Tuesday, October 19, 2010

Nyoba Bonek ke Cirebon.




Mau kondangan ke Cirebon, tadinya terfikir mau nyetir saja karena
lebih leluasa, tapi sedang banyak turun hujan sehingga akhirnya
diputuskan naik Bonek saja alias CirebonEkpres.
Kebetulan Nuke & Wimpie mau kondangan juga, mereka dari
Bandung bawa mobil jadi tetap ada kendaraan selama di Cirebon.

Sabtu siang perjalanan lancar dari Tangerang ke Gambir, jadi tiba
kepagian, tapi tidak masalah kami jadi sempat santai makan siang
dulu di HokBen di stasiun Gambir yang tampak tertib dan rapih.
Ternyata si Bonek nya datang telat sekitar 10 menit, setelah para
penumpangnya turun, barulah kami masuk kedalam gerbong Kelas
Eksekutif yang sejuk nyaman ber-AC.
Sempat serasa berada didalam pesawat, bedanya kursinya bisa
diputer arah agar penumpang bisa duduk menghadap kedepan.

Selama perjalanan guncangan tidak banyak, malah rasanya cukup
empuk beda banget dengan kereta jaman dulu yang gejrag gejreg.
Kecepatannya juga lumayan, sayangnya banyak berhenti2 sehingga
benar saja nantinya tiba di Cirebon telat hampir satu jam.

Sayangnya pula, terjadi satu hal yang memang sejak awal sudah
kami khawatirkan yaitu pelemparan batu, yang mengejutkan sekali
karena bukan saja suaranya keras juga kaca jendela penumpang
dua baris didepan bangku kami itu sampai pecah.
Untunglah batunya tidak menembus masuk, tapi sedikit serpihan
kaca sempat bertaburan kedalam.

Tiba di stasiun Cirebon yang masih dipertahankan bentuk lamanya,
di halaman stasiun banyak yang menawarkan kendaraan, baik itu
taksi maupun becak.

Selama di Cirebon kami menginap di Apita, hotel bintang tiga ini
berlantai 17 - merupakan bangunan tertinggi di kota Cirebon, lengkap
dengan kolam renang dan Grand Ballroom tempat resepsi pernikahan
yang akan kami hadiri Sabtu malam itu.
View dari jendela kamar hotel kearah gunung Ciremai cantik sekali,
selintas Ciremai mirip Mount Fuji yang berdiri sendiri tidak berupa
pegunungan, tapi Fuji bentuknya lebih perfek dan puncaknya di-
selimuti salju jadi jauh lebih menawan.

Esok paginya, datang kiriman Ketan Apun pemberian Sianna Kaur,
sayang "Walikota" Jalansutra Cirebon ini sedang berada di Solo
sehingga tidak bisa bertemu langsung.
Kiriman ketannya nggak tanggung2 sampai 40 bungkus, tapi Sianna
via bbm wanti2 bilang bahwa belum ke Cirebon kalau belum menikmati
Ketan Apun ini.

Kami sempat ke Trusmi, awalnya saya kira Trusmi itu nama toko batik,
rupanya itu nama kawasan dimana disitu memang sentra toko batik,
yang uniknya mengharuskan pengunjung lepas alas kaki kalau masuk.

Sempat nyobain Tahu Gejrot, dan juga Empal Gentong Darma yang
legendaris tapi bikin deg2an karena banyak lemaknya, cuma sayang
warung Nasi Jamblang yang di rekomen bukanya jam 16 sedangkan
si Bonek yang membawa kami balik ke Jakarta "take-off"jam 15.

Yohan Handoyo sempat heran, dia bbm : "kereta koq take-off ?"
saya bilang "Sssttt, biar kedengeran keren atuh"

Telat sekitar 30 menit kami tiba di Gambir, dan dengan termehek-
mehek saya nenteng koper, box isi puluhan bungkus Ketan Apun
ditambah lagi kantong plastik isi Mangga Gedong Gincu.
Setelah nge-drop sebagian Ketan Apun di Kopitiam Oey Sabang,
barulah kami meluncur pulang ke Tangerang.

Bingung tagihan Matrix bengkak, ternyata.......... :((



Seperti biasa saya akan membayar biaya pemakaian Matrix
pakai klik BCA,  begitu lihat lha koq bengkak tagihannya !.

Memang bulan lalu HP saya bawa keluar negeri, tapi
rasanya nggak punya salah, yaitu BB dimati-in dan
nggak sekalipun dipakai nilpon, koq biayanya gede gini.

Tadi saya datangi gerai Satelindo, si mbak customer
dengan ramah dan sabar setelah ketak ketik komputer,
bilang bapak ada pemakaian international roaming yaitu
se-besar  561.780,- 

Apa-an tuh mbak ??
Ya, bapak tercatat beberapa kali menilpon.
(Haaaah, sakit kepala deh, apa iya gue lupa nilpon2 ?)
Bisa tolong kemana aja tuh mbak?

Ada tujuh kali nilpon pak !
(Astaga, boro2 tujuh - sekalipun aye kagak inget nilpon kemane)

Coba sebut nomernya mbak, trus saya tilpon nomer itu,
ternyata itu nomer pak Vincent, teman tur ke Belitung
yang udah sekian tahun nggak kontak.
(Busyet deh, ada urusan apa gue nilpon die?)

Yang atunya lagi mbak ?
Ternyata itu restoran Pagar Alam !, lha urusan apa jauh2
dari China nilpon ke restoran itu ?

Ternyata nilpon ke Vincent terjadi berturutan selang sekian
waktu dan pada hari yang sama, begitu pula ke restoran
Pagar Alam pada hari lain dan beberapa kali berturutan pula.

Nah saya test dah, pencet huruf V di handphone - ternyata
memang muncul nama Vincent, begitu pula saat pencet
hurup P muncullah si Pagar Alam Restoran.

Waaaah, jelas dah duduk perkaranya - jadi HP yang saya
selalu taruh dikantong celana itu keteken huruf itu dan nggak
sengaja kemudian keteken pula tombol send nya

Lemess dah, ya udah salah sendiri, mau diapain.

OK dah mbak, apakah ada keringanan kalau kejadian kayak gini ? 
Nggak bisa pak, karena semua sudah tercatat.

Yaah sudah, nasib deh.
Sampai rumah langsung buka klik BCA dan beresin tagihan.

Kenapa bisa kejadian kayak gitu ya ?
atau ada yang pernah mengalami hal yang sama ?
Ada saran/kiat untuk tidak terjadi kejadian itu lagi.?