Sunday, November 19, 2006

Tour Bangka part 2 dan 3 - September 2003.




Ini adalah lanjutan dari :

part 1 : Nengok kamar BungKarno - Gn.Menumbing.
http://smulya.multiply.com/photos/album/90


Tour Bangka part 2 : City tour Mentok dan Sungai Liat.

Acara dihari kedua adalah city tour dikota Mentok dan dilanjutkan
menuju kota Sungai Liat yang terletak dipantai timur pulau Bangka.
Karena perjalanan akan lumayan jauh maka setelah makan pagi di
restoran hotel Bukit Menumbing yang diliputi kabut , kami langsung
berangkat.

Obyek wisata pertama yang dikunjungi adalah Batu Balai, sebuah
batu besar yang tergolek tak jauh dari jalan , uniknya batu besar itu
bentuknya seperti buritan kapal sehingga menjadi bagian dari legenda
Dampu Awang, dan katanya siapa yang lewat dikolong batu besar
yang setengah tergantung itu akan enteng jodoh.
(foto)

Kota Mentok kabarnya dimasa lampau pernah ramai karena disana
ada pertambangan timah dan mempunyai letak yang strategis, dengan
hanya menyebrangi selat Bangka sudah bisa tiba di muara sungai Musi
dan 1 - 2 jam memasuki sungai Musi sudah tiba di kota Palembang .
Jadi seharusnya kota ini ramai dan maju.
Tapi sekarang kelihatannya seperti kota jaman baheula, tampak sepi
dan tak terlihat ada geliat pembangunan kota.
Kecil seukuran kota kecamatan Serpong, pusat kota ini terlihat renta -
dimana mana terlihat gedung-gedung yang sudah tua.

Dibagian lain dari pusat kota terlihat banyak rumah yang sudah rusak,
tampaknya itu rumah-rumah tua yang dibangun di jaman Belanda,
termasuk puing-puing rumah sebuah komplek yang dijelaskan Mirza :
itu bekas Rumah Sakit Umum !.
Kami tanya kepada Mirza : Oh, RSU itu sudah dipindah ? , kemana ?
Tidak, disini tidak ada RSU lagi.
Lho, masa iya sebuah kota engga punya RSU ?
Ternyata memang kota itu tidak mempunyai lagi RSU , penduduk
memanfaatkan Rumah Sakit yang dimiliki Peltim (Peleburan Timah).


Di pelabuhan Mentok yang berukuran kecil saja itu terlihat beberapa
buah kapal sedang memuat penumpang yang akan menuju Palembang,
antara lain tampak kapal cepat Express Bahari ( 3 trip/hari ) dan juga
kapal Jetfoil Sumber Bangka ( 2 trip/hari ) yang dalam waktu 2 - 3
jam saja sudah tiba di tujuan.
Selain kapal cepat khusus penumpang itu, terlihat pula kapal ferry
yang sedang memuat kendaraan, tapi kapalnya tidak sebesar kapal
ferry penyebrangan Merak - Bakauhuni.

Menurut Mirza, berbagai macam barang di Bangka mahal harganya
karena harus di "import" dari luar pulau, sampai beras dan sayur juga
didatangkan dari luar pulau .

Sayang sekali rumah Mayor Tjun Yun Fong - sebuah rumah kuno
yang letaknya berdekatan sekali dengan pelabuhan tadi,
sekarang tidak bisa lagi dikunjungi karena kabarnya sebagian rumah
itu sudah dijadikan sarang burung walet.
Pagar rumah itu diberi kawat berduri, dan sewaktu kami berupaya
minta izin masuk , penjaganya dari dalam rumah menyatakan bahwa
gembok pintu pagar itu sedang dibawa oleh penjaga yang lain.
Rumah besar itu atapnya sudah direnovasi, gentingnya sudah diganti
dengan genting baru berwarna hijau.

Di pusat kota itu kami mengunjungi kelenteng tua yang letaknya
bersebelahan dengan sebuah Mesjid Jami. Dihalaman kelenteng itu
ada seorang penduduk yang sedang menimba air dari sebuah sumur
dalam sekali, tapi airnya paling tinggal sejengkal dari dasarnya,
karena kemarau panjang.
(foto)

Perjalanan dilanjutkan, berawal dari pantai barat pulau Bangka itu,
menuju kota Sungai Liat yang berada di pantai timur pulau Bangka
yang mengharuskan kami kembali menelusuri jalan yang sama -
yang kemarin kami tempuh dari Pangkal Pinang, maka terulang lagi
perjalanan yang menjemukan, mata sampai pegel melihat hutan melulu.

Diluar kota Sungai Liat kami mengunjungi Kolong Pemali, wilayah
yang sudah bopeng-bopeng akibat penambangan timah selama ratusan
tahun, kabarnya eksploitasi di "pulau Timah" ini dimulai pada abad ke 19.
Penggalian itu bukan dengan cara menggali lubang berbentuk sumur, tapi
bentuk penambangan terbuka yang kemudian menyisakan kolam-kolam
besar sampai berukuran danau yang sekarang penuh berisi air .
Nama Kolong Pemali berasal dari kolong = kolam, pemali = pantang
atau larangan - jadi dahulu wilayah itu terlarang dimasuki penduduk
karena adanya kegiatan penggalian kolam timah diwilayah itu.

Beberapa kolam, airnya terlihat indah berwarna hijau biru, apalagi di
sebuah danau yang kabarnya paling besar dan dalam, airnya sangat
jernih - saking beningnya dibagian tepi danau kita bisa melihat jelas
bebatuan didasarnya.
Bagian tepi danau itu airnya berwarna hijau dan ketengah menjadi biru,
banyaknya mineral didasar danau membuat menjadi berwarna warni itu.
Sayang sekali tidak dijadikan obyek wisata, barangkali selain airnya
tidak sehat mengandung timah, juga tepian danau dan wilayah sekeliling
nya amburadul - disana sini terlihat lubang bekas galian .
(foto)

Sungai Liat beruntung sekali mempunyai banyak pantai yang indah-indah ,
bentuk pantainya yang berkelok-kelok, laut yang bersih berwarna
hijau membiru, dan banyak batu-batu besar di sela sela pantai berpasir
putih membuat pengunjung betah berjalan jalan menikmati pemandangan
yang menyejukkan mata itu.
Pandangan ke arah Laut Cina Selatan itu tidak satupun pulau terlihat,
dan dimalam hari terlihat banyak kerlip lampu dari bagan yang berada
jauh ditengah laut.

Salah satu pantai yang menjadi obyek wisata lokal adalah Pantai Matras,
sayang sekali pantai yang landai itu ombaknya cukup ganas sehingga di-
beberapa tempat harus dipasang penghalang agar ombak tidak menggerus
pantai - tentu tumpukan bronjong batu ini mengganggu keindahan pantai.

Satu hal yang mengagumkan dari pulau Bangka adalah bagusnya sarana
jalan disana, jaringan jalan begitu banyak menggurita dan aspalnya relatif
bagus, jarang sekali ketemu jalan berlubang.
Dimana mana terlihat bersih, dan sangat jarang terlihat pengemis.
Berbeda dengan rumah-rumah di Jakarta yang mirip benteng, rumah disini
kebanyakan tidak memakai pagar, mengesankan suasana yang aman.

Malamnya kami menginap di Hotel Tanjung Pesona, bintang tiga,
yang berjarak sekitar 6 kilometer dari kota Sungai Liat.
Kawasan hotel yang cukup luas ini berada di satu bukit ditepi pantai
sehingga pemandangan dari cottage/restoran/gazebo yang dibangun
diatas bukit mempunyai pandangan kearah laut lepas yang berwarna
hijau biru itu indah sekali.
Pantainya berbentuk teluk, pengunjung bisa menapaki tangga yang
dibuat rapih menuruni bukit sampai ke tepi laut.
(foto)
Sayang pengunjung hanya bisa menikmati pemandangan dari pantai
saja, laut yang berbatu karang itu tidak aman untuk berenang maupun
wisata air lainnya seperti menaiki banana boat dan lain lain.
Tapi didalam komplek hotel yang luas itu tersedia hiburan seperti kolam
renang dengan pemandangan laut ,diskotik, ruang karaoke,restoran yang
menyajikan masakan unggulannya seperti makanan lokal yang terkenal :
ikan Jebung bakar.
Bagi yang ingin bermain golf, dapat menuju ke Bangka Golf Club, yang
terletak 200 meter diatas permukaan laut - lapangan golf dengan 18 hole -
par 72 ini berbukit-bukit , jaraknya sekitar 35 menit dari hotel.


Tour Bangka , part 3 :

Belinyu dan Parai Beach Resort

tour dihari ketiga adalah mengunjungi Belinyu, kota yang berada bagian
utara pulau Bangka, yang berjarak 58 kilometer dari Sungai Liat/Hotel
Tanjung Pesona tempat kami menginap.
Perjalanan menuju Belinyu terasa menyenangkan karena jalan mulus sekali,
dan berbeda dengan perjalanan ke Mentok yang banyak membelah hutan
maka perjalanan hari ini relatif "terang" - jarang sekali melalui hutan, hanya
sesekali melalui wilayah yang terlihat tandus berlubang-lubang disana-sini
akibat banyaknya galian timah.
Karena jalan tidak terlalu ramai, kendaraan kami bisa agak ngebut dan
dalam 1 jam 15 menit sudah memasuki wilayah Belinyu,
yang mempunyai motto :
BERSATU : Bersih-Elok-Ramah-Serasi-Aman-Tertib-Utuh.
(aneh juga, kok pakai Utuh segala ?).

Pangkal Pinang - BERARTI : Bersih-Aman-Rapi-Tertib-Indah.
Mentok - TIMAH : Tertib-Indah-Aman-Harmonis.
SungaiLiat -BERTEMAN : Bersih-Tertib-Aman.

Sebelum masuk kota, mobil belok keluar jalan raya untuk memasuki
jalan kecil, setelah berjalan sejauh dua kilometer sampailah ke sebuah
kolong/kolam yang disebut : Phak Kak Liang.
Tempat wisata ini dibuat meniru TengChing Lake di Kaoshiung Taiwan,
dari pinggir kolam dibuat jembatan kelok sembilan yang menuju ketengah
kolam - diujung jembatan dibuat sebuah kupel. (foto)
Sayang sekali selain kolamnya kecil saja , airnya berwarna hijau keruh,
pemandangan ke sekeliling kolam juga tidak menarik.
Walaupun hari Minggu suasananya sepi sekali , maka setelah menelusuri
jembatan berkelok menuju ke kupel ditengah kolam, kami segera kembali
ke mobil untuk meneruskan perjalanan.

Obyek wisata didalam kota Belinyu adalah Gua Maria, yang terletak
dibelakang sebuah sekolah Katholik, karena keterbatasan waktu kami
tidak sempat menelusuri keseluruhan jalan setapak sekitar gua Maria
yang dibangun diatas sebuah bukit itu (foto).

Kota Belinyu selintas seperti Mentok, kecil saja dan tidak terlalu ramai,
hanya bangunannya terlihat sedikit lebih bagus dari Mentok.
Kami makan siang di rumah makan yang katanya paling enak dan paling
besar yaitu Khuai Lok, ternyata sebuah rumah makan yang kecil saja
dan sempit hanya muat sekitar 5 meja , masakannya juga biasa2 saja.

Kota Belinyu selain mempunyai bagian kota perdagangan dimana kami
makan siang itu, juga ada bagian perkantoran pemerintah dengan gedung-
gedung tuanya yang kayaknya warisan jaman Belanda, berada di bagian
kota yang agak berbukit.
Tidak disangka ternyata kota ini tidak terletak dipinggir pantai, pelabuhan
masih berjarak sekitar 10 kilometer dari kota.

Karena kami minta diajak ke tempat souvenir, maka Mirza membawa
kami ke satu Home Industri yang berada sekitar 5 kilometer diluar kota
Belinyu arah ke pelabuhan TanjungGudang.
Dirumah itu kami membeli macam-macam rajutan buatan tangan yang
bisa digunakan untuk taplak meja, sarung aqua, sarung kotak tissue,
sarung HP, sarung bantal dan lain lain.

Obyek terakhir di Belinyu adalah mengunjungi Kampung Gedong,
semula saya kira lokasinya ditengah kota Belinyu, ternyata jauh diluar kota.
Kali ini mobil kami kembali keluar lagi dari jalan raya dan memasuki jalan
kecil tidak beraspal.
Perjalanan masuk cukup jauh dan turun naik melewati jalan becek sehingga
kami khawatir mobil tergelincir karena jalannya licin itu..
Ternyata Kampung kuno yang seluruhnya dihuni oleh penduduk keturunan
Tionghoa itu hanyalah sederetan rumah sederhana berdinding papan.
Didepan rumah banyak dijemur aneka kerupuk Bangka seperti kemplang,
tapi sayang mereka tidak menjual yang sudah matang, kami tidak membeli
kerupuk mentah itu karena tidak yakin bisa menggorengnya dengan betul -
hasilnya bakalan "bantet" kalau engga tahu caranya.
(foto)

Acara berikutnya adalah berburu mie, tempatnya di Kedai Apo Mie yang
terletak didalam kota SungaiLiat, kami anthusias sekali karena kabarnya
inilah kedai mie paling enak dan terkenal dikota SungaiLiat.
Karena itulah mobil ngebut kembali ke Sungai Liat agar bisa tiba sebelum
Kedai yang terletak dipusat kota itu tutup, yaitu jam 15.
Sebenarnya pagi harinya kami sudah mendatangi kedai itu, karena terlihat
kedai sudah buka dan ada seorang karyawannya yang sedang masak air
maka rame-rame kami pagi itu langsung masuk dan duduk dengan manisnya
dikursi, tapi kemudian semua bengong karena ternyata mie-nya baru akan
siap satu jam lagi.
Maka sore itu saat kami tiba kembali disana dan melihat masih buka, maka
segera menyerbu duduk dan pesan ini-itu , tapi alamak semua kecewa,
sama sekali engga istimewa, sampai ada yang bilang ini sih bukan Apo Mie,
tapi Mie Apo nich ?!.

Untunglah kekecewaan hari itu terobati setelah tiba di tempat menginap -
Parai Beach Resort, bintang empat, yang memang betul mempunyai pantai
yang sangat indah, berbentuk teluk dengan warna airnya yang bergradasi
dari warna hijau muda ditepinya yang ketengah menjadi hijau tua..
Deretan cottage dibangun ditepi pantai diantara pohon-pohon kelapa, dan
tak jauh dari tepi pantai berpasir putih itu ada sebuah kolam renang dengan
restoran yang cukup besar
(foto).
Diujung pantai ada sebuah tanjung kecil, yang penuh bebatuan besar yang
mengundang kita untuk mendaki dan berfoto diatasnya dengan background
laut yang indah itu. (foto - foto).

Ada beberapa pengunjung yang berenang di bagian pantai yang landai dan
tidak berbatu, tapi seperti halnya di Hotel Tanjung Pesona disinipun tidak
ada sarana wisata air seperti banana boat dll.

Malam hari kami menghabiskan waktu dengan duduk-duduk di restoran
mendengarkan live music, dilanjutkan ke Karaoke Room yang berada di
bangunan utama hotel yang bertingkat.
Saat itu terlihat banyak tamu yang datangnya berombongan besar, rupanya
kebanyakan tamu yang datang ke Bangka ini adalah grup tour .

Saturday, November 18, 2006

Bikin tiruan "wisata kuliner" ke Bandung.




Sudah lama tidak menengok Nuke - putri saya yang tinggal di Bandung,
dan selama ini kesengsem sama wisata kuliner-nya pak Bondan, maka
Minggu pagi 19 Nopember 2006, menuju Bandung.
Sebelum berangkat sempat e-mail pak Bondan, dan dibalas pakai SMS,
saya lapor mau niru ber-wisata kuliner (walau tidak diikuti crew Trans TV),
dan akan dimulai dengan makan pagi di Pepes Jambal Walahar H.Dirja
yang buka cabang di Rest Area KM 57 Tol Jakarta-Cikampek.

Setiba disana, koq resto-nya sepi2 saja, sampai-sampai kami intip-intip
kedalam, ternyata meja kursinya sudah tidak ada, alias sudah tutup -
astaga gimana nih, ronde pertama saja sudah K.O.

Yah sudah - meluncur lagi sampai akhir jalan tol Cikampek itu, lalu
belok kanan menuju Sate Maranggi Cibungur.
Seperti biasa makanan yang dipesan selain sate adalah Sop Dengkul
Sapi, dan karena biasanya perlu pemadam kebakaran (maklum
sambal-nya kan pedas sekali) dipesan juga Es Kelapa Muda.
Dan seperti biasa, makan minum disitu walau deru campur debu -
(maklum bener-bener duduknya di tepi jalan raya yang hingar bingar)
terasa nikmat sekali.

Saat kembali memasuki pintu tol, karena terbayang sikap simpatik
pak Bondan yang selalu mengucapkan terima kasih kepada pelayan
resto yang mengantar makanan - saya bilang terima kasih juga saat
menerima kartu tanda masuk tol - haiyaaa apa hubungannya sih ?.

Nuke seperti biasa menawarkan makan siang di tempat yang baru,
kita ke " RaaCha " deh katanya, taste Thai tapi gayanya seperti
Shabu-shabu - merebus sendiri dimeja katanya.

Memasuki resto yang ditata apik di Cihampelas Walk itu, pengunjung
sedang penuh2nya, tadinya mau duduk di teras yang kelihatan asyik,
tapi sudah dipesan orang lain, maka naik ke lantai dua yang juga
penuh pengunjung.
Masuk SMS, rupanya dari bu Dwikora Mariani - JSers Bandung yang
sedang ber-wisata kuliner pula di Ikan Bakar Cianjur Jl.Setiabudhy,
oh tempat itu sudah masuk target untuk dikunjungi malam nanti.

Kami mulai ikut antrian memilih aneka bahan masakan yang sampai
puluhan macam membingungkan.
Untung Nuke dan Wimpie sudah pernah kesana, jadi dia yang memilihkan
berbagai bahan masakan, termasuk aneka sayuran organik yang per
porsi nya dibandrol antara Rp.2000,- sampai dengan Rp.5.000,-.
Di meja makan tersedia perangkat untuk merebus yang terlihat mungil
dan keren, dan untuk menambah cita rasa tersedia enam macam
sambal khas Suki.

Memang lumayan seru dan asyik, menikmati makanan yang enak dan
unik seperti mie hijau yang terbuat dari sayuran, sambil beraksi jadi
koki dadakan.

Tentu bukan ber-wisata kuliner kalau pulang tidak bawa oleh-oleh,
eh kebetulan sekali saat melewati Jalan Nanas, terlihat ruko dengan
tulisan "Pepes Ikan Mas Majalaya" - mobil mundur lagi dan jadilah beli
pepes ikan Mas yang dibandrol 46.000,-/kilo.
Karena buat dibawa pulang, istri saya nanya - kuat engga nih sampai
besok ? - dijawab tiga hari juga kuat !, tidak perlu dalam kulkas !!

Akhirnya sesuai rencana, jam 19.30 kami memasuki restoran " Ikan -
Bakar Cianjur " yang lokasinya persis bersebrangan dengan Apartment
Setiabudi. Resto yang baru saja buka bulan ini hanya beda sembilan
rumah saja dari saudara tua-nya yang sama-sama berlokasi di Jalan
Setiabudi ini.
Bisa diduga betapa ramainya restoran ini, kalau tidak sama saja
bunuh diri/kanibal buka usaha yang sama nyaris bersisian itu.
Menunya tentu sama seperti restoran Sunda lainnya, kali ini kami
mencoba nasi liwetnya yang memang sedap sekali.
Istri saya memuji tahu tausi nya yang enak sekali.

Saat berkendara di jalan tol Cikampek menuju Jakarta, sengaja sekitar
jam 22.00 itu kami mampir ke Rest Area Km 43 yang baru buka.
Ternyata di area yang begitu luas tidak ada satupun restoran atau
cafe yang "bermerek", rupanya lebih fokus kearah menerima kendaraan
umum/besar2 seperti bus.
Uniknya Toilet Umum yang tersedia juga ukuran raksasa - saya hitung
urinoir-nya saja sampai 45 buah !!
Kebayang yah kalau semua kapasitas terpasang itu terpakai bareng, he3.

Esok pagi-nya giliran Pepes Ikan Mas Majalaya naik meja makan,
ternyata memang istimewa, bukan saja empuk gurih - sambal terasi
hitamnya sedap - hebatnya ber-telor lagi, asyiik !

Ke Bandung lagi yuuuk !



RaaCha Fresh & Tasty Suki :
Cihampelas Walk - Bandung - (022)2061015.
Mal Kelapa Gading - Jakarta.

Ikan Bakar Cianjur :
Jl. Setiabudi No: 85 Bandung - (022)2030303.
Jl. Setiabudi No: 67 Bandung - (022)70314848.
Jl. Djundjunan 157 Bandung - (022)6073504.

Ikan Mas Majalaya :
Jl. Nanas No: 41 Bandung - (022)7271639.

Sunday, November 12, 2006

Kalau Michael Jackson salah teriak - Bucharest Rumania.




Saat istri saya mem-vonnis : "Nanti kita ke Balkan aja dah",
saya langsung bengong, nggak salah nih ?
Soalnya selama ini kalau dengar Rumania dan Bulgaria,
serasa itu negeri antah berantah.
Beda sekali dengan negara2 Eropa lain-nya yang sudah "terang benderang",
maka kedua negara komunis/bekas satelitnya Uni Soviet ini rasanya "gelap",
cuma punya sedikit informasi tentang negara itu.

Belum lagi tentang Bosnia-Serbia-Croatia,
rasanya belum lama masih ramai dar-der-dor dilanda perang saudara yang dahsyat.
Tapi saat ketemu pak Haditono, pimpinan Golden Rama Tour & Travel ini
dengan mantap sekali bilang : Oh disana saaaangat aman sekali !!.

Urusan visa, ternyata rada ribet juga karena walaupun berada di Eropa,
lima negara itu belum masuk Schengen,
maka harus bikin lima macam visa yang tentu makan waktu dan biaya.

Ribet lainnya adalah ternyata ke-lima negara itu mata uangnya beda- beda,
repot dah bakalannya urusan tukar menukar mata uang di border.

Jumat sore, 20 Oktober 2006 - bandara Soekarno Hatta ternyata masih
belum dipenuhi pemudik Lebaran, malah terasa lumayan lengang.

Setelah pesawat Garuda yang menerbangkan kami mendarat di Singapore,
kami berganti Turkish Airline yang akan menerbangkan kami ke Bucharest
dengan transit di Istanbul.
Pesawat Airbus A 340-300 itu akan terbang sejauh 8676 km menuju Istanbul,
selama 11 jam 50 menit.
Setelah ber-taxi-ing selama 20 menit maka dengan mulus jam 23.35 pesawat
lepas landas dari Changi.
Terbang long distance malam hari memang lebih enak daripada terbang siang hari,
mestinya bisa tidur.
Saya sudah siap tempur dengan penutup mata ditambah sumbat telinga untuk
meredam bisingnya suara mesin jet.
Tapi tetap saja bisanya cuma tidur-tidur ayam, sehingga saat jam 01 di- bagikan
hidangan berupa lamb dan pasta - saya nikmati saja sebagai hiburan,
kalau dirumah sih siapa sudi tengah malam makan sambil kucek-kucek mata.

Hiburan lainnya adalah menyimak airmap moving show di layar monitor,
di ketinggian sekitar 11582 meter dan dengan kecepatan 780 km/jam pesawat
numpang lewat diatas Jaipur dan Teheran.

Pagi jam 10.15 WIB atau 6.15 waktu Istanbul pesawat mendarat di airport
Attaturk Istanbul, kami berganti pesawat.
Kali ini dengan pesawat yang lebih kecil yaitu B737-400 yang kursi-nya
kayak kursi bus kota saja.
Untunglah terbang mengarah ke barat laut diatas Black Sea itu, hanya
memerlukan waktu satu jam saja sudah mendarat di bandara Henri Coanda
Bucharest yang tampak tidak terlalu megah.
Proses imigrasi lancar, dan kami keluar airport menuju bus yang sudah
menunggu, saat saya motret-motret mendadak disemprit polisi Rumania -
busyet deh padahal itu kan di tempat parkir !.

Bucharest, ibukota Rumania ini berjarak 16 kilometer dari bandara, kota
yang sudah berdiri sejak abad 13 ini terlihat hijau asri karena awalnya
dibangun ditengah hutan dan mempunyai 8 danau.
Sejak abad 19 banyak anak muda sekolah di Perancis, mereka menjadi
begitu mengidolakan segala sesuatu yang berbau Perancis, sampai
sampai membuat tiruan Arc de Triomphe segala.
Memang ukurannya hanya sepertiga-nya, tapi Champs Ellysees tiruannya
dibuat 6 meter lebih panjang !

Mata uang-nya Leu ( pluralnya : Lei ), tapi mulai tanggal 1 Januari 2007
akan memakai Euro juga sebagai mata uang resmi karena mulai tanggal itu
Rumania resmi masuk Uni Eropa.

Setelah mengunjungi Museum Satulini ( Village Museum ) yang rupanya
"Taman Mini-nya" Rumania, kami diajak mengunjungi beberapa bangunan
yang erat kaitannya dengan Nicolau Ceaucescu, diktator yang bisa berkuasa
sampai 25 tahun tapi riwayatnya tamat secara tragis - di eksekusi dijalanan.

Di Revolution Square yang megah, terlihat Gedung Partai Komunis dimana
pada tanggal 21 Desember 1989 Ceaucescu masih tampil di balkon-nya
untuk berpidato, rupanya ini pidato terakhirnya.
Setelah berpidato dia naik heli dan bersembunyi, beberapa hari kemudian
saat melarikan diri keluar Bucharest, sekitar 80 kilometer diluar Bucharest
dihadang tentara dan ditahan.
Segera diadakan pengadilan rakyat, saya masih ingat benar cuplikan
tayangan TV saat pengadilan itu berlangsung dimana Elena -
istri Ceaucesceu terus2an meracau berbicara memprotes pengadilan itu,
sedangkan Ceaucescu terlihat membisu.
Tayangan TV itu juga memperlihatkan jenasah Nicolau dan Elene
Ceaucescu terpuruk didepan tembok pasca eksekusi tembak mati,
kejadian dramatis itu terjadi tanggal 24 Desember 1989.


Kini kami menuju landmark kota Bucharest, yaitu : Palace of Parliament.
Terletak dipusat kota Bukarest, bangunan megah yang dikenal pula
sebagai The House of the People (Casa Poporului), tidak diragukan lagi
menjadi tempat paling favorit bagi para turis.
Inilah bangunan terbesar kedua di dunia, setelah gedung Pentagon,
mengalahkan Cape Canaveral dan Quetzalcoatl pyramid in Mexico.
Gedung tingginya 84 meter dengan 12 lantai, luasnya 369.000 m2,
konon bangunan underground-nya yang masih dirahasiakan sampai
92 meter dibawah tanah, kemungkinan untuk nuclear bunker dan
dihubungkan secara rahasia dengan jaringan subway.

Nicolau Ceaucescu terinspirasi membangun bangunan monster ini
karena pada tahun 1972 dia mengunjungi Korea Utara dimana
Kim Il Sung memperlihatkan bangunan-bangunan megah disana.
Sayangnya membangun gedung terbesar kedua didunia sekaligus
istana yang sangat mewah memakai uang rakyat.
Sekaligus membiarkan rakyatnya kelaparan.
Ceaucescu yang memerintah dengan tangan besi itu mengirim
hasil bumi keluar negeri untuk mendapatkan pendanaan untuk
membangun istana itu. Pembangunan gedung luar biasa ini dimulai
summer 1984. 700 orang arsitek dan 20.000 pekerja yang dikerahkan
semuanya orang Rumania, pemimpin proyeknya seorang perempuan.

Tentunya gedung ini menjadi gedung pemerintahan paling besar di Eropa,
memiliki ratusan ruang kantor, ruang resepsi, ruang konferensi,
ruang tamu dan ruang rapat/pertemuan.
Didalam terdapat pula sebuah teater, art gallery, restoran.
Jumlah kamar yang berukuran berkisar antara 100 sampai 2200 m2 itu,
sekitar 1000 kamar, dilantai dua saja terdapat 480 kamar .
Ruang serba megah itu dindingnya penuh ukiran2 monumental,
atapnya rapih penuh ukiran dengan lantai ditutup karpet yang tebal.
Segala sesuatu terbuat dari white dan pink marble, gold leaf, kayu oak
dan mahogany, kristal dan kuningan.

Kamar terbesar yang dinamai the Unification Hall tingginya 16 meter dan
luasnya 2200 m2, punya atap yang bisa digeser, karpet disana beratnya
sampai 14 ton. Lampu kristal terbesar beratnya 3 ton dengan
7000 bola lampu.

Bus kami boleh parkir dihalaman, sebelum masuk gedung dan menaiki
tangga harus melewati pemeriksaan security yang ketat sekali.
Kamera sebenarnya boleh bawa tapi bayar ijin motret-nya mahal sekali
yaitu 34 lei ( 1 lei = 4000,- rupiah ) sehingga kami meninggalkan
kamera di bus.

Dengan dipandu guide khusus mulailah kami menaiki begitu banyak
anak tangga yang cukup membuat ngos2an dan memasuki bangunan
yang terlihat megah, atap serba tinggi dan terkesan agak gelap.
Terasa pula kurang hiasan, rupanya dulu tembok disiapkan untuk
tempat lukisan dan foto2 puja puji terhadap Elena dan Nicolau Ceaucescu,
maka sekarang tembok dikosongkan saja.

Kami memang dibuat ter-kagum2 atas kemegahan gedung itu,
ada satu lorong untuk menyambut tamu agung yang panjangnya
sampai 150 meter.
Semua serba mewah, tiang dari marmer,
leather seat mewah, ada karpet cantik seluas 625 m2 tanpa sambungan,
ada kamar serba marmer berwarna pink dan white,
kamar serba kayu hand made yang artistik sekali,
semuanya ini hasil karya orang Rumania sendiri.
Sayangnya belum sempat gedung selesai dibangun Ceaucescu
dan Elena sudah keburu di eksekusi, padahal dia berniat
menyampaikan pidato perdana diatas balkon gedung megah itu.
Kesempatan pidato perdana itu akhirnya jatuh kepada superstar
Michael Jackson, yang dari atas balkon gedung hebat ini berteriak
menyampaikan salam kepada para pengagumnya :

" Hallo BUDAPEST ".

(rupanya Jacko "lupa" dimana dia berada !).

Wednesday, November 8, 2006

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. part 6: Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.




Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. part 5 : Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.




Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. part 4 : Kamari Beach.




Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. part 3 : Ancient Thera.




Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. Part 2 : The Majestic Hotel




Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. Part 1 : Greco Tavern - Fira City


foto dibuat sdr. Nyoman Astapa Wiryawan

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.