Saturday, October 15, 2005

Melihat Samudra Atlantik bertemu dengan Samudra Hindia : Cape Town.




Melihat Samudra Atlantik bertemu dengan Samudra Hindia :

Larut malam kami baru tiba di Cape Town dari Sun City/Johanesburg,
sehingga setelah makan malam segera beristirahat, apalagi karena esok
pagi-pagi sekali akan mulai tour yang sangat menarik yaitu mengunjungi
Seal Island, Tanjung Harapan, dan Table Mountain.

Seal Island menjadi tujuan banyak turis karena pulau unik itu dipenuhi
Anjing Laut, sedangkan Tanjung Harapan adalah Ujung Terbawah
dari Benua Africa dimana dari lokasi Mercu Suar disana bisa melihat
kearah selatan yang merupakan pertemuan dua samudra yaitu
Samudra Atlantic dan Hindia.
Table Mountain juga unik sekali karena dindingnya begitu tegak lurus,
tidak ubahnya sebuah balok es raksasa yang diberdirikan diatas salah
satu sisinya.

Pagi-pagi sekali hari bus sudah berangkat, menelusuri pantai tepi barat
benua Africa itu dengan pemandangan kearah Samudra Atlantic.
Perjalanan yang mengarah ke selatan itu sekitar satu jam, dan tibalah
kami disebuah pelabuhan kecil yang berada di sebuah teluk yang
cantik sekali. (foto).

Kami beruntung sekali karena saat tiba disitu cuaca sedang baik,
kalau saja berangin/ombak besar biasanya tour ke Seal Island
dibatalkan.

Dengan sebuah kapal motor kami berlayar menuju mulut teluk,
disana ada sebuah gugusan pulau karang yang gundul.
Kami semua terpana melihat pulau itu seakan menghitam karena
dipenuhi anjing laut yang sedang asyik berjemur.
Kami dibawa begitu dekatnya, sehingga bisa melihat dengan jelas
ratusan anjing laut yang sedang nyantai itu .(foto)

Kemudian kami meneruskan perjalanan makin keselatan lagi dan
tibalah di Cape Point atau Tanjung Harapan, yang merupakan
ujung paling bawah dari Benua Africa.

Turun dari bus, dikejauhan tampak sebuah MercuSuar kuno yang
berada dipuncak sebuah bukit, dari tempat ketinggian itulah kami
mencoba ber-imaginasi melihat adanya pertemuan air laut dari
Samudra Hindia dengan Samudra Atlantic.(foto)

Konon bisa terlihat perbedaan warna dari air kedua samudra,
yang diakibatkan oleh perbedaan suhu dan kadar planktonnya.
Tapi sayang sekali walaupun saat itu kami sudah berusaha
melihat dengan se-baik2nya tapi tetap tidak bisa melihat batas
air kedua Samudra tersebut.

Masih dari lokasi mercu suar itu, kami bisa memandang kearah
utara, tampak Tanjung yang sempit - yang diapit oleh Samudra
Atlantic disebelah kirinya dan Samudra Hindia disebelah kanan.
(foto)

Setelah makan siang dengan menu lobster yang nikmat sekali,
kami kembali ke Cape Town dan dengan cable car naik ke
Table Mountain - gunung batu yang lumayan tinggi berbentuk
tidak ubahnya sebuah es balok raksasa.
Dindingnya yang tinggi begitu curam sehingga hanya dengan
mempergunakan cable car orang bisa naik keatasnya.(foto)

Setiba di stasiun atas cable car itu, ternyata memang bagian
atas gunung itu seperti meja - datar sekali. (foto)

Pemandangan dari puncak gunung ini kearah Samudra Atlantic
dan kota Cape Town sangat indah, kota tampak kecil dibawah
karena gunung itu cukup tinggi (foto),
Kami harus cepat-cepat mengambil foto dengan latar belakang
kota Cape Town, karena sesekali angin keras yang dingin
cepat sekali membawa awan menutup pemandangan cantik itu.

Sayang kami tidak bisa berlama-lama disana, angin bertiup
makin keras sehingga sirene dari stasiun cable car itu berbunyi.
Ini tanda peringatan agar para pengunjung segera kembali ke
stasiun atas itu dan naik cable car untuk turun ke stasiun bawah.

Kalau angin bertiup makin keras, maka cable car akan stop
beroperasi, artinya yang telat turun bisa-bisa nginap diatas
gunung sepi itu -
Wuuah siapa yang sudi nginep disitu, cepat-cepat kami turun.

Tuesday, October 4, 2005

Masuk Gua Jepang dan Gua Belanda di Bandung.


 


Lama - lama bosen juga kalau hari Minggu di Bandung kegiatan
lagi-lagi keluar masuk Factory Outlet atau berburu Brownies Kukus.


Maka begitu dengar Wimpie bilang bahwa di Dago ada Gua Jepang
dan Gua Belanda maka saya dan istri langsung setuju kesana -
apalagi dibilang dari situ bisa lanjut jalan kaki sampai ke Maribaya.


Pagi hari kami berempat tiba di Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda -
Dago Pakar, dan ternyata mobil boleh masuk ke kawasan itu -
lumayan deh bisa menghemat dengkul, tiket masuk mobil 5000,-
dan orang 3000,-


Hanya berselang beberapa menit saja berkendara dari pintu masuk
Taman Hutan Raya, sudah terlihat petunjuk dikiri jalan : Gua Jepang.
Maka kami turun dan mulai jalan kaki memasuki hutan dan ternyata
tidak lama sudah tiba di tujuan.
Disebelah kiri jalan terlihat tebing padas, disitu ada beberapa lubang
masuk Gua yang lumayan besar. (foto)
Beberapa orang menyambut kami dan menawarkan sewa flashlight -
tapi kami tolak karena kami sudah membawanya.
Kami mulai memasuki lubang yang paling besar, dan walaupun
didalam gua itu gelap gulita tapi gua itu bersih dan tidak pengap.
Kami berjalan lurus terus melewati  persimpangan2 dan disana-sini
ada ruangan2 dikiri kanan terowongan.
Setelah ketemu ujung gua yang buntu maka kami mulai menelusuri
bagian gua lainnya yang dibuat memotong lorong utama itu. (foto)
Memang lumayan seram didalam sana, tapi Gua Jepang di Bukittinggi
jauh lebih besar dan lebih seram.


Setelah puas lihat2 dan foto2, kami kembali ke mobil dan melanjutkan
perjalanan, dan hanya beberapa menit sudah sampai di Gua Belanda,
disitu mobil harus diparkir karena jalan buntu. (foto)


Gua Belanda ini dibangun tahun 1918, awalnya dibangun untuk jadi
terowongan air utama PLTA Bengkok, tapi karena pecah perang
malah menjadi Ruang Komunikasi, dan pada perang Kemerdekaan
menjadi Gudang Senjata dll. (foto)


Gua Belanda ini tidak se-seram gua Jepang karena dinding dan
lantainya terlihat disemen rapih.
Ternyata Gua ini dibuat menusuk kedalam perut gunung sejauh
144 meter sampai tembus ke sisi lainnya gunung itu.
Gua ini juga didalamnya ada ruangan2, antara lain ruang interogasi !!


Setelah tembus kesisi lain dari gunung maka mulailah kami menuju ke
Maribaya dengan menapaki jalan con-block yang lumayan rapih.
Mula-mula memang enak - udara pagi yang sejuk bersih bebas polusi,
kerimbunan hutan pinus yang menyegarkan hati membuat kami
berjalan dengan santai dan sesekali seiring atau berpapasan dengan
rombongan lain.
Tapi jalan makin banyak menanjak, dan mulailah ngos2an kalau
ketemu tanjakan yang panjang. (foto)


Setelah sekitar 30 menit berjalan itu, saya sempat bertanya kepada
seorang bapak yang berjalan pulang/berlawanan arah -
Pak masih jauh engga sih ke Maribaya ?
Ah engga, paling empat tanjakan lagi katanya sambil senyum2.
Wuah saya tentu engga percaya, jangan-jangan malah empat belas
tanjakan lagi nih.
Ternyata benar, empat tanjakan terlewat tapi bau2nya Maribaya
kaga kecium sedikitpun - hanya terlihat hutan pinus, sesekali ada
persawahan dan jurang yang lumayan dalam.


Sempat terfikir mau nyerah saja, tapi malu hati juga sih kalau engga
sampai ke tujuan.
Akhirnya setelah berjalan lebih dari satu jam tibalah kami disebuah
jembatan yang melintasi sungai deras yang cantik alami.(foto)


Tak lama berjalan lagi terdengar sayup2 suara gemuruh air terjun
dan akhirnya sampailah juga kami di kawasan wisata Maribaya -
disini harus bayar tiket masuk lagi.


Setelah duduk2 sekitar setengah jam sambil melihat Twin Falls
yang lumayan tinggi itu, maka sekitar jam 11 kami berjalan kembali
dan tentunya perjalanan balik itu lebih ringan karena lebih banyak
menuruni gunung.


Setiba kembali di Gua Belanda, saya sempat tanya ke petugas parkir :
Pak, berapa jauh sih dari sini ke Maribaya ?.
Oh lumayan pak, sekitar 5 kilometer !!


Whoaa, jadi pulang balik tadi 10 kilometer !!?? -
itu sih sama aja jalan dari Tangerang ke Cengkareng !!
Pantes dengkul hampir copot ! .


Saat kami baru saja berkendara lagi beberapa puluh meter
meninggalkan Gua Belanda, dipinggir jalan terlihat ada orang jualan
pakai pikulan bumbung bambu besar.
Mang jual apa tuh ?
Lahang !!
Oh rupanya Air Gula Aren. Ini minuman langka juga nih !
Berapa segelasnya Mang ?       2000,-
OK nyoba deh - lalu si bapak itu dengan sigap menuangkan air
berwarna kekuningan kedalam gelas dengan cara memiringkan
bumbung bambu besar itu.


Wuaaah, enaknya air manis dengan rasa caramel bakar itu,
terasa menyegarkan sekali badan yang sudah loyo ini.



 Foto lengkap di :


http://smulya.multiply.com/photos/album/67
http://smulya.multiply.com/photos/album/68
http://smulya.multiply.com/photos/album/69

Alam cantik antara Gua Belanda Dago - Maribaya




Jalan kaki antara Gua Belanda Dago yang tembus ke Maribaya.

Menembus Gua Belanda : Dago - Bandung.




Nengok Gua Jepang di Dago - Bandung.