga JS menyemarakkan diskusi
tentang makan-makan dan jalan-jalan baik di milis maupun kegiatan-kegiatan  off-air
yang sering kita laksanakan bersama.

Berikut kami salinkan isi artikel tentang Jalansutra, daftar komunitas nominasi dan
variable yang dipergunakan dalam penilaian.
Semuanya dapat dibaca lengkap di Majalah SWA Edisi paruh pertama Desember 2011
(Edisi 26) dengan tajuk depan Strategi Kolaborasi Komunitas dan Bisnis.


KOMUNITAS JALANSUTRA – DILIRIK SEJUMLAH PERUSAHAAN

Kekompakan dan Jumlah Anggota komunitas yang besar merupakan daya tarik bagi
perusahaan. Kondisi inilah yang membuat banyak pihak ketiga yang bermitra dengan
Komunitas Jalansutra. Komunitas ini menawarkan pengalaman jelajah budaya dan
kuliner .
Moto jalan-jalan sambil makan-makan itu menjadi kegiatan yang mengasyikkan.

"Jalansutra adalah salah satu komunitas yang mempunyai kepedulian terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan boga dan budaya.
Berdiri sejak delapan tahun lalu, komunitas kami sekarang sudah mempunyai lebih
dari 20 ribu anggota" kata ArieParikesit, salah satu Moderator Komunitas Jalansutra.

"Kekuatan besar kami adapada rasa kekeluargaan yang ditumbuhkan dari awal.
Bukan karena kami pintar ataujago masak," ungkapnya.
Nah rasa kekeluargaan itu memunculkan bisnis, tidak hanya bisnis bagi komunitas
ini sendiri , tetapi juga bisnis personal untuk masing-masing anggotanya.
Tidak sedikit anggota Jalansutra yang menjadi seorang blogger dan akhirnya berprofesi
menjadi foodblogger.
Atau, ada juga anggota yang memiliki hobi mengabadikan makanan dalam gambar.
Lama kelamaan menjadi Food photographer.

Banyaknya kegiatan yang dilakukan Jalansutra dilirik sejumlah perusahaan yang ingin
menjadi mitranya. Misalnya, PT Unilever Indonesia, PT Adira Finance dan Sosro.
"Setiap tahun terdapat berbagai kerjasama dengan pihak ketiga"kata Arie.
Melihat potensi bisnis ini, para punggawa komunita ini merasa harus segeramembuat
wadah untuk memayunginya.

Akhirnya, pada 2009 terbentuklah koperasi Jalansutra. "Namun kami tidak bermitra
pada perusahaan yang hanya ingin memanfaatkan anggota kami saja tanpa ada
manfaatnya untuk komunitas" ucap Arie menegaskan.

PS: ada dua Foto JSers lagi kanmakan di RM Aceh Spesifik Banda Aceh dan RM
Kepiting Saigon, ada Kak Frelon, Thio, Dewi Trisnani, Sari, Linda Rakabina,
Rhania, Defy , Herlin abaw, Ambar , Ade , Primi, Ayu, DIkreza dan Arfi, Tiny,
Lili Lubis, Ririn, Ambar, Handoko dan masih banyak lagi, plus versi botak salah
satu Moderator 



KOMUNITAS NOMINASI
1. Bike to Work
2. Kaskus
3. Bogasari Baking Center
4. Forum Pembaca Kompas
5. ID-Blackberry
6. Jalansutra
7. Yaris Groovy Nation
8. Sahabat Nestle
9. Milanisti Indonesia
10. Avanza Xenia Indonesia Club
11. Honda Tiger Milis
12. Komunitas Onthel Indonesia
13. Indosat Community
14. Yamaha Mio Club Indonesia
15. HDCI
16. Toyota Kijang Club Indonesia
17. Honda Jazz Fit Club
18. Multiply Indonesia
19. Slanker
20. Indonesia Manchester United
21. Innova Community
22. Masyarakat Komik Indonesia
23. Nokia Communicator
24. Jakmania

VARIABEL PENILAIAN
1. Soliditas Komunitas
2. Manfaat bagi anggota
3. Peduli – kepedulian terhadap social dan lingkungan
4. Pengakuan – eksistensi dan kompetensi di bidangnya
5. Menerima hal hal baru
6. Kinerja – kemampuan komunitas bekerja sama
7. Kontribusi _ kontribusi komunitas terhadap bisnis

Skor ke 24 Komunitas antara 6.24-7,60 (Jalansutra 7,13) dimana Majalah SWA memberi
catatan semakin tinggi skor semakin baik bagi Bisnis mengajak Komunitas tersebut
bekerja sama

Jalansutra Rawks!

Salam
Arie Parikesit
Salah satu Mod

Tuesday, December 27, 2011

flashpackerindonesia] [Sharing] : Trik & Tips Menulis Cerita/Catatan Perjalanan

From:

To:
"Indobackpacker" <indobackpacker@yahoogroups.com>,
"flashpackerindonesia@yahoogroups.com" <flashpackerindonesia@yahoogroups.com>

Dear temans,

belakangan ini, banyak sekali yang kirim email ke saya,yang intinya, teman2 ingin sharing cerita atau catatan perjalanan, akan tetapi, nggak tau gimana mulainya, atau gimana cara menulisnya dan minta trip & tips menulis cerita/catatan perjalanan.

Saya bingung menjawabnya, karena, setiap orang punya gaya tulisan yang berbeda-beda, and some people are gifted with writing talents. Tapi ketika saya buka2 lagi blog saya, saya ketemu rangkuman mengenai catatan di dunia tulis menulis ini

Ja, kebetulan beberapa tahun yang lalu, di acara ulang tahun Indobackpacker, saya dan teman2 panitia HUT pernah mengundang Mas Teguh Sudarisman dan Trinity untuk sharing info, bagaimana caranya membuat tulisan supaya menarik dan enak dibaca. Dari sharing session mereka, saya rangkum informasi2 tersebut ditambah dengan catatan kaki saya, menjadi satu artikel.

Silahkan dibaca, semoga infonya berguna

================================================================================================

Broaden Your Audience,
by Teguh Sudarisman.

 
Teguh Sudarisman adalah Group Managing Editor-PT Indomultimedia : (inflight magazine Garuda, JalanJalan, Jakarta Java Kini) - yang sudah bertahun2 malang melintang di dunia media - memandu kita untuk memberikan tips2 bermanfaat mengenai cara penulisan catatan perjalanan yang menarik untuk dimuat di media.
 
Sebenar nya Teguh memberikan beberapa contoh penulisan di media cetak, akan tetapi yang akan saya bahas adalah penulisan catatan perjalanan atau laporan pandangan mata dalam bepergian yang disukai oleh media.
 
Menulis itu sulit ???
 
Menurut Teguh, ada beberapa kendala untuk kebanyakan orang awam dalam dunia tulis menulis, antara lain adalah takut untuk mencoba, tidak tahu harus menulis seperti apa, tidak tahu harus dikirim kemana, tulisan nya tidak unik, gaya bahasa yang jelek, mutu photo yang jelek. Jadi blom apa2 udah nggak PeDe dan mundur dari niat untuk menulis.
 
Tapi ada juga orang2 yang merasa udah sering menulis ini itu dimana, tapi dia nggak tahu apa yang menyebabkan tulisan dia tidak pernah lulus sensor dan seleksi untuk dianggap layak dimuat di media, dalam hal ini, majalan travel.
 
Bagi kita (baca : saya) yang mungkin sudah biasa dalam dunia tulis menulis, emang rasanya sangat mudah untuk menulis, (istilahnya, ngeliat laptop nganggur aja bawaan nya udah mau ngetik melulu), akan tetapi ternyata lain hal bagi orang lain, apalagi bagi pemula.
 
Teguh juga menekankan bahwa ada perbedaan besar antara penulisan di blog dan penulisan di media. Catapan perjalanan di blog tidak selalu cocok menjadi artikel di suatu majalah travel, akan tetapi artikel di majalah akan selalu cocok menjadi catatan perjalanan dalam suatu blog.
 
Seperti apa artikel perjalanan yang bagus?
 
• 90% pengalaman pribadi, 10% informasi/fakta.
Jadi jangan ngarang bebas ! Jangan mengada2 dan jangan pernah untuk mengutip catatan perjalanan orang lain tanpa seijin atau tanpa sepengetahuan yang punya. Contoh kasus, ada satu orang teman yang saya kenal yang mem-perkara-kan orang lain hanya karena orang tersebut memuat tulisan yang diambil secara paksa dari multiply dia tanpa seijin yang punya artikel dan memuatnya di media seakan2 dia itu penulisnya. Atau ada teman yang tau kita sedang menulis sebuah artikel/buku, lalu dia copy paste dan buat buku yang sama. Hati2, kita bisa berhadapan dengan hukum kalo begitu, atau hukum karma dan hukum alam. Tulislah sendiri pengalaman mu dalam bepergian, dengan gayamu sendiri...
 
• Unik
Carilah gaya bahasa yang berbeda dari orang lain. Word does matter indeed, karena sekalinya tulisan kita disukai, believe me, orang akan kembali dan terus kembali untuk mencari tulisan2 kita.  
 
Gaya bahasa yang simpel tapi elegan.
Ingat, pembaca dan pembeli suatu majalah di media cetak itu terdiri dari berbagai macam latar belakang. Jadiiiiiiiiiiii, gunakan bahasa yang dimengerti oleh semua orang, dan untuk ukuran media, gunakan bahasa yang simple dan elegan
 
• Deskriptif, detail
Jangan lupa untuk memberikan info yang lengkap, misalnya nama hotel yang kita rekomendasikan itu berada dijalan apa, biaya penyewaan kapal motor itu berapa, makanan minuman yang kita coba rasanya seperti apa, kira2 seperti itulah intinya.
 
• Menceritakan joy of traveling
Ini benar sekali. Saya sendiri pernah punya pengalaman menyebalkan ke suatu tempat, tetapi akhirnya berusaha untuk menikmati setiap detiknya, karena saya pikir, toh udah bayar ini, so make the most out of it ! Apalagi kalo bepergian nya tidak ada kendala, sehingga kita main bisa menuliskan catatan perjalanan kita dengan sepenuh hati, menceritakan nya dengan semangat yang menyala2, dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan perjalanan itu sendiri, yang akan menjadi inspirasi bagi orang lain yang membacanya, dan membawa seseorang kedalam dunia yang seolah2 kita ciptakan sendiri !
 
•Memberikan kesan mendalam kepada pembaca.
Ceritakan bagian yang sangat menarik yang mungkin tidak dialami oleh orang lain, misalnya ketika kita menjelajah suatu tempat, ternyata secara tidak sengaja kita melewati sebuah lokasi dimana terdapat sebuah upacara adat yang sakral sehingga kendaraan kita harus berhenti selama beberapa waktu, dan waktu berhenti yang cukup lama itu kita gunakan untuk berkenalan dengan penduduk lokal, pada akhirnya kita malah diajak oleh penduduk setempat itu untuk mampir kerumahnya diperkampungan dekat situ dan diajak makan siang bersama. Hal2 seperti inilah yang membuat tulisan kita berbeda dari orang lain dan tentunya memberikan kesan yang mendalam kepada pembacanya
 
Tips membuat tulisan bagus yang layak tampil di media
 
Berikut adalah Tips dari Teguh agar punya  kita bisa membuat tulisan yang bagus (sebenernya bisa dijabarkan lebih luas lagi, tapi maaf sekali, saya lagi nggak konsen ngetiknya, hehe. Tapi yang jelas, silahkan catat dan terapkan tips2 yang bermanfaat ini, yang mungkin hanya bisa kita dapatkan dari seorang expert pada saat sharing session seperti ini aja!
 
•          Pelajari gaya tulisan traveling yang dimuat di majalah-majalah
•          Pilih angle penulisan yang berbeda
•          Persiapan yang matang: riset
•          Don’t mix business with pleasure
•          Gigih, serius, fokus!
•          Foto, rekam, catat semua detail info
•          Segera tulis!!!Makin lama jeda waktu liputan dengan penulisan, tulisan akan makin kehilangan greget.

 
Tips2 Cara Penulisan di Blog/Buku,
by Trinity

Sesi terakhir adalah sesi yang dibawakan oleh Trinity, seorang pengarang/penulis buku ”The Naked Traveler”. Trinity adalah salah satu penulis buku dan journal backpacking yang cukup dikenal di dunia traveling & backpacking. Bukunya sudah dicetak sampai 10 kali dan menjadi salah satu buku “best seller” yang wajib dipunyai.
 
Disini Trinity membahas dan menceritakan pengalaman2 dia sewaktu travelling dan backpacking keliling dunia, baik itu pengalaman unik, menyenangkan, menyeramkan, yang semuanya berkesan baginya. Kalo kalian sudah membaca buku nya,  mungkin kalian juga membaca salah satu bab mengenai toilet di suatu negara yang tidak ada flush nya dan membuat dia panik, yang ternyata flush tersebut akan bekerja secara otomatis apabila kita mau keluar kamar mandi dengan membuka pintu. Info2 semacam itulah yang Trinity sharing dalam sesi presentasinya, jadikan tulisan mu berbeda dengan tulisan orang lain!
 
Trinity juga menceritakan proses pencetakan bukunya, yang semuanya dimulai dari penulisan si blog pribadinya : http://naked-traveler.blogspot.com/ Dan ketika hits yang masuk ke blog pribadinya sudah begitu banyak, sehingga dia mempunyai nilai jual yang bisa ditawarkan kepada penerbit. carilah nilai jualmu sendiri !
 
Dia juga memberikan tips2 dalam menulis yang cukup penting, mengingat bukunya sempat di ”cekal” karena tulisan nya dirasa sedikit extrim untuk ukuran orang Indonesia (dia menceritakan ketika dia berenang di suatu tempat sepi di sebuah negara secara skin-deep – if you know what I mean), dan disitulah terjadi kompromi, bahkan cetakan akan tetap diteruskan dengan catatan bahwa bagian yang itu harus dihilangkan karena kurang ”kena” adat istiadat dan ”mind set” orang kita.
 
Jadi ternyata ya teman2, kalo menulis di blog itu ”aman2” aja karena toh blog blog kita ini, tapi kalo udah dicetak ternyata cerita kita menjadi milik umum. Publik juga penerbit berhak menentukan mana yang boleh ditulis mana yang tidak, karena nantinya selain bermasalah dengan ijin cetak, juga bisa merembet ke UU pornografi dll dsb. Jadi alangkah baiknya apabila kita juga berhati2 dalam menuliskan artikel kita, apalagi apabila tulisan kita akan/sudah menjadi konsumsi khalayak ramai.

so tunggu apalagi ? LET"S WRITE !!!
 
*di copy paste dari blog saya sendiri, http://deedeecaniago.multiply.com*
 
salam,
Deedee Caniago
*they don't care how much you know until they know how much you care*

Friday, December 23, 2011

Xijiang Qianhu Miao Village - The Largest Miao ethnic village all over the World.




Kebetulan sebulan sebelum mengunjungi propinsi Guizhou, saya menjemput
Agustinus Wibowo di bandara Soekarno Hatta, saat itu Agus cerita bahwa
tadi didalam pesawat disebelahnya duduk orang dari propinsi GuiZhou, di
China itu propinsi miskin katanya.

Memang propinsi yang terletak di selatan mainland China itu alamnya sulit -
wilayah baratnya merupakan bagian dari Yunnan-Guizhou Plateau, konturnya
tidak rata dengan begitu banyak puncak gunung dan lembah yang dalam.
Maka tranportasi serta lahan pertanian menjadi sangat terbatas, ditambah seperti
wilayah-wilayah selatan mainland China yang lain, sering mengalami kekeringan.

Ekonominya jadi sulit berkembang, pendapatan per kapitanya nomer buncit di China,
tapi kini justru diketahui tanahnya itu kaya akan sumber daya alam seperti batubara,
fosfor, aluminium, sampai emas dll. Saking begitu berlimpah kandungan batubaranya
sampai-sampai dijuluki "home of coal in south China".

Propinsi ini mulai menggeliat, pembangunan infrastruktur menyebar dengan dahsyat,
dan turisme juga mulai berkembang. Alam pegunungan yang cantik dan unik,
tradisi-kebudayaan dan sejarah panjangnya, disertai suhu subtropical yang nyaman
antara 10-20 derajat C mengundang turis berdatangan.
Disana ada 120 obyek wisata, tiga obyek spektakuler diantaranya akan kami kunjungi
yaitu Huangguoshu Waterfalls - the biggest and most famous waterfall in China and
Asia, Dragon Palace - spectacular underground Karst cave, dan Maling River Valley.

Jumat pagi, 11 Nopember 2011, dihalaman parkir hotel FengHuang, telah menunggu
bus dan local guide yang baru karena perjalanan kami akan berpindah dari propinsi
Hunan memasuki propinsi Guizhou.
Kalau tadinya busnya hijau keren dua lantai, sekarang bus turis biasa yang warnanya
kuning ngejreng norak mencolok mata.
Local guidenya kalau kemarin si A-Mei yang tinggi gagah modis, sekarang SiaoWang
cewek kecil kurus sederhana, maklum dah kan katanya mau masuk propinsi miskin.

Tapi SiaoWang kecil-kecil cabe rawit, kami jadi terpesona lihat dia dengan ber-api2
dan begitu ekpresif menceritakan berbagai keunikan dan kehebatan Guizhou.
Misalnya tentang Ketua MaoTseTung yang konon pertama kali menyusun kekuatan
Tentara Merah di wilayah itu, sebelum memulai LongMarch-nya yang legendaris dan
membuahkan Tiongkok Baru.
Ketua Mao katanya pernah diramal, anehnya si peramal cuma nyebut angka 8341,
tentu menjadi pertanyaan besar. Sampai Ketua Mao meninggal barulah orang tahu
artinya, yaitu meninggalnya diusia 83 tahun dan 41 tahun pimpin rakyat Tiongkok.

Perjalanan hari itu jauh sekali, tapi menyenangkan karena melewati jalan mulus terus,
dimana-mana ada jembatan antar puncak gunung, kalau ketemu perut gunung main
tembus bablas saja pakai terowongan, dan lewat tengah hari barulah kami tiba di :
Xijiang Qianhu Miao Village, inilah "The Largest Miao ethnic village all over the World".
Xijiang artinya marga Xi dan Qianhu berarti seribu rumah.
Memang dilokasi itu terdapat seribuan rumah yang dihuni sekitar 6.000 orang suku
Miao, inilah pemukiman suku Miao terbesar di China dengan adat istiadat serta
budaya yang masih terjaga kelestariannya.

Suku minoritas Miao terkenal dengan sejarah panjangnya yang penuh gejolak,
entah berapa kali memberontak dijaman pemerintahan kekaisaran Ming dan Qing.
Semua ditindas dengan keras, akibatnya berpencaran kesana kemari, sampai ke
luar negeri seperti Laos, Vietnam yang dikenal dengan sebutan suku Hmong.
Suku minoritas ini dalam sensus terakhir berjumlah sekitar 9 juta dan berada di
peringkat ke lima dari total 56 suku di Tiongkok.
Jumlah ini kalau di bandingkan dengan peringkat pertama yaitu suku Han yang
jumlahnya 1,2 milyar orang, maka hanyalah sekitar 0,75 % saja.
Tapi di propinsi Guizhou 12% penduduknya adalah suku Miao yang menempati
peringkat kedua setelah suku Han (62%), jadi mencapai seperlima-nya.

Turun dari bus kami antri mobil shuttle, setelah berkendara sekitar dua kilometer
tibalah di gerbang perkampungan suku Miao itu, kini diharuskan berjalan kaki.
Melewati gerbang kami disambut meriah oleh penduduk kampung itu, diawali
seorang tetua suku yang siap memberikan secangkir arak kepada para tamu.
Kami sudah diberitahu bahwa kalau tidak mau minum arak itu maka kedua tangan
harus dilipat dibelakang tubuh.
Kemudian kami melewati barisan pemusik pria, yang memainkan alat musik unik
semacam suling bambu tapi dibentuk mirip saxophone, bunyinya ramai melengking.
Berikutnya kami melewati deretan wanita Miao pakai busana biru hitam dengan
sulaman warna warni ditambah aksesoris perak dan ada beberapa yang dikepalanya
terpasang aksesoris mirip tanduk kerbau, atraktif sekali.

Memasuki perkampungan kami terpesona dengan pemandangan yang menyejukkan
mata dan hati, didepan tampak jalan utama yang sejajar sungai dangkal yang airnya
jernih sekali, membelah tengah-tengah perkampungan.
Rumah kayu berlantai tiga berwarna hitam kecoklatan tampak susun-menyusun
begitu rapatnya sampai keatas pebukitan yang memagari jalan/sungai itu.
Warna hitam kecoklatan rumah tampak keren sekali dilatar belakangi warna hijau
dari pegunungan, terasa benar kedamaian berada ditempat yang asri seperti itu.

Setelah menonton pertunjukan tari2an dan musik tradisional, dengan mobil shuttle
kami dibawa mendaki bukit kesatu tempat dimana pemandangan terbuka kearah
bawah yang sungguh indah sekali.
Saat itu sore mulai berganti malam, jauh dibawah /dikejauhan tampak sebuah aliran
sungai memisahkan dua pebukitan yang dipenuhi rumah berwarna coklat kehitaman.
Cuaca makin gelap dan mulailah bintik-bintik lampu muncul dari arah perkampungan
menyeruak kegelapan malam. Makin lama makin banyak dan sungguh indah sekali
akhirnya ratusan bintik terang itu bagaikan kunang-kunang memenuhi bukit dari
bawah sampai kepuncaknya, sungguh pemandangan yang menakjubkan.

bersambung : Malinghe canyon - "Beautiful Scar of the Earth"


Tuesday, December 20, 2011

FengHuang - " One of The Two Most Beautiful Towns in the whole China"





Pagi masih berkabut waktu kami meninggalkan kota ZhangJiaJie, sengaja berangkat
sepagi mungkin karena perjalanan lumayan jauh. Diperkirakan menjelang sore baru
akan tiba di FengHuang - sebuah kota kabupaten yang walau masih berada didalam
propinsi Hunan, tapi sudah mendekati perbatasan dengan propinsi GuiZhou.
Kota tua berusia hampir seribu tahun ini dikelilingi pegunungan, didalamnya terdapat
sekitar 300 rumah kayu kuno, 20 jalan kecil serta 10 gang yang beralaskan batu,
kelenteng tua, benteng kota dan town gate, serta rainbow bridge.
Inilah " one of the two most beautiful towns in the whole China" (kota satunya lagi
adalah kota tua ChangTing di propinsi FuJian).

Kata FengHuang rupanya merujuk pada nama burung yang ada dalam mitologi China,
di western disebutnya Phoenix, dikalangan Tionghoa di Indonesia disebut burung Hong.
Dimasa lampau dipercaya ada jenis jantan yang disebut Feng dan betina disebut Huang,
tapi belakangan diyakini FengHuang itu jenisnya betina. Burung ini sering dipasangkan
dengan Naga (yang memiliki konotasi jantan) sebagai metafora Yin-Yang.
Konon pernah datang burung cantik berekor panjang itu, yang warna ekornya merah -
biru - kuning - putih dan hitam, sehingga dinamailah wilayah itu FengHuang.

Setiba dikota FengHuang, kami berjalan kaki menuju bagian kota tua, persis sebelum
memasuki kawasan itu, tampak sebuah patung burung Hong besar yang seakan siap
mau terbang, sayang terbuat dari perunggu sehingga warna ekornya yang warna warni
tidak tampak.
Memasuki kawasan kota kuno, kami menapaki jalan kecil beralaskan pasangan batu
yang sampai licin diinjak begitu banyak orang selama ratusan tahun.
Kiri kanan jalan berjejer rapat rumah kuno terbuat dari kayu yang kini banyak sudah
menjadi toko yang menjual aneka makanan kecil, cindera mata, perhiasan/pernak-
pernik dari silver, baju2 buatan tangan dll.
Uniknya banyak rumah bagian atapnya berbentuk segitiga/nok, dengan ujungnya
berbentuk kepala burung Hong atau Naga.

Sekian lama menelusuri jalan sambil sesekali mampir ke toko sampailah kami ke
dinding tembok kota yang kabarnya panjangnya sampai dua kilometer.
Benteng kota itu tingginya 5,7 meter dan tebal nya pun tidak tanggung-tanggung
sampai 3,7 meter.
Rupanya dijaman dulu penduduk asli wilayah ini yaitu etnis Miao sering berontak,
sehingga dibuatlah Great Wall itu oleh pemerintah dynasti Ming.
Sekitar tahun 1800-an suku Miao ditindas dan dibantai sehingga berserak sampai
masuk ke wilayah South East Asia - disana dikenal sebagai suku Hmong.
Tetapi kini di FengHuang suku Miao hidup damai dengan suku Han, dan masih
menjadi penduduk terbanyak diwilayah ini.
Memang terlihat banyak wanita tua suku Miao yang berpakaian warna biru dengan
dengan tutup kepala yang atraktif sekali mirip gentong.

Begitu kami melintasi gerbang sebuah tembok kota, tampaklah sungai TouJiang
yang tidak begitu lebar, tapi pemandangan kedepan sangat menarik.
Tampak deretan rumah kuno dari kayu yang bertingkat , bersusun-susun sepanjang
tepian sungai. Uniknya lagi ada jembatan untuk menyebrang, tapi terbuat dari
tonggak2 batu, mudah sih menyebranginya tapi salah langkah bisa kecebur.
Sungai yang membelah kota kuno ini menjadi urat nadi kehidupan kota, terlihat
masih ada penduduk yang mencuci pakaian disitu, menjaring ikan, dan mendayung
perahu membawa turis menikmati suasana.

Di kota tua inilah terjadi harmony antara manusia - pegunungan - air dan kota,
ditambah begitu warna warninya kebudayaan dan adat istiadat setempat, sehingga
FengHuang dijuluki The Chinese Most Beautiful Town, alasannya :
1. one of the top ten tourism destination
2. national best liveable county
3. chinese green county
4. 4-A grade scenic spot
5. one of the most favored tourism counties in china.

Menjelang sore, kami menuju keluar kawasan kuno itu dengan perlahan-lahan,
menelusuri jalan beralas batu hampar kuno yang sudah licin diasah sepatu orang
yang lalu lalang, sempat di gerbang kota kuno yang lain kami lihat ada sekelompok
anak muda dengan busana keren masa kini asyik berkaraoke dan bergaya.

Manusianya boleh berubah tapi kota tua tetap setia dengan keasliannya.

Friday, December 16, 2011

Kisah membuat Makanan Terlezat No:1 Di Dunia - Rerie Arimia Marda

Rating:★★★★
Category:Other


RENDANG

Apaan tuh Rendang…… ?, itu loh daging yang di masak lama pake santen dan pedes, pastinya bisa di temuin di RM Padang manapun di dunia ini termasuk di semua rumahnya orang Minang… ^^, kalaupun menurut Wikipedia, Rendang adalah:

Rendang is a dish which originated from the Minangkabau ethnic group of Indonesia,[1] and is now commonly served across the country.[2] One of the characteristic foods of Minangkabau culture, it is served at ceremonial occasions and to honour guests.[3] Also popular in Malaysia, Singapore, Brunei, the southern Philippines and southern Thailand, rendang is traditionally prepared by the Malay community during festive occasions. Though rendang is sometimes described as being like a curry, and the name is sometimes applied to curried meat dishes in Malaysia, authentic rendang is nothing like a curry.[1] In Malay classical literature, rendang is mentioned in Hikayat Amir Hamzah[4] as early as the 1550s.[5]

Rendang is made from beef (or occasionally beef liver, chicken, mutton, water buffalo, duck, or vegetables like jackfruit or cassava) slowly cooked in coconut milk, spices and sometimes kerisik (toasted coconut paste) for several hours until almost all the liquid is gone, allowing the meat to absorb the spicy condiments. The cooking process changes from boiling to frying as the liquid evaporates. The slow cooking process allows the meat to absorb all the spices and to become tender. The spices may include ginger, galangal, turmeric leaf, lemon grass and chillies. Chicken or duck rendang also contains tamarind and is usually not cooked for as long as beef rendang

There are two kinds of rendang: dried and wet. Dried rendang can be kept for three to four months, and it is for ceremonial occasions or to honour guests. Wet rendang, also known as kalio, can be found in Minangkabau restaurants, and without refrigeration, it should be consumed within a month.[3]

Rendang is often served with rice, ketupat (Indonesian compressed rice cake), and lemang (glutinous rice barbecued in bamboo tubes) in Indonesia.



Rendang kalau buat saya, dulu…dulu loh… potongan daging kaya semur tapi pedes, itu doang dan biasanya di buat kalau mau Lebaran atau ada acara hajatan.

Rendang yang di buat di keluarga saya masih rendang basah yang masih berkuah, maklum karena kita keluarga jawa yang ngga terlalu spesifik dengan bumbu dan kekentalan, yang penting enak bisa di makan…hehehehe.

Bertemu rendang lagi karena sekarang ini menu wajib di keluarga. Suatu keharusan buat saya untuk bisa membuat rendang kalau ngga mau di PHK jadi mantu ..wkwkwwkkwkw…

Pertama - tama saya pikir halah cetek’lah bikin rendang karena udah terbiasa buat kalau Lebaran, ternyata saudara – saudara, rendang yang asli resep mertuaku ini ribeeeeet banget… jeeeeemmmber kalau orang Betawi bilang.



Dari mulai berbagai bumbu yang masuk, jumlah komposisi bahan…waaalaaaaah…tuluuung, lieur kieu euy… dari mulai berbagai dedaunan, salam , sereh, daun kunyit, dun jeruk, jahe, laos, kunyit, merica, kemiri, pala, cengkeh, kapulaga, adas, kayu manis… wuuuuuuuaaaaaa semua ada. Ini mah kaya mindahin isi tempat bumbu ke wajan…. Kelapa tua , perlu 3 butir, di ambil yang kentalnya, baru yang encernya berikut air kelapanya. Hehehehe ngga kebayang.

Percobaan pertama dengan Supervisornya Kakak Ipar alias Ante, cukup daging setengah kilo saja…, pertama mengaduk..senang – senang, hehehe tapi kok lama – lama jadi pegel ya… dah dua jam nih ngaduk, ini kapan kentelnya, aduuuuuh ngaduk terus… eh ada suara ketok – ketok pintu depan ngobroll deh sama si tamu …..Daaah... apinya lupa di kecilin lagiiii…. lah balik – balik ..gosong….. yahhh terpaksa hari ini menunya rendang bakar.

Si Ayah pas makan cuma nyengir mangut – mangut, ya ngga apa – apa lah, namanya juga pertama masak, maaf ya kalau gagal. Yang penting rendangnya enak walaupun item gosong , rasanya dah pas, pedasnya cukup dan di masak dengan semangat dan cintaaaaah…aiiih. Untuk pembuatan berikutnya rendangnya mulai di campur dengan berbagai tambahan seperti kacang merah, kentang kecil…kentang bukit tinggi loh, potongan singkong goreng kecil – kecil, sampai rebusan telur… di campur hati sapi juga cakepwuiiiih pokok’e seruuuuuu. Termasuk juga orderan khusus rendang kancing lepis…wkwkwkkwkwk.

Seterusnya..sampai kesekian kalinya akhirnya lancar, Alhamdulillah, bahkan sangat lancar, karena seiringnya acara icip – icip rendang daging buatan Ibu Afdal ini, akhirnya setiap Lebaran buka lapak..rekor pada Lebaran 2008, bikin rendang sendiri 11 Kg dalam 2 hari. Alhamdulillah banget dong, walaupun pake plus tukang pijit, koyo cabe, cap kaki tiga, tolak angin, orange water dan kaos kaki. Ternyata umur memang ngga bisa bohong…wkwkwkwkwkwkw….

Saking seringnya bikin rendang untuk urusan bumbu, ngga perlu nakar lagi…. (gaya banget ya) kesannya udah nempel di memori kepala, berapa perbandingannya, udah alami saja… maen cemplung, dan kadang – kadang tergantung mood.

Selain rendang masakan yang pasti sangat nempel di kepala adalah sambal lado hijau , balado jariang, balado campur, gulai Udang besar dengan kacang panjang, Toco si masakan anak Daro, Gulai putih, Sop Padang dan masakan Minang lainnya. Satu yang sampai saat ini saya belum berani membuatnya, Gulai Itiak Lado Hijau... masakan keramat boooo ( boooonya, sambil menirukan logat Novita Angie di Cosmopolitan FM).

Gulai Itiak Lado Hijau di keluarga suami memang sangat terkenal, bisa jadi KEPALA JAMBA kalau di hidangkan, rendangnya musti ngalah dulu… di tambah lagi karena salah satu Etek”, tante suami memang bersuamikan orang Koto Gadang, nagari Suhu para pemasak Gulai Itik. Masakan paling ribet yang pernah saya lihat, bebeknya harus di bakar dulu lalu di gantung di angin – anginkan. Baru bisa di masak, belum bumbu – bumbunya yang amboiiiiiii baaaaaanyaaaaaak booo (lagi bonya biar semangat), mahal di ongkos banget. Dengan bebek satu ekor, bawang merah yang di perlukan 250 gr, bawang putih 100 gr, di tambah cabai hijau ½ kg dan bumbu daun semuanya…….. hijau royo – royo…. Tapi hasil yang di dapat memang luar biasa, super maknyus…. Yaitu seperti biasa mertua lewat pasti di cuekin kalau makan ini, sampe rebutan untuk mendapatkan bagian – bagian bebek yang paling sip.

Balik lagi ke rendang ( Oke Mr. Rendang, you ngga usah sedih gitu, you always be my signature babe…. Ngga usah ”sampik kalang” karena kalah urusan ama si bebek).

Semakin banyaknya rendang rumahan yang marak di pasaran, hati kecil saya juga sudah berkeinginan, bagaimana ya menyalurkan ide saya ini, karena saya pikir ini komoditi bagus untuk di pasarkan dan jelas mengusung budaya kita sendiri. Sedangkan saya hanya punya waktu yang terbatas , karena otomatis semua orderan saya hanya bisa buat di hari libur saya saja. Biarpun emak – emak gini saya kan masih punya angonan jelas di kantor yang tidak bisa saya abaikan, prospeknya jelas dan merupakan saran untuk memantain network saya hehehehehe…

Ternyata nasib baik memang datang pada saat yang tidak di duga, saya musti berterima kasih banyak pada Mas Mark Zukerberg atas idenya membuat FB, sehingga saya akhirnya terhubung kembali dengan salah satu bos saya sekarang, Juragan Nenden Rospiani dan suaminya, Uda Amril. Halooo Bosss…. ^^

Kenapa juga saya mau mengsusung Restu Mande, alasan utamanya adalah semua perizinan sudah lengkap mulai dari Sertifikat Halal, Izin DinKes, Uji Kadaluarsa, Uji Nilai Gizi … Apalagi di tunjang dengan kemasan yang “eye catching” dengan 3 bahasa pula. Kalau soal rasa buat saya tentu Oke, karena kalau ngga Oke, saya ngga mungkin mau memasarkannya, paur isin. Namun saya juga tidak akan memaksakan selera, karena kalau soal selera kembali ke individu masing – masing.

Akhirnya pada pertengahan Oktober 2011, saya mengusung Rendang Restu Mande sebagai Main Signature saya untuk berbisnis kuliner, hahaha, maaf ya julukan Juragan Medenya saya simpen sebentar saja, toh nanti pasti muncul juga pada saat dan waktu yang tepat. Alhamdulillah ternyata supporting saya untuk memulai bisnis ini paling utama datang dari my beloved only, si Ayah tea…. Harus dong, selain ini makanan nenek moyangnya, masa juga dia mau support lapak yang lain.

Dan ternyata support Ayah ngga main – main, di sela waktunya yang sibuk, masih sempet juga si Ayah ketemu Om William Wongso untuk pengenalan Produk, mendampingi istrinya ini untuk interview di detikfood, sampai ikutan Kumpul JS dan berfoto Ria dengan pak Kepala Suku , Pak Bondan Winarno (untuk kesempatan ini saya sangat berterimakasih kepada Dokter Sindhiarta, sang Gupernur Tangerang dan Capt. Gatot Purwoko, Sochonya Umaku) yang dilalah dalam acara yang sama bisa bertemu dengan Pak Andy Noya dan Bu Palupi ( asli yang ini heboh sekali, TOP deh Bunda). Belum lagi untuk bertemu dengan berbagai kalangan kolega, tidak pernah lupa selalu beramunisi leaflet dan Kartu Nama Rendang Padang Restu Mande… terakhir – terakhir sempat pula bertemu dengan dengan Pak Kuwat Subarja, penggagas Kuliner University, terimakasih ya Pak Rully, Telaga Seafood atas undangannya.

Tidak pernah menyangka, berkenalan dengan rendang membuat saya jadi “terjerumus enak” akan bisnis ini, atau karena saya dan Boss Rospiani bernasib sama, di jajah orang Minang…wkwkwkwkwk. Yang pasti dalam dua bulan ini wawasan kuliner semakin bertambah, silaturahmi makain panjang dan Insya Allah ada penambahan pemasukan… (Sssssttttttt, lumayan juga buat nambah – nambah beli KS hihihihihi…). Atau karena hoki si ayah juga kali ya…wkwkwkwk…. Bisa jadi kalau bersuamikan orang Menado saya jualannya Klappertaart atau Panada, bersuamikan orang Sunda, saya akan mengembangkan Masakan serba Pepes, atau punya suami orang Palembang jualannya Mpek – Mpek….

Mungkin kata orang , cita-cita saya terlalu muluk – muluk, padahal saya hanya ingin RENDANG sebagai kuliner asli dari Indonesia, bisa juga mendunia.. jangan salah loh, Pak William Wongso saja sudah memulainya dengan membuat Rendang dari Wagyu dan di nikmati dengan Wine. Bahkan beliau menyajikannya dengan Roti Prancis. Sayang bila kuliner asli negeri ini tidak dilestarikan, saya khawatir dalam puluhan tahun ke depan, banyak orang yang tidak mengenal makanan asli negerinya karena di bombardir makanan dari luar. Tidak ada salahnya memang mencoba makanan dari negeri orang, hanya sangat di sayangkan bila kita tidak bisa merasakan nikmatnya makanan dari tanah sendiri yang tidak kalah eksotisnya dengan makanan dari manca negara.

(Pengen tahu juga dong kalau Gordon Ramsay, Jamie Oliver, Claus Meyer ataupun Curtis Stone masak Rendang..hehehe... pasti seru..... mimpiiiiiiiii ngga siiiih kalau nanti rendang masuk di menunya French Laundry atau Noma...wkwkwkwkwkw ....)



In 2011 an online poll by 35,000 people held by CNN International chose Rendang as the number one dish of their 'World’s 50 Most Delicious Foods' list.[6]

dikutip dari :
http://www.facebook.com/notes/rerie-arimia-marda/rendang/#!/notes/rerie-arimia-marda/rendang/10150535215289104

Randang Padang Restu Mande
www.restumande.com
021-5379461

Rerie Arimia Marda


Thursday, December 15, 2011

King Dragon Cave - GuiZhou




Disisi kiri adalah danau, dimana sebelumnya kami naik perahu dayung memasuki gua yang cukup panjang dan sempit. Disisi kanan tampak air terjun yang walau tidak terlalu besar tapi unik karena kalau dilihat dari posisi hilir - seakan mulut naga yang menganga lebar.

Foto satunya : di ZhangJiaJie - Three Sisters, pilar batu tinggi besar seakan tiga orang berjalan beriringan

Tuesday, December 13, 2011

Jokes : Cough Syrup.


-------------------------
Cough Syrup
-------------------------

The owner of a drug store walks in to find a guy leaning heavily against the wall.

The owner asks the clerk, "What's wrong with that guy over there by the wall?"

The clerk says,
"Well, he came in here this morning to get something for his cough. 
I couldn't find the cough syrup, so I gave him an entire bottle of laxative." 

The owner says, "You idiot! You can't treat a cough with laxatives!" 

The clerk says, "Oh yeah? Look at him, he's afraid to cough!"

Friday, December 9, 2011

Tour ZhangJiaJie+Guizhou, bagian ke-5/b : Lanjutan Mengunjungi sekaligus "four wonders" di TianMenShan.





Bagian ke 5-b : Lanjutan.


Usai menelusuri jalan penuh bonsai itu kami kembali ke stasiun cable car dan
kini naik gondola lagi untuk turun/menuju ke stasiun tengah.
Dari stasiun tengah kami antri bus shuttle yang akan membawa kami naik
kearah TianMen Cave. Beberapa teman berebut tempat duduk yang strategis,
soalnya bus akan menelusuri Avenue leading to the sky/Avenue toward heaven
yang belokannya aduhai banyaknya, mereka khawatir tidak kuat/mabuk.
Untunglah tidak ada yang mabuk, malah sepanjang jalan kami asyik mengikuti
kelokan2 yang tidak habis2nya sepanjang tebing gunung yang sangat curam,
dengan pemandangan indah kearah bawah gunung.

Turun di tempat tujuan, tampak didepan kami tangga batu lebar yang menjulur
keatas panjang sekali menjulang kelangit, bermuara ke sebuah lubang besar
dipuncak gunung, seakan sebuah pintu gerbang raksasa berukuran lebar 30
meter dan tinggi 150 meter, itulah Heaven's Gate yang menjadi tujuan utama
perjalanan kami.
Anak tangga-nya dibuat 999 buah karena angka 9 adalah angka tertinggi dalam
kepercayaan China, sehingga melambangkan eternal/forever life.

Saat itu sudah jam 16.30, ternyata cable car akan berhenti beroperasi jam 18.00,
maka kami hanya diberikan waktu sampai jam 17.15 saja untuk menyelesaikan
seluruh pendakian.
Waduh, bayangkan saja hanya dikasih waktu 45 menit untuk pendakian segitu
beratnya, tapi tidak buang waktu segera saja kami mulai mendaki.
Ternyata dari 29 teman hanya 8 orang mendaki, rupanya melihat tangga dengan
sudut curam itu mereka patah hati dan lebih memilih menunggu di cafetaria.

Betul saja, entah berapa kali kami harus stop untuk memulihkan nafas yang
saya pikir bener dah ini cocok banget dengan istilah " nafas mau putus" atau
"jantung mau copot".
Untuk pertama kalinya pula saya dalam hidup merasakan dengkul gemetar
tidak bisa ditahan akibat saking lelahnya.
Saat jeda mendaki tentu dipergunakan untuk berbalik melihat kebawah tangga,
tampak dikejauhan jalan kelok 99 yang mengular cantik sekali.
Saat itu banyak juga pengunjung lainnya, dengan beraneka gaya pendakian,
ada yang berpegangan ke tepian tangga, ada pula yang pakai gaya merayap .

Sekian kali saya kehabisan nafas dan tenaga, tapi rasa penasaran membuat
terus bertahan, sempat tebersit pikiran wah bisa2 bahaya nih, alih2 mencapai
Heaven's Gate - bisa beneran masuk kedalamnya dan nggak balik lagi hehe.

Akhirnya setelah 30 menit setengah ngebut mendaki itu istri saya jadi orang
pertama yang berhasil menapakkan kaki di anak tangga ke 999 dan kini kami
berada di dasar dari gerbang raksasa yang memang cukup lebar dan tinggi,
ada tempat sembahyang dan berbagai patung disana.
Sempat membayangkan bagaimana dulu ada pesawat akrobatik yang terbang
melintasi lubang itu, foto akrobatik dahsyat itulah yang memprovokasi kami
untuk mengadakan perjalanan kesana.

Konon TianMen cave ini mempunya dua keajaiban, pertama ada air memancar
dari salah satu dindingnya padahal tidak ada sumber air disana.
Yang kedua adalah penduduk setempat merasa TianMen cave diam2 berputar
dalam arah utara ke barat laut, terbukti kalau dimasa lampau TianMen cave
bisa dilihat dari kota ZhangJiaJie, kini tidak lagi.

Saat menuruni tangga ternyata tidak mudah sebab anak tangganya sempit2,
dengan lebar hanya 20 cm dan tinggi 15 cm kalau tidak hati2 bisa tergelincir.
Untunglah tidak hujan, karena pasti sangat sulit melakukan pendakian apalagi
menuruni tangga curam itu.

Telat 5 menit dari waktu yang diberikan kami berdua tiba di dasar tangga, eh
saat mencari toilet adanya di basement yg harus dua kali turun naik tangga -
gemeteran lagi dah kaki saya yang baru saja pulih.

Sekitar jam 18.20 barulah kami tiba lagi stasiun bawah, cuaca sudah gelap
tapi purnama penuh sekali, lelah banget tapi lega sekali sudah berhasil naik
mencapai TianMen Cave yang unik itu.

Thursday, December 8, 2011

Tour ZhangJiaJie+Guizhou, bagian ke-5/a : Mengunjungi sekaligus "four wonders" di TianMenShan.






Sore hari tibalah saatnya kami mengunjungi highlight perjalanan di China kali
ini yaitu : TianMenShan, gunung cantik setinggi 1520 meter yang terletak
hanya 8 kilometer dari kota ZhangJiaJie.
Gunung tertinggi diwilayah ZhangJiaJie ini, bukan hanya menjadi "soul" wilayah
tersebut tapi juga menyimpan "The Four Wonders".

Yang pertama adalah :
"TianMen Mountain Cableway", dengan panjang 7455 meter, inilah the longest
cableway in the world (tapi anehnya cableway di Armenia sepanjang 5,7 Km
yang disebut pemegang rekor Guinness-nya).
"Bonsai Garden on Air" atau "Hanging Garden" dipuncak TianMenShan,
"Avenue leading to the Sky" - jalan kelok 99 yang fantastis,
dan "TianMen Cave", lubang raksasa disalah satu puncak TianMenShan yang
hanya bisa dicapai setelah mendaki 999 anak tangga.

Tianmen (Heavenly Door) Mountain Scenic Area ini tempat wisata yang cukup -
mahal, tiket terusan keberbagai obyek wisata termasuk round trip cable car
dan shuttle bus harganya 258 Yuan.

Kami memasuki bangunan megah banget dari stasiun cable car yang berada
ditengah kota ZhangJiaJie, ternyata sebelum naik harus perlihatkan paspor,
lha kayak mau terbang aja nih, memang sih dalam waktu sekitar setengah jam
kami akan dibawa naik sampai beda ketinggian yang aduhai yaitu 1279 meter.
Saling curamnya sampai masuk ke The Scariest Cable Car Rides on Earth,
fotonya bisa dilihat di :
http://www.environmentalgraffiti.com/featured/scariest-cable-car-rides/20841

Tiap gondola bisa muat enam orang, dalam perjalanan menuju stasiun puncak
nantinya hanya melewati satu stasiun perantara/ditengah, selain itu kami akan
melayang terus sampai sejauh 7,5 kilometer.

Bagitu naik pandangan terbuka kearah landasan pacu bandara ZhangJiaJie,
belakangan terasa sudut kemiringan makin curam dan dibawah kami tampaklah
"Avenue leading to the Sky" atau "Avenue toward Heaven".
Jalan ber-kelok2 sepanjang 10 kilometer itu butuh 8 tahun untuk membuatnya,
mendaki dari 200 meter dpl ke 1300 meter dpl. dengan 99 buah kelokan sesuai
dengan angka 9 yang merujuk 9 istana yang berada di surga.
Sungguh luar biasa jalanan yang tampak mengular dengan begitu banyak
belokan sampai yang berbentuk huruf U. Maka cocok sekali kalau dikatakan
mirip badan white dragon karena warna putih badan jalan kontras sekali dengan
warna hijau lereng gunungnya. Saking menakjubkannya sempat pula dijuluki :
The Most Amazing Mountain Road in the World.

Hampir setengah jam "terbang" itu barulah tiba di puncak TianMenShan.

Untuk melihat Hanging Garden, kami berjalan ke sisi lereng gunung yang curam
sekali, disitu ada jalan setapak yang dibuat menempel dilereng gunung, jadi
jalan itu melayang melipir tebing.
Luar biasa cantiknya pemandangan selama kami menelusuri jalan kecil itu.
Kebawah tampak kota ZhangJiaJie dikejauhan dengan gondola2 cable car
warna warni yang tampak kecil mungil turun naik tiada henti.
Dinding tebing banyak pepohonan, yang karena tumbuh merana didinding batu
maka tumbuhnya jadi bonsai.

Bersambung bagian ke 5-b : Mengunjungi sekaligus "four wonders" di TianMenShan.

Wednesday, December 7, 2011

Tour ZhangJiaJie+Guizhou, bagian ke-4 : Dragon King cave




Bagian ke-4 : Dragon King Cave

Rabu 9 Nopember 2011, masih gelap sudah di morning call, maklum hari itupun
acara padat sekali, ada dua obyek unik akan dikunjungi yaitu Dragon King Cave
yang saking panjangnya sampai dijuluki Door to the Earth Core dan highlight
tour ini yaitu mendaki 999 anak tangga menuju Heaven Gate-nya TianMenShan.

Hotel JingXi di WulingYuan ini sebenarnya bintang empat, cuma kelewatan pelit
nggak nyediain sabun mandi, masih untung dah air buat mandinya nggak dijatah.
Ada tersedia sih paket sabun+odol, tapi mesti beli - nggak mahal cuma bikin
mangkel aja baru ini ketemu hotel nggak ngasih sabun mandi.

Udara pagi masih sejuk sekitar 16 derajat C saat kami tiba di Dragon King Cave
yang berjarak 17 kilometer dari WulingYuan scenic centre, konon inilah gua
kapur terbesar dan tertua di China, yang oleh para ahli gua disana dijuluki:
“the wonder of the world karst cave”.
Gua ini konon usianya 380 juta tahun yang diketemukan secara kebetulan oleh
penduduk setempat pada tahun 1979, dan baru tahun 2003 dibuka untuk umum.
Panjangnya sampai 30 kilometer menusuk perut bumi sehingga sampai disebut
"Door to the Earth Core", rata-rata tingginya 50 meter dan lebar sampai 80 meter.
Didalamnya terdapat 58 ruang besar, 28 lorong batu, 15 air terjun, 3 sungai bawah
tanah, dua buah danau dan 45 kolam.

Sedikit berjalan kaki dari tempat parkir bus, sudah kelihatan bangunan megah
tempat penjualan dan pemeriksaan tiket masuk, persis dibelakangnya ada tangga
menuju mulut gua yang memang selintas mirip mulut macan yang terbuka.
Setiap grup yang masuk mengikuti seorang pemandu yang memberikan penjelasan
dengan memakai mikropon, tapi karena pakai bahasa Mandarin dan jalannya lama,
nggak sabaran saya membelot jalan duluan.
Menelusuri gua, naik turun tangga lagi, ada beberapa tempat naiknya cukup tinggi.
Disana sini banyak stalaktit dan stalakmit aneka bentuk disinari lampu warna warni,
dan untuk kesekian kalinya kembali penyakit lupa saya kambuh, yaitu selalu lupa
bawa senter, padahal entah sudah berapa belas gua pernah saya masuki.

Istri saya ternyata tidak mau meneruskan perjalanan, saat bertemu tempat duduk
ditempat terang dan banyak orang duduk2, dia mau ikut duduk saja menghemat
tenaga untuk nanti sorenya naik 999 tangga di TianMen Cave.

Saya terpaksa meneruskan menelusuri gua sendirian, kadang2 melalui lorong
yang sempit dan ketemu ruang besar lagi.
Disatu tempat sepi, mendadak saya menyadari kalau berada sendirian saja di
dalam perut bumi yang cukup jauh dari pintu keluar, wah sudah dah balik kanan
saja, selain serem juga mau menghemat dengkul.

Akhirnya kami berdua keluar gua, dan sambil menunggu teman yang masih di
dalam gua, saya menuju tepian sebuah lubang besar seakan bekas kawah,
lokasinya sekitar 80 meter dari mulut gua, itulah King Dragon Pond.
Dinding tebingnya yang curam ditumbuhi pepohonan, didasar lubang besar dan
dalam itu terlihat kolam seluas 400 m2, airnya tenang berwarna hijau pekat.
Konon dalamnya kolam itu masih merupakan misteri karena belum bisa dijajaki
saking dalamnya.
Anehnya pula tinggi permukaan airnya saat musim panas maupun penghujan -
tidak pernah berubah, sehingga diduga terhubung dengan King Dragon Cave
yang berada didekatnya itu.

Tapi saat bulan purnama, secara mendadak permukaan airnya bisa naik sampai
15 meter, jadi mengikuti fenomena pasang-surut permukaan air laut, sehingga
penduduk menduga dasar kolam menyeramkan itu terhubung dengan laut yang
berjarak ribuan kilometer dari situ.

Kebetulan hari itu malamnya akan purnama penuh, ini kesempatan emas kalau
ingin membuktikan dengan mata kepala sendiri apakah betul permukaan air
King Dragon Pond itu bisa naik drastis segitu tingginya.
Tapi jadwal kami sudah meninggalkan WuLingYuan ke kota ZhangJiaJie lagi,
tapi kalau sempat juga siapa sih yang yang punya nyali malam2 dan dingin2
nungguin tempat serem kayak begitu hehe.

Tuesday, December 6, 2011

Tour ZhangJiaJie+Guizhou, bagian ke-tiga : The First Natural Bridge in the World.




Selesai acara rendam kaki di toko obat kami diantar kembali ke gerbang Wulingyuan
scenic area yang paginya kami kunjungi.
Tiket masuk diperiksa dan ibu jari dipindai, berikutnya naik shuttle bus yang sama,
tapi kali ini bus meluncur ke lokasi berbeda.

Turun dari bus, kami mendapati berada didasar sebuah lembah sempit, saat melihat
sekeliling dimana-mana tampak deretan pilar batu pasir yang menjulang tinggi, unik
sekali dan dikejauhan tampaklah sebuah bangunan berbentuk kotak tinggi langsing
menyender ke dinding tebing yang tingginya sekitar 300-an meter.
Itulah Bailong Lift yang menakjubkan, lift kaca yang dibangun antara September 1999 -
April 2002 ini terdiri dari dua lantai, yang bisa mengangkut sekaligus 46 penumpang
atau setara 3500 kg, dengan kecepatan aduhai yaitu 3 meter per detik.
Jadi hanya perlu satu menit dan 58 detik untuk menyelesaikan pendakian setinggi
300-an meter itu.

Inilah elevator yang bisa mendapat Guinness World Records sampai tiga buah :
"World's tallest full-exposure outdoor elevator",
"world's tallest double-deck sightseeing elevator"
"world's fastest passenger traffic elevator with biggest carrying capacity"

Untuk menuju lift tersebut, kami harus jalan cukup jauh masuk ke perut bukit
melalui terowongan, barulah ketemu pintu liftnya dan antri masuk lagi.
Setelah kotak lift terangkat, awalnya melihat keluar hanya terlihat tembok beton
belaka, karena pada 156 meter pertama lift masih berada didalam perut bukit.
Dan tiba-tiba kami muncul diudara terbuka dan dalam pendakian 171 meter
berikutnya kami disuguhi pemandangan yang sungguh menakjubkan.
Tampak didepan mata kami deretan tiang/pilar2 raksasa kecoklatan tinggi2,
semua orang didalam lift terpana melihat pemandangan spektakuler itu.
Memang dilokasi inilah kita bisa melihat begitu banyaknya pilar2 batu pasir
raksasa yang berjejer seakan bergaya didepan mata kita, cantik sekali.

Setelah puas berfoto, kami berjalan menuju perhentian bus lagi, ternyata walau
tadi kami dengan naik lift berpindah naik sekitar 300 meter dari dataran rendah,
ternyata kini kami tidak berada dipuncak sebuah bukit yang sempit, tapi malah
berada di dataran lainnya yang juga luas sekali.
Terbukti shuttle bus membawa kami cukup jauh sampai perhentian berikut.

Kini kami harus jalan kaki menembus hutan lewat tangga batu yang naik turun
tidak habisnya, malah perjalanan berikut berada ditepian jurang yang dalam,
saking curamnya sampai tidak kelihatan dasarnya.
Sebenarnya tangganya cukup lebar untuk dua orang berpapasan, tapi saat itu
cukup banyak orang sehingga perjalanan agak terhambat, dan harus sangat
hati-hati karena berada ditepian jurang, kalau ada tas/kamera terjatuh tidak
akan mungkin bisa diambil.

Akhirnya setelah sekitar 20 menit berjalan sampailah ditujuan utama hari itu
yaitu The First Natural Bridge in the World.
Jembatan alam yang spektakuler itu berada 357 meter diatas dasar jurang,
sehingga disebut pula The Highest Natural Bridge in the World.
Jembatan alam itu terjadi karena erosi arus sungai yang menggerus lereng
gunung sehingga bebatuan yang lebih lunak runtuh.
Maka terbentuklah lubang raksasa yang menyisakan semacam kolom tanah
penghubung antar dua lereng bukit sepanjang 40 meter, lebar 2 meter dan
tebal 5 meter pada ketinggian ratusan meter dari dasar jurang itu.

Kami segera mencari lokasi yang bagus untuk berfoto kearah jembatan itu,
tempatnya sempit ditepian jurang sedangkan banyak orang sehingga perlu
hati-hati dan kesabaran dalam bergiliran berfoto.

Pemandangan dari berbagai sudut kearah jembatan, bukit2 dan ngarai yang
dalam itu sungguh menawan, inilah pemandangan yang sangat langka dan
sulit tertandingi keunikan dan kecantikannya.
Sungguh luar biasa ditengah medan yang begitu sulit, nun jauh ditengah
hutan lebat diantara bukit2 curam yang dipisahkan oleh jurang yang begitu
dalam dan curam, bisa ditemukan fenomena alam yang begitu unik.
Hebatnya pula telah dibuatkan jalan berupa tangga batu yang begitu panjang
dan rapih sehingga kini pengunjung bisa dengan mudah mencapainya.

Walau ada perasaan sedikit waswas akan kekuatan jembatan alam usia
ribuan tahun itu, tapi rasa penasaran lebih kuat sehingga kami mencoba juga
menyebranginya pergi-pulang.

Saat pulang kami kesorean, untung saja masih keburu mendapat bus yang
kabarnya terakhir, dan dalam kegelapan malam yang mulai dingin berada
dalam cable car yang membawa kami turun dari kegelapan gunung hutan
kembali ke kota WuLingYuan yang terang benderang untuk bermalam.

bersambung - bagian ke-empat: Mencapai (untung gak lewat) Heaven Gate.

Monday, December 5, 2011

Tour ZhangJiaJie+Guizhou, bagian kedua: The Ten Miles Art Gallery.




Bagin kedua : The Ten Miles Art Gallery.


ZhangJiaJie (baca: cangciacie), wilayah seukuran kabupaten ini berada sekitar 265 km
barat laut Changsa ibukota propinsi Hunan yang jauhnya ribuan kilometer dari pantai.
Kalau dilihat dipeta berada sekitar koordinat 30 derajat lintang utara (Sabang 6 derajat
lintang utara) dan 110 derajat bujur timur (wilayah Indonesia antara 95 -141 bujur timur).
Dalam arah barat timur lokasi ZhangJiaJie sejajar dengan kota Lhasa, Kairo, Houston,
dan sedikit dibawah Shanghai, kalau posisi utara selatan persis diutara kota Padang.

Kawasan hutan taman nasional ini dijaman purba merupakan dasar laut yang terangkat,
akibat proses erosi jutaan tahun terbentuklah 3000-an pilar/menara batu raksasa yang
menjulang tinggi seperti gedung bertingkat yang ditumbuhi pepohonan, banyak yang
tingginya sekitar 200-an meter, malah ada yang sampai 800-an meter.

Selain terdapat hutan yang menyembunyikan sekitar 40 gua penuh stalaktit/stalakmit,
disana sini terdapat lembah dan aliran sungai kecil, serta kolam dan danau.
Karena unik dan cantiknya maka hutan taman nasional Zhangjiajie dimasukkan dalam
The World Natural Heritage Catalogue UNESCO pada 1992.

Hari pertama di kawasan ZhangJiaJie kami menuju Wulingyuan Scenic Area yang
menjadi China's First National Forest Park pada tahun 1983,
Berbeda dengan wilayah China yang lain, WuLingYuan yang terletak nyaris di sentral
daratan China yang luas dimasa lampau lokasinya terlampau jauh dan sulit terjangkau
sehingga tidak mempunyai sejarah panjang dihuni manusia, barulah sejak negara
komunis China berdiri orang mulai berdatangan.

Setelah sekitar 50 menit berkendara dari hotel, kami tiba di gerbang kawasan
Wulingyuan Scenic Area, antri masuk dalam suhu nyaman sekitar 17 derajat C.
Pemeriksaan tiket masuk canggih sekali, tidak cukup tiket diperiksa tapi sidik jari
diambil dengan cara menempelkan ibu jari ke alat pemindai.
Rupanya karena tiket terusan bisa dipakai seharian keluar masuk kawasan maka
harus dipindai sidik jari agar tiket nya tidak bisa dipakai orang lain.

Kini didepan kami tampak lapangan parkir bus yang luas dengan banyak sekali bus
shuttle berwarna merah ungu, antrian tertib kebetulan tidak banyak turis dan saya
perhatikan tidak ada satupun turis kulit putih.
Berbeda sekali dengan antri bus di tahun 2004 yang berantakan, saat itu sampai
ada turis lokal yang tonjok2an saat berebut naik ke bus yang lama datangnya.

Bus ngebut mendaki dan sepanjang perjalanan tampak hutan cukup lebat, sampai
ke stasiun kereta listrik mini, yg membawa kami menelusuri Ten Miles Art Gallery.
Dinamai demikian karena sepanjang perjalanan naik kereta itu menelusuri lembah
tampaklah dikejauhan dikiri jalan aneka pilar raksasa daribatu pasir yang bukan
saja tinggi2 tapi juga seakan aneka bentuk manusia atau hewan.

Sekitar 20 menit tibalah diujung perjalanan, kami turun dan melihat pemandangan
sekitar yang sungguh menakjubkan.
Disana sini tampak puncak gunung runcing-runcing dan pilar batu yang bersaf-saf
sampai jauh cantik sekali dan yang paling menarik adalah Three Sisters - tiga pilar
batu raksasa yang berderet mirip sekali manusia.
Beruntung sekali kali ini walau langit mendung tapi tidak turun hujan kabut seperti
yang kami alami di tahun 2004.

Berikutnya kembali ke kota WulingYuan, setelah makan siang diajak ke toko obat,
diawali dengan ramai2 duduk santai, lalu masuklah anak2 gadis membawa baskom
isi air yang panas ngebul, berisi obat katanya.
Kaki direndam dan dipijat sambil mereka ngoceh tentang aneka obat, tapi sayang
karena itu hari pertama perjalanan mungkin masih pada sehat tidak ada yang beli.
Eh kaki saya malah jadi kerasa sakit akibat dipijat tadi, barangkali sengaja dipijat
keras supaya beli obatnya hehe.

Saturday, December 3, 2011

Tour ZhangJiaJie+Guizhou, bagian pertama: menuju ZhangJiaJie.




Ada pendapat bahwa memilih tujuan wisata luar negeri sebaiknya yang jauh-
jauh dulu (misalnya ke Amerika atau Eropa), kalau yang deket-deket (Asia)
bisa nanti-nanti aja karena terbangnya cuma sebentar dll.

Pendapat itu benar, kecuali kalau ke China - karena walau betul dekat tapi
wisata disana banyak sekali jalan kaki yang jauh-jauh, seringkali naik turun
tangga yang bukan saja bisa aduhai panjangnya juga banyak yang curam.
Misalnya di gunung HuangShan, bisa setengah harian naik turun tangga,
atau menelusuri JiuXiang cave yang panjang banget padahal sekali masuk
kita harus jalan terus sampai tembus perut gunung itu di ujung lainnya.
Kalau kondisi dengkul sudah loyo ditambah nafas pendek, bisa2 bukannya
jalan-jalan tapi jadi kenek bus nemenin pak sopir bengong didalam bus.
Apalagi wisatawan usia tua, selain kelelahan juga rawan terjatuh ditangga.

Wisata alam di China banyak pilihan, unik-unik dan banyak yang spektakuler,
tapi selain jalan kakinya yang berat itu ada musuh lainnya yaitu cuaca buruk.
Seperti pernah kami alami di ZhangJiaJie tahun 2004, saat itu turun hujan dan
kabut sehingga tidak bisa menikmati pemandangan alamnya yang cantik.

Terpesona melihat foto-foto atraksi akrobatik pesawat terbang kecil yang
nekat "molos" melewati Heaven Gate yaitu lubang alami raksasa salah satu
puncak gunung TianMenShan di ZhangJiaJie, istri saya jadi merancang lagi
perjalanan kesana.
ZhangJiaJie berada di Hunan - propinsi kelahiran Ketua Mao TseTung, maka
sekalian kesana dirancang juga jalan ke propinsi tetangganya yaitu GuiZhou
yang konon daerah miskin tapi alamnya menawan.

Yang dikunjungi selain ada obyek2 yang masuk Unesco World Heritage,
juga yang nama2nya atraktif seperti Heaven Gate, atau King Dragon Cave
yang panjangnya aduhai sampai dijuluki Door to the Earth Core, kota kuno
Phoenix Town dll.
Ada pula tempat yang masuk World Record misal jembatan tertinggi didunia,
atau Bailong Lift yang sampai mendapat tiga buah Guiness World Records.

Hari Senin pagi, 7 Nopember 2011, jam 08.55 jadi 20 menit lebih awal
pesawat B737-800 China Southern sudah bergerak dari tempat parkirnya
di bandara Soekarno Hatta dengan tujuan GuangZhou.
Kursi pesawat itu sebarisnya 3 - 3, lucunya penomoran sebarisnya ABC
dan HJK sehingga sempat membuat saya bingung waktu dapat seat nomer
41 C dan 41 H, kirain terpisah jauh padahal sebrangan sama-sama di aisle.

Pagi itu sekitar jam 10 kami mendapat makan pagi berupa nasi goreng dan
rendang sapi yang sama2 pedas, setelah itu sampai mendarat di GuangZhou
sekitar jam 14.00 WIB ( atau 15.00 waktu setempat) tidak dapat makan lagi.
Untungnya istri saya sudah mempelajari rute perjalanan dengan seksama,
sehingga tidak kelaparan karena jam 12.30 buka bekal dari rumah.

Airport Baiyun ini besar sekali, terkoneksi dengan kota GuangZhou pakai
MRT segala, tapi ajaibnya penerbangan internasional yang tiba dan mau
lanjut penerbangan domestik bagasinya tidak konek.
Jadi walau kami sudah pegang boarding pass untuk penerbangan lanjutan
ke kota ZhangJiaJie, tetap harus ambil koper dulu di conveyor belt dan
masukkan lagi di counter domestik, jadi ribet juga.
Sebaliknya kalau kita terbang domestik yang dilanjutkan penerbangan
internasional, bagasinya tidak perlu diurus seperti kita masuk ke China,
karena bagasi itu akan ikut langsung ke tujuan akhir.

Jarak antara terminal internasional - domestik bukan main jauhnya,
kalau tidak kebagian naik mobil shuttle kaki bisa gempor.
Maka penting sekali transit time yang cukup kalau ikut penerbangan
connecting dari luar negeri dan pindah ke penerbangan domestik di
airport Baiyun Guangzhou ini.

Penerbangan lanjutan masih dengan China Southern, dalam Airbus A320
cuma dikasih snack kacang doang, maklum terbang cuma 1,5 jam saja
Pesawat mendarat on time jam 21.25 di airport yang dekat dengan kota,
sehingga sekitar jam 23 kami sudah berada didalam hotel JinXi.
Kami tidak bisa menikmati hotel besar bintang empat berlantai 18 ini
karena esoknya morning call jam 5.30 waktu China alias jam 4.30 WIB.
Ogah menunggu porter, kami segera menggeret koper masing2 kekamar
supaya cepat bisa beberes dan tidur, karena besok akan berjuang banyak
jalan kaki dan naik turun tangga di Wulingyuan Scenic Area - yang
menjadi China's first National Forest Park in 1983.