Thursday, August 31, 2006

Jokes : Golf versus Wife.

 


A man was at the country club for his weekly round of golf.
He began his round with an eagle and a birdie on the second.
On the third hole he scored his first hole in one, when his
cell phone rang.


It was his doctor notifying him his wife had just been in a
terrible accident and was in critical condition and in the ICU. 
The man told the doctor to inform his wife where he was,
and that he'd be there as soon as possible.


As he hung up he realized he was leaving what was shaping up
to be his best round of golf ever.
He decided to get in a couple of more holes before heading for
the hospital. He ended up finishing all eighteen.
He finished his round shooting a personal best 61, shattering the
club record by five strokes and beating his previous best game
by more than 10. 
He was jubilant, then he remembered his wife. Feeling guilty,
he dashed to the hospital.
 
He saw the doctor in the corridor and asked about his wife's
condition.


The doctor glared at him and shouted, 
"You went ahead and finished  your round of golf, didn't you?
I hope your proud of yourself. While you were out for the
past four hours enjoying yourself at the country club,
your wife had been languishing in the ICU.
It's just as well you went ahead and finished that round because
it will be more than likely your last.
For the rest of your life she will require `round the clock care`,
and you'll be the care giver!".
 
The man was feeling so guilty he broke down and sobbed.
 
The Doctor started to snicker and said,
" Just kidding, she died two hours ago... what did you shoot?"

Come Back To Sorrento



gedung gagah dan cantik bertengger diatas bukit menghadap ke laut

Come Back To Sorrento
(Ernesto DeCurtis)

Sunlight dances on the sea
Tender thoughts occur to me
I have often seen your eyes
In the nighttime when I dream

When I pass a garden fair
And the scent is in the air
In my mind a dream awakes
And my heart begins to break

But you said goodbye to me
Now all I can do is grieve
Can it be that you forgot?
Darling forget me not!

Please don't say farewell
And leave this heart that's broken
Come back to Sorrento
So I can mend

Come Back To Sorrento - lagu yang dulu dinyanyikan oleh
penyanyi beken Dean Martin, memang se-romantis kota
yang berada anggun diatas tebing itu.
Berada di teluk Napoli, dari kota ini kita bisa melihat kota
Napoli nun jauh disebrang teluk, dan juga gunung Vesuvius.
Tebing sepanjang pantai sungguh impresif, dan banyak
hotel mewah berdiri disana sehingga menarik orang ternama
seperti Luciano Pavarotti, Enrico Caruso dll untuk menginap.

Setelah berkendara sekitar 3,5 jam dari kota Consenza,
tibalah kami ditepi laut - diatas tebing yang cukup tinggi,
pantai yang berkelok-kelok terlihat dibawah sangat indah.
Bus kami jalan pelan merayap karena lalu lintas padat
dijalan yang sempit di tepi laut itu, tapi tidak jadi soal
karena kami asyik melihat pemandangan diluar jendela.
Kiri kanan dipenuhi villa, hotel dan restoran, dan disatu
tempat terlihatlah dikejauhan agak dibawah :
kota Sorrento yang juga terletak diatas tebing menghadap
laut dengan pegunungan dibelakangnya.

Memasuki kota Sorrento, karena bus kami yang besar tidak
boleh masuk ke city center, maka kami jalan kaki naik turun
jalan yang kiri kanan hijau banyak pepohonan.
Berjalan sekitar 10 menit, tibalah di pusat keramaian yang
semarak dipenuhi toko, restoran dan berbagai bangunan keren.
Terasa sekali suasana liburan musim panas itu, disana sini
orang berjalan kesana kemari dengan santai melewati gedung
kuno yang cantik, dan laut cantik membiru tampak disela -
sela bangunan - terasa sekali nuansa romantis, pantes Sorrento
dibilang sebagai tempat yang cocok untuk honeymoon.

Mau ulang honeymoon disana ?, sila Comeback to Sorrento.

Wednesday, August 30, 2006

Kota yang sering berganti nama.




Setelah semalaman berada didalam kereta api tua yang
jalannya lambat dan terus2an berbunyi gejreg gejreg dari
Moskow menuju St. Petersburg maka di pagi hari musim
panas 1995 tibalah kami di stasiun kereta api St.Petersburg
yang tak kalah kunonya.
Sempat menonton lokal guide cewek Rusia kami bertengkar
seru sekali dengan para portir yang akan mengangkut koper,
rupanya mereka mau "nge-getok" minta bayaran tinggi.
Tapi ketegangan diawal kedatangan kami itu kemudian sirna -
berikutnya kami malah dibuat sibuk terpesona melihat
keindahan dan keanggunan kota ini.

Peter the Great pada tahun 1703 mendatangkan arsitek2 ternama
Eropa untuk membangun kota yang berada ditepi laut Baltik ini,
dan malah tahun 1712 Peter the Great memindahkan ibukota dari
Moskow ke St. Petersburg yang telah bertebaran bangunan
yang indah-indah.
Karena dialiri sungai Neva, maka banyak kanal membelah kota,
menambah cantik kota sehingga St.Petersburg mendapat julukan :
The Venice of the North.
Berbagai gereja besar dan cantik terdapat disana, salah satu
yang terbesar adalah Cathedral Saint Isaac, konon dapat
memuat sampai 14.000 orang.
Gereja yang kubahnya termasuk yang terbesar di dunia ini,
dibangun antara tahun 1818-1858, alias selama 40 tahun !
Kami semua terkagum-kagum atas kemegahan katedral yang
dome-nya penuh lukisan antik yang indah menakjubkan.

Silih berganti penguasa - silih berganti pula nama kota ini, sempat
menjadi Petrograd, kemudian Leningrad (untuk menghormati Lenin),
dan kembali lagi ke nama semula : St.Petersburg.

Tsar Rusia mempunyai dua istana : istana musim dingin yang berada
didalam kota : Hermitage, yang dari luar bentuknya biasa-biasa
saja tapi didalamnya banyak sekali barang antik yang sungguh luar
biasa cantik dan ber-nilai tinggi.
Sedangkan istana musim panas : Peterhof, berada sedikit diluar kota.

Saat turun dari bus dihalaman parkir Peterhof, kami semua jadi
senyum senyum simpul karena disambut band yang memainkan lagu :
Indonesia Raya !!
Kalau didalam Hermitage kami dibuat terkagum-kagum melihat isi
istana, maka di Peterhof giliran kami dibuat terpesona akan taman-
nya yang cantik sekali.
Peter the Great yang rupanya ingin meniru istana raja Eropa,
telah membuat taman yang begitu cantiknya sehingga disebut
"Russian Versailes".
Menambah pesona taman itu, didepan istana terdapat :
Samson Fountain - air mancur dengan latar belakang laut Baltik,
ber-tingkat2 dan disana-sini terdapat patung berlapis emas.

Malam hari kami diajak menonton balet di gedung pertunjukan
yang besar dan antik sekali, saya pikir bakalannya saya bosan
nonton tari2an kayak gitu dan ketiduran - eh tau2nya sampai akhir
tetap melotot menyaksikan indahnya cerita dan tarian balet Rusia
yang kesohor itu.

Di tahun 1995, Rusia masih gamang menerima turis, breakfast di
hotel dijatah - setiap meja misalnya ada empat kursi maka hanya
disediakan empat buah roti, empat butir telur dst -
tapi itu tentu cerita lama 11 tahun lalu, mudah2an sekarang sudah
jauh lebih baik.

Dari Tavern ke Tavern - Yunani.




Monday, August 28, 2006

Untung cuma sebentar di Italy


Roast beef with salad

Dalam perjalanan di Italy, kami mengunjungi berbagai resto,
diawali lunch di Papa Rex Resto - Rome, disajikan :
Vegetables soup with pasta.
Chicken with peppers.

Esoknya lunch di Casserta - Soletti Resto :
Maccheroncelli (short pasta) "Boscaioli" style
( with cream, sausages,mushrooms, peas).
Roast Veal
Salad.
Sfogliatella napoletana desert.

Dinner- Le Due Palem Resto - Napoli :
Spaghetti with seafood.
Fried shrimp and squids.
Salad.
Caprese cake.

Dinner - Chez Jean Resto - Agrigento :
Risotto ai frutti di mare
(risotto with shrimps,squid and mussels)
Melanzane alla parmigiana (fried aubergine layers
with tomato sauce).

Dinner - Sorrento - nama resto lupa ditulis :
Pasta, bentuk dasi kupu2
Ayam lemon.

Lunch - La Giara Resto - Anacapri (Capri Island) :
Risotto with seafood
Sole a la meuniere
Salad dan ice cream

Dinner - Tasso Resto - Sorrento
Ravioli with cream sauce
Roast beef with salad, lemon cake

Lunch - Vecchia Volpe Resto - Bari :
Tubettini Tarantina ( short pasta with tomatoes and mussel).
Grilled swordfish, potatoes with parsley.
Bread, fresh fruit.

Untung saja cuma sebentar di Italy, kalau sampai sebulan
bisa-bisa istri saya melar.


Wednesday, August 23, 2006

Porta Marina (Sea Gate) yang tidak lagi berada ditepi laut - Pompeii.




Siang hari 1927 tahun yang lalu, persisnya tanggal 24 Agustus 79 AD,
seorang pemuda Romawi bernama Pliny melihat suatu pemandangan
yang menakjubkan sekaligus mengerikan.
Diatas gunung Vesuvius tumbuh awan yang memuncak, seakan
sebuah batang pohon pinus yang sangat panjang dengan dahan2nya.
Kemudian ledakan yang mendorong awan seakan melemah,
menyebabkan awan itu tanpa penopang sehingga dengan bobotnya
sendiri menyebar kesamping.

Semburan Plinian (diambil dari nama Pliny), berupa ledakan gas
beracun dan abu panas yang menyerupai pohon pinus itu, mengarah
keselatan yaitu keatas kota Pompeii.
Maka terjadilah katastrofi atas Pompeii, sebuah kota pelabuhan yang
berada di teluk Napoli - Italy selatan.

Jutaan ton abu panas beracun menghujani kota Pompeii, diikuti
aliran air yang berasal dari kaldera Vesuvius.
Sekitar 10.000 penduduk Pompeii tewas akibat menghisap gas
beracun dan terbakar oleh awan panas.
Letusan berlangsung non-stop berhari-hari, bukan saja menimbun
Pompeii sampai setinggi 2 - 4 meter, juga menyebabkan tepian
pantai bergeser ketengah laut sampai jauh sekali.

Pompeii, kota dari abad 8 BC sebenarnya kota Romawi yang sangat
makmur saat itu, dipenuhi bukan saja rumah dan villa orang kaya,
juga gedung pertemuan besar-besar, berbagai temple megah,
ampiteater, gedung pemandian umum sampai juga rumah bordil segala.
Memang sebelumnya di tahun 63 AD, terjadi gempa bumi hebat yang
meluluh-lantakan Pompeii, tapi kepunahan total terjadi akibat letusan
Vesuvius 16 tahun kemudian.

Saat dimulai penggalian arkeologis di tahun 1748 ditemukanlah bukti
sejarah yang sangat berharga tentang kejayaan kota Romawi itu.
Air campur debu membentuk perekat yang mendidih, yang menyeliputi
apapun didalam kota termasuk tubuh korban, yang kini telah mengeras
membeku. Sehingga saat tubuh korban hancur membusuk, terbentuklah
"cetakan" tubuhnya. Dengan membuat lubang kecil dan memasukkan
bahan gips/damar maka didapatlah bentuk tubuh serta posisi maupun
mimik korban saat tewas.

Pagi hari bus kami meluncur dari kota Napoli menuju Pompeii,
sebenarnya jarak hanya 28 kilometer dan melalui highway,
tapi karena macet sekitar 1 jam barulah tiba.
Kami turun dari bus dipinggir kota, sekitar tempat itu banyak
keramaian, disana sini toko souvenir, cafe dan resto.,
Turis banyak sekali, apalagi turis Jepang, dan juga polisi
terlihat dimana-mana.

Didepan kami tampak tembok kota yang rupanya masih utuh,
disitulah kami melihat Porta Marina - salah satu gate kota yang
masih sangat utuh.
Porta Marina (Sea Gate) adalah pintu menuju pelabuhan, terbukti
adanya tonggak untuk menambat perahu - tapi sekarang pantai
sudah terletak jauh entah dimana, luar biasa ulah Vesuvius yang
telah menimbun pantai begitu dahsyatnya.

Kami menapaki jalan berbatu dari jaman sebelum Masehi itu,
melewati gate berupa lorong dan kemudian memasuki Basilica,
ruang pertemuan besar yang tentu dahulu sangat megah.

Diudara yang sangat panas, kami menelusuri jalan kuno berbatu,
melewati reruntuhan berbagai villa, tempat pemandian umum,
ampiteater, gedung pertemuan yang megah, temple, dan rumah
bordil yang petunjuknya unik sekali - di lantai jalan ada batu
bergambar penis yang menunjuk ke rumah bordil itu.

Yang paling menarik perhatian adalah tempat dimana cetakan
tubuh korban Vesuvius disimpan, dengan rasa ngeri kami melihat
berbagai posisi dan mimik para korban itu.

Gunung Vesuvius setinggi 1220 meter tampak dikejauhan
dengan angkuhnya melatar-belakangi reruntuhan kota yang
dihancurkannya itu.
Saat ini dari 66 Ha areal kota, sudah diexcavasi seluas 44 Ha,
tapi diudara panas itu tidak mungkin kami keliling keseluruh areal.

Konon sejak tahun 1036, Vesuvius meletus setiap 39 tahun,
terakhir tahun 1944 dan seharusnya meledak lagi tahun 1983.
Tapi sampai saat ini Vesuvius tetap tidur, dan ada ahli yang
memperkirakan akan meledak kembali pada tahun 2008.

Setelah makan siang, maka kembalilah kami ke Napoli, kota
cantik dengan gunung Vesuvius tampak dikejauhan, apakah
betul Vesuvius akan bangkit lagi ?- entahlah.



Monday, August 21, 2006

Ke Bandung Lageee !!




Minggu pagi, 20 Agustus 2006 - handphone saya bunyi dan
terdengar suara Dr.Ati - Dok, udah sampai mana ?, kami sudah
dilokasi dan bikin sembilan team P3K, sebentar lagi mau start.
Lho, saya kan nggak jadi ikut, sudah beritahu Dr.Renny kemarin.
Mendengar itu, istri saya ngegerundel, soalnya dia pengen banget
ikutan tiwok di Gunung Mas yang diikuti sekitar 500 pemuda/pemudi
gereja Katolik St.Maria Tangerang, sedangkan saya ogah ikutan,
serem dengan macetnya Puncak kalau long-weekend.

Mendadak istri saya nyeletuk, yah udah kita ke Garut ajah !
Busyet deh, ke Garut ?! - emang kirain deket ? - nggak salah nih ?.
Iyah, kita ke Cipanas Garut, coba aja cari hotel, kalo dapet
besoknya naik ke puncak Papandayan, kalo nggak dapat kita
balik ke tempat Nuke di Bandung.
Ampun deh ! kan baru beberapa hari lalu ke Bandung - tapi
daripada ngeliatin istri manyun terus dirumah, segera beberes
dan jam 8.30 meluncur.

Jalan tol Cikampek, ramai lancar dan seperti biasa kami mencari
tempat toilet stop. Dari tiga service area kami pilih yang terakhir
karena belum pernah mampir disitu.
Bersaing dengan service area pertama/Km 19 yang "elit" dengan
Starbuck, rupanya Service Area Km 57 juga tidak kalah asyik.
Disitu ada aneka rumah makan mulai dari Solaria - Boboko -
Soto Sadang Asli - Ayam Taliwang Senggigi Lombok yang men-
jamin kalo pedesnya bikin nangis !, dan Rumah makan Pepes
Jambal Walahar Haji Dirja, wah sayang sekali kami tadi sudah
keburu makan dirumah.

Memasuki tol Cipularang, terasa sekali suasana long week-end,
penuh kendaraan plat nomer B, dan baru kali ini saya melalui tol
Cipularang tidak bisa ngebut, dan benar saja terlihat petunjuk :
Pintu Tol Pasteur padat !! (esoknya saya tanya petugas loket,
katanya antrian sampai 4 kilometer).

Untunglah kali ini perjalanan kami bukan kearah situ, tapi
bablas terus sampai akhir jalan tol di Cileunyi.
Selepas tol, mengarah ke Rancaekek lalu masuk jalan biasa yang
cukup lebar dengan pembatas jalan ditengah, dan terbaca Garut
sekitar 40-an km. Sempat terfikir ntar lagi juga nyampe nih.

Tapi baru saja sekian menit, tampak didepan ekor kendaraan
yang berhenti memenuhi jalan tiga jalur itu, lha ada apa nih.
Saya panggil pedagang asongan - Mang, koq macet, ada apa ?
Oh ada perbaikan jalan, jalannya menyempit tinggal sejalur.
Masih jauh mang ?
Yah lumayan, lima kilometer !
Astagaaaaa !!

Maju beringsut, ketemu pedagang asongan yang lain.
Penasaran - saya nanya lagi. Mang, jauh macetnya ?.
Yah ada satu kilo dah.
Lha mana yang bener nih !
Ternyata omongan dua orang itu rupanya patungan,
soalnya yang bener adalah tiga kilometer - bener juga yah
5 tambah 1 dibagi dua kan sama dengan tiga.
Alhasil 1 jam 15 menit barulah terbebas dari "neraka"jalanan
itu, dan tentu waktu makan siang sudah terlewat.

Selepas Nagreg, kami mampir di Ponyo dan suasana resto
yang menawarkan makan di saung dengan latar belakang
gunung terasa cocok untuk melepas kepenatan habis bermacet
ria sekian lama itu.
Tapi tunggu punya tunggu engga diladeni juga, wah daripada
istri keburu kelenger kelaparan mendingan cabut aja deh.

Tak jauh meninggalkan Ponyo tampak didepan merek besar :
Mak Ecot Asli (tadinya kirain Mak Erot) -
Rumah Makan Khas Sunda - Pindang Pusaka.
Sebelum masuk rumah makan yang terlihat ramai itu, terlihat
pemberitahuan di batang pohon : Oleh Oleh Khas Nagreg -
Best Seller , Ladu Ketan Asli Nagreg, Dodol Kacang Merah
Nagreg, pake tanda bintang lima lagi, hebaaat.
Rumah makannya memang sederhana saja, dibelakang malah
ada rel kereta api segala, tapi dipenuhi pengunjung.
Tentu untuk makanan kami pilih Pindang Pusaka Ikan Mas
yang diunggulkan itu, dengan ditemani sop kikil dan pepes jamur.
Pindang ikan emas ukuran lebar telapak tangan itu tidak menge-
cewakan, begitu pula oleh-oleh Ladu dan Dodol kacang merah
enak sekali.

Saat meluncur mendekati Garut saya tertarik melihat papan
petunjuk dikiri jalan : Candi Cangkuang -
lho apa iya ada candi disini ?
Penasaran, maka belok kiri memasuki jalan desa beraspal,
dan sekitar 3 kilometer tampaklah danau dengan sebuah
pulau ditengahnya tampak agak tinggi dan rimbun,
disitulah letaknya candi kata petugas parkir.
Memang dari kejauhan tampak candi diatas bukit, tapi untuk
bisa kesana harus naik getek.
Seharusnya bayar 3000,-/orang tapi mesti ramean, padahal
sedang sepi, maka borongan saja 30 ribu daripada nunggu.

Asyik sekali menyebrangi danau sedalam 3 meter itu, getek
dijalankan dengan cara didorong pakai batang bambu,
persis cara getek dilayarkan di sungai Cisadane jaman dulu.

Candi Cangkuang adalah satu-satunya Candi Hindu ditanah
Sunda, konon dari abad VIII, reruntuhannya ditemukan pada
tahun 1966, dan dipugar tahun 1978.
Tubuh bangunan candi bentuknya persegi empat, berukuran
4,22 x 4,22 m dengan tinggi 2,49 m.
Di sisi utara terdapat pintu masuk yang berukuran 1,56 m
(tinggi) x 0,6 m (lebar).
Didalam candi tampak arca Syiwa yang sudah rusak, wajahnya
datar, bagian tangan hingga kedua pergelangan telah hilang.
Sekeliling candi dipenuhi pepohonan yang tinggi yang rimbun.

Tak jauh dari candi, terdapat Kampung Adat Pulo, banyak
cerita unik dan menarik dari kampung adat itu.
Kampung Pulo sejak zaman dulu mampu mempertahankan
jumlah rumah mereka hanya enam buah.
Posisi rumah di kampung itu berjejer berhadap-hadapan
masing-masing tiga buah dan ditambah satu buah masjid.
Rumah paling besar milik kuncen, panjangnya hampir 20
meter dengan lebar delapan meter. Semuanya rumah
panggung beratapkan genting.
Bentuk atap rumah harus memanjang atau dalam bahasa
mereka suhunan jolopong.
Dalam setiap rumah, tidak boleh ada dua KK sehingga
kalau ada pengantin baru atau keluarga yang menikah,
harus segera keluar dari kampung itu.
Dia bisa kembali ke rumah adat itu, bila salah satu kepala
keluarga meninggal dunia dan ditentukan atas pemilihan
keluarga setempat.
Keturunan yang berhak tinggal yaitu anak perempuan.
Dalam kehidupan sehari-hari, warga Kampung Pulo dilarang
memelihara hewan berkaki empat, seperti kerbau, kambing.
Warga juga dilarang menggunakan gong besar untuk hiburan.
Kampung Pulo kemungkinan besar dulu tempat penyebaran
agama Hindu, ditandai adanya Candi Cangkuang itu.

Sekitar jam 16 tibalah kami di Cipanas Garut, langsung menuju
hotel Tirtagangga, dan langsung pula tidak jadi masuk, wong
mau parkir aja sudah tidak bisa, pastilah hotel itu sudah penuh.
Balik lagi dan mencari hotel besar lainnya, dan tampaklah Hotel
dan Resort Sabda Alam - kami parkir dan menuju resepsionis.
Pertanyaan saya bukan : Mbak masih ada kamar kosong ?,
tapi dengan pede-nya : Mbak, penuh yah ?.
Karena diseberang Sabda Alam ada hotel besar lainnya maka
dengan jalan kaki kami menuju kesana, dan pertanyaan ke
mbak resepsionis disitu juga sama : Mbak, penuh yah ?.
Seperti sudah "diharapkan" jawaban juga sama -
Iya pak, penuh.

Hotel Danau Dariza ini unik sekali, bungalow-nya bukan saja
berbentuk rumah Gadang/rumah Sunda/rumah Batak dan
rumah Nusa Tenggara Timur, juga dibangun persis ditepian
danau, serasa di Venesia saja.
Rate-nya juga unik, ada rate Week-days, Week-end (Jumat -
Minggu) dan Holiday.
Kalau week-end sekitar 400 ribu maka holiday dua kali lipat,
tapi rumah NTT yang suite room ratenya dari 2 juta menjadi
2,5 juta pada holiday.
Selain bisa mandi air panas alami dikamar, juga bisa di kolam
renang air panas atau air dingin yang dilengkapi jacuzzi segala.
Selain waterboom, juga bisa main sepeda air kesana kemari
didepan rumah- rumah tersebut.

Kami tentu hanya bisa sejenak menghibur diri duduk-duduk
di Cafe Island yang ada ditengah danau hotel itu, dan sekitar
jam 18 kembali menuju Bandung.

Esok hari, jam 11 nerima SMS dari pak Bondan :
Hati2 di jalan kalau pulang nanti. Pasti muacet banget.
Semoga tabah !
Wuah, buru2 makan siang di Green Tea resto seperti
dianjurkan bu Sofia Mansoor, dan jam 13.30 sudah
meluncur masuk jalan tol Pasteur.

Di pintu tol Padalarang Barat memang sudah ada antrian
yang cukup panjang, tapi tidak lama karena semua gate
dibuka kearah Cikampek, hanya disisakan satu saja untuk
arah ke Bandung.
Dan selepas itu jalan walau ramai sekali tapi tidak tersendat.

Sore hari dirumah lihat info Metro TV :
Pintu tol Padalarang Barat padat, antrian 7 kilometer !!.

Bujugbuneng !!


Catatan :

Rumah Makan Mak Ecot Asli
Jln. Raya Nagreg Garut Km.36
Telpon : (022) - 7949025.

Sabda Alam Hotel & Resort
Jl. Raya Cipanas No: 3 Garut.
Telpon : 0262 - 540054.

Danau Dariza Resort & Hotel.
Jl. Cipanas Raya No: 44/45 Garut.
Telpon : (0262) - 243693 / 7.

Green Tea Resto
Jl. Setiabudi No: 83.
Bandung.
Telpon : 022 - 2031883.

Friday, August 18, 2006

CONGO diatas Bandung.







Saat keluar dari tempat parkir Boemi Joglo, Nuke bilang -
Pap kita jangan menuju keluar, kearah dalam dulu, kabarnya
ada resto besar didalam sana.
Maka begitu keluar dari tempat parkir, tidak belok kekanan
tapi kearah kiri.

Ternyata hanya sekitar duaratus meter kemudian, tampak
bangunan megah didepan, sampai2 kami bingung juga koq
ada resto begini keren didalam kampung.
Terpampang besar nama-nya yang juga bikin kami ber-tanya2,
Congo - wah artinya apa nih, punya orang Africa kali.

Tadinya saya tidak mau mampir, kan baru saja makan, tapi
rasa penasaran menyiksa, apalagi saat itu mulai temaram -
lampu2 restoran begitu atraktif mengundang, maka kami
nyelonong masuk saja dan parkir dihalaman resto yang luas.

Sebuah bangunan megah bergaya modern tampak disebelah
restoran, ternyata bangunan 3 lantai itu untuk pesta/pertemuan,
muat sampai 1000 tamu katanya.
Didepannya ada sebuah mesin yang bentuknya aneh, rupanya
mesin pemotong kayu jaman kuda gigit besi.
Pemilik tempat mungkin awalnya pengusaha pemotongan kayu,
maka bukan saja mesin antik itu dipajang juga beberapa karya
kayu yang cantik dipajang di restonya.

Halaman menuju resto tiga lantai itu, dipasangi lampu2 jadi
terlihat cantik, sayang sekali perut tidak memungkinkan untuk
di refill - yah nanti deh kami kembali.



Nasi liwet di kerimbunan Boemi Joglo.




Hari libur - yah ke Bandung lagi dah, soalnya sejak ada tol
Cipularang, maka Bandung jadi terasa dekat.
Benar saja waktu tempuh dari pintu tol Tangerang sampai
ke pintu tol Pasteur kali ini juga dua jam saja, itupun sudah
termasuk toilet stop sekaligus beli bensin di Service Area
yang kedua yaitu di kilometer 40 / Cikarang.

Setelah menjemput Nuke, maka kami menuju ke Paskal Food
Market, puluhan food stall berderet dan kayaknya semua jenis
makanan di dunia ada disitu, abis banyak sekali macamnya.

Acara berikut adalah mengunjungi Factory Outlet, dan Nuke
bingung mau ngajak kemana - rasanya sa-adanya FO di
Bandung udah pernah disatroni.
Kebetulan sekali pas lewat Jalan Dago, terlihat satu outlet yang
rasa2nya belum pernah dikunjungi, ternyata Level Fashion House
memang baru buka lima bulan yang lalu.
Setelah selesai ngubek2 FO itu, Nuke ngajak nyebrang jalan
menuju Gampoeng Aceh - es pulutnya enak sekali kata Nuke.
Ah ternyata belum jodoh - tukang pulutnya pulang kampung !,
maka kami jalan lagi dan kali ini menuju ke Jalan Imam Bonjol,
untuk beli Klappertaart Evieta yang enak sekali.

Kali ini Nuke rupanya kehabisan ide mau kemana lagi,
yah sudah ke Mie Rica aja deh, tapi tiba-tiba dia teringat -
Pap, kita ke Boemi Joglo aja katanya.
Apaan tuh ?
Pokoknya asyik deh, makan masakan tradisional sambil lihat
Bandung dari ketinggian katanya.

Perjalanan cukup lancar, rupanya dihari pertama dari long
weekend ini balatentara dari Jakarta belum meluruk semua
ke Bandung.
Dago Tea House kami lewati, begitu pula simpangan ke
Taman Hutan Raya, dan berikutnya melewati simpangan yang
menuju ke The Valley/ Sierra - kami lurus terus dan akhirnya
tibalah di Dago Pakar.

Setelah melewati gerbang Dago Pakar, sekitar 200 meter kami
belok kanan masuk jalan kecil yang aspalnya rada berantakan.
Lha, engga salah nih Ke, koq kayak gini jalannya ?
Ternyata betul, sekitar 200 meter tampak papan nama restonya.

Tempat parkirnya sempit dan sudah ada beberapa mobil disana.
Kami menuruni tangga dikerimbunan pepohonan, dan tampak
beberapa bangunan besar kecil disela sela pepohonan itu.
Bangunan utama berbentuk joglo, dan memasuki ruangan itu
terasa waktu mundur puluhan tahun, karena banyak barang antik.
Tersedia banyak tempat duduk disitu, untuk "bertamu" minum teh,
tapi pengunjung tentu lebih memilih duduk di teras agar bisa makan
minum sambil memandang kearah kota Bandung nun jauh dibawah.
Disana sini diantara "hutan" cemara dan bambu itu, terdapat
pondok2 untuk lesehan, untuk menuju ketempat itu harus naik
turun tangga karena lokasi resto ada di lereng bukit.

Menu makanan tidak banyak pilihan tapi memang rupanya orang
kesana untuk mencari makanan tradisional yang merupakan
unggulan resto ini yaitu Nasi liwet, bisa nasi liwet ikan asin, atau
nasi liwet ayam jamur.
Kami pesan nasi liwet ayam jamur, ungkeb paru dan limpa,
mendoan, serta sate maranggi.

Sambil menunggu saya perhatikan suasana memang unik sekali,
dari tempat kami duduk melihat sekeliling serba hijau dedaunan,
diseling puncak rumah dari genteng merah yang menyembul
diantara dedaunan, dan kota Bandung tampak dikejauhan.

Saya sempat bilang sama Nuke, kayaknya view dari The Valley
lebih bagus karena lebih tinggi.
Nuke bilang, iya betul - tapi gini, kita disana duduk dan makan
sambil lihat pemandangan kota Bandung dibawah - selesai.
Tapi disini kita bisa melihat dan merasakan desir angin menyapu
pepohonan yang begitu lebat - terasa begitu dekat dengan alam.

Benar juga, berada ditengah kerimbunan pepohonan menikmati
masakan tradisional, sambil memandang puncak joglo dan
ditemani desir angin yang menerobos dedaunan -
sungguh memanjakan perut dan hati.

Catatan :

Evieta Klappertaart : Jl. Imam Bonjol 27 - Bandung
(022) 70250108 - 91257282.

Boemi Joglo : Jl.Rancakendal Luhur No: 7 - Bandung.
(022) 91121679. HP: 0816611065.

Level Fashion House : Jl.Dago 138 - Bandung.
(022) 2501616







Saturday, August 12, 2006

" Rame-rame jatuh miskin " di Spanish Step.




Banyak jalan ke Roma - ungkapan yang sering kita dengar,
dan sore hari tanggal 26 Juni 2006 jalan yang saya pilih adalah
dari Jakarta - Singapore - Frankfurt - Rome.

Seperti halnya awal perjalanan-perjalanan sebelumnya, setiap
menunggu didalam boarding lounge bandara SoekarnoHatta
pikiran saya selalu saja tegang.
Soalnya pikiran masih nyangkut pada kesibukan persiapan
segala sesuatu sekian hari sebelum keberangkatan, jadi masih
khawatir kalau-kalau kelupaan ini itu dan lain lain.
Maklum kali ini tour-nya juga cukup lama, yaitu selama dua
minggu akan menelusuri Italy selatan/Sicily dan Greece,
termasuk mengunjungi Santorini - highlight tour ini.

Mendekati saat keberangkatan yang jam 18.50 - pesawat
Lufthansa belum juga nongol.
Benar saja terdengarlah pengumuman bahwa keberangkatan
delay satu jam karena pesawat terlambat datang dari Singapore.
Tentu hal ini menambah kerut di kening saya, sampai terlihat
Jumbo B747-400 yang moncongnya putih cantik itu mendekat.
Asyik juga melihat manuver pesawat gede itu saat merapat ke
Aerobridge.

Ternyata kerut kening saya masih harus muncul lagi, walau
pesawat yang kami naiki itu sudah ber-taxi menuju run-way,
tapi ber-kali2 berhenti entah menunggu apa, ada sekitar
setengah jam diperlukan sampai ke posisi siap lepas landas.

Eh muncul lagi persoalan lain, pria barat di kursi sebelah istri saya
batuk melulu, istri saya jadi stress dan bilang bisa2 ketularan flu nih.
Wah puyeng deh saya, mau pindah duduk kemana - wong semua
kursi udah ada orangnya - apa mau pindah duduk di kursi pramugari ?
Untunglah setelah diperhatikan, batuknya ternyata "batuk genit" saja -
kayaknya dia allergi sesuatu saja, bukan batuk beneran.

Pesawat segede itu ternyata kursinya sempit sekali, dan saat mendarat
di bandara Changi rasanya seperti dibanting, ngantuk kali sopirnya.
Penumpang memang sih boleh turun kedalam terminal airport, tapi
tidak ada waktu untuk cuci mata di pertokoan airport Changi yang
gemerlap karena sisa waktu hanya 20 menit saja.
Tak lama kami memang sudah harus masuk pesawat lagi.
Rupanya mau ngejar waktu - belum semua penumpang menempati
tempat duduk, pesawat yang penuh sesak ini udah gerak lagi,
waduh gawat juga nih Lufthansa !.

Pria barat tukang batuk itu, ternyata seatnya masih yang sama -
jadi masih setia duduk didekat jendela disamping istri saya.
Tapi kali ini dia manis sekali, bukan saja tidak batuk lagi tapi juga
dalam penerbangan belasan jam menuju Frankfurt -
tidak sekalipun dia permisi numpang lewat ke toilet.
Sampai istri saya kasihan dan menawarkan kalau2 dia mau lewat
- tapi dia tidak mau.
Entah kantong kencingnya sa-gede apa tuh, ukuran-nya XXL kali.

Dinner dihidangkan jam 00.30 WIB ( = 19.30 waktu Frankfurt),
dan breakfast jam 8.30 WIB alias 03.30 waktu Frankfurt.
Untung kalau dalam perjalanan, saya punya prinsip makan untuk
hidup (bukan hidup untuk makan ) jadi masuk aja tuh hidangan
walau jam makan-nya udah ngaco nggak keruan.

Tepat jam 5.20 waktu Frankfurt pesawat mendarat, ternyata
harus melalui pemeriksaan imigrasi, dan visa Schengen dicap
disitu walau sebenarnya tujuan kami hari itu adalah Rome.

Penerbangan ke Rome masih dengan Lufthansa, kali ini dengan
Airbus A300-600 yang juga penuh penumpang, dan dikasih
makan lagi !.
Sesampai di Leonardo Da Vici International Airport Rome,
kami naik bus menuju Rome dan langsung ke restoran karena
sudah waktunya makan siang, jadi - makan lageee !!

Rome, kota abadi yang konon didirikan oleh Romulus lebih
dari 2000 tahun yang lalu.
Ada yang bilang kata Roma itu diambil dari nama Romulus itu,
tapi juga ada yang bilang asalnya dari kata Amor !
(kata Roma kalau dibalik kan jadi Amor !).

Basilica St.Peter menjadi tempat pertama yang dikunjungi.
Kalau dulu tahun 1992 saya bisa bisa langsung bablas masuk, kini
mesti antri dulu untuk pemeriksaan security layaknya di airport.
Kami harus menuju ke sisi kiri lapangan dimana ada gate
pemeriksaan, setelah itu menuju toilet dan saya baru mengetahui
kalau disitu ada tangga yang menuju basement basilica.
Saya sempat nyelonong sendirian ke basement, sayang sekali
waktu sempit sehingga tidak berani nyelonong terlalu jauh.
Didalam basilica, karena sudah pernah kesana maka saya mencoba
mencari tempat baru yang dulu tidak sempat saya lihat, antara lain
ruangan kecil dimana ada papan marmer yang bertuliskan nama2
Paus yang ada selama ini.
Salah satu pintu Gereja St Peter ini ternyata sudah di semen rapat,
itulah "pintu surga" yang pada tahun 2000 ditutup, dan baru akan
dibuka tahun 2025 alias 25 tahun lagi !.

Perjalanan berikut seperti umumnya city tour di Rome yaitu
mengunjungi Coloseum, dan kemudian ke Trevi Fountain yang
dipenuhi pengunjung.
Udara panas membuat kami ngiler melihat banyak turis asyik
minum es krim, dan saking asyiknya minum es krim itu saya sampai
lupa lempar coin kedalam air mancur, kan ada kepercayaan barang
siapa lempar coin kearah fountain suatu waktu akan bisa balik lagi.
Ternyata istri saya inget akan itu, cuma memang sengaja dia kali ini
tidak mau lempar coin, nggak mau balik ke Roma lagi katanya.

Perjalanan lanjut ke Spanish Step, tempat eksotis tempat turis
nyantai duduk ditangga batu yang cukup tinggi itu atau disekeliling
perahu batu dengan air mancurnya yang cantik.
Sebagian teman berkeliling sekitar Spanish Step, cuci mata kedalam
toko-toko yang menjual barang bermerek, sedangkan saya memilih
bergabung dengan banyak turis lain duduk didekat perahu batu.

Suasana tentu asyik dan bikin betah walau cuma duduk dipinggiran
kolam saja karena duduknya rame-rame itu.
Dekat saya juga duduk sepasang muda mudi bule yang terlihat asyik
ngobrol. Saya pikir mereka itu teman baru kenal, tau-tau cup-cup-cup -
astaga kita kita rupanya dianggap kaga ada !, haiyaaa - hehehe.

Udara panas sekali mungkin diatas 35 derajat C, es krim yang tadi
dinikmati tentu sudah menguap entah kemana
Karena tenggorokan sudah kering kerontang maka saya mencari
air minum botol yang terlihat banyak dijual pedagang kaki lima disitu.
Astaga !, air botolan yang disini cuman 2 rebu perak, ternyata dijual
2 Euro, alias 12 kali lipat, langsung dompet terasa jadi tipis.
Pantesan banyak turis barat yang mengisi botol airnya dengan air
dari pancuran itu, dan langsung diminum begitu saja.

Tapi biar mendadak "jatuh miskin bareng" di Spanish Step itu,
saya masih engga tega untuk menggerojok leher dengan air pancuran,
mending beli Aqua aja deh daripada mencret !!





Thursday, August 10, 2006

Chang-Deok-Gung Palace - Seoul Korea.




Chang-deok-gung Palace yang dibangun pada tahun 1405,
digunakan oleh raja dan keluarganya kalau terjadi kebakaran
pada istana utama, atau kalau ada kejadian darurat lainnya.
Memang raja dan keluarga tinggal disana saat istana utamanya :
Gyeong-bok-gung terbakar di tahun1610, dan juga ketika raja
Gojong membangun kembali Gyeong-bok-gung palace tahun 1868.

Taman dibelakang istana Chang-deok-gung terkenal dengan
keindahannya - hutan yang begitu natural, penuh misteri dan
berganti warna mengikuti perubahan musim,
Taman dirancang khusus untuk mengatasi kejenuhan kehidupan
istana yang monoton, dan keindahannya ditampilkan oleh
pepohonan yang lebat, kolam yang cantik dan paviliun yang elok.

Sejak tahun 1997 taman ini telah ditetapkan sebagai salah satu
dari World's Cultural Heritage, yang dilindungi oleh Unesco.

Musim gugur tahun 2005, sekitar Lebaran - kami memasuki
halaman istana yang dikelilingi bangunan tinggi, karena lokasinya
ada ditengah kota Seoul.
Perjalanan diawali dengan melewati bangunan istana yang walau
bagus tapi tidak kuno, sayang sekali karena bangunan aslinya
dulu dihancurkan tentara Jepang.

Tapi taman dibelakang istana memang cantik sekali, terasa aneh
juga ditengah kota yang hiruk pikuk itu ada tempat seperti hutan.
Kami melewati kawasan penuh pepohonan besar dan tua, dan
warna warni daun musim rontok sungguh indah sekali.
Dibagian belakang taman itulah terletak kolam yang dikelilingi
pepohonan yang lebat, sungguh terasa damai sekali.