Friday, July 29, 2005

James Bond Island - Phang Nga Thailand


entah apakah pulau cantik ini tidak ikut hancur kena hempasan tsunami

James Bond Island - Phang Nga :

Dua puluh lima tahun yang lalu sebuah pulau kecil dipakai untuk
lokasi shooting film James Bond yang dibintangi Roger Moore,
berjudul The Man with the Golden Gun.
Sejak itulah pulau indah yang semula bernama Khao Ping Kan ,
menjadi tenar dan dijuluki James Bond Island.

Walau turis mengenal James Bond Island adanya di Phuket,
sebenarnya lokasinya bukanlah di pulau Phuket, tapi masuk
wilayah Phang Nga, yang berada di mainland Thailand,
sekitar 1,5 jam perjalanan darat dari Patong Beach kearah utara.

Saat meninggalkan pulau Phuket, bus melewati jembatan yang
panjangnya hanya 350 meter untuk tiba di wilayah Phang Nga
yang berada di mainland Thailand.

Phuket adalah sebuah pulau berukuran 48 kali 22 kilometer
yang unik - terputus dari benua Asia hanya oleh sebuah gap selebar
350 meter saja. Jadi pulau ini seakan-akan tetesan air yang mau lepas.
Kalau saja tidak terputus maka Phuket itu sebenarnya adalah sebuah
semenanjung yang menusuk laut Andaman.

Dan tidak lama kemudian kami sampai di sebuah dermaga kecil,
setelah memakai jaket pelampung, maka kami menaiki sebuah
longboat mesin beratap dengan kapasitas 30 orang -
kami duduk berdua-dua berdampingan.

Semula saya kira dermaga itu berada ditepian sungai karena airnya
berwarna hijau lumut menyeramkan, tapi ternyata sudah ditepi laut
yang dipenuhi hutan mangrove berupa pulau2 kecil yang bertebaran
disana sini.
Perahu kemudian berjalan cukup kencang diantara pulau2 tak
berpenghuni yang dipenuhi pohon mangrove/bakau.
Selama 20 menit perjalanan kami hanya melalui sela2 pulau yang
tidak enak dipandang itu, jarak antara pulau-pulau itu dari 10 meter
sampai 100 meter.

Walaupun merasa tegang, saya berusaha menahan diri untuk tidak
ngomong sama istri bahwa "apa iya engga ada buaya disini ?".
( belakangan ternyata istri saya juga punya fikiran yang sama).
Terasa tegang karena selain perahunya dari kayu, juga hanya sesekali
bertemu dengan perahu turis yang lain, padahal lihat kiri kanan hanya
pulau pulau penuh pohon bakau.

Akhirnya perahu meninggalkan kawasan hutan mangrove dan mulai
terlihat disana-sini dikejauhan pulau-pulau berupa bukit kecil yang
muncul mencuat dari permukaan air, selintas seperti di Halong Bay,
hanya disini bukitnya lebih besar (tapi tidak sebanyak Halong Bay).

Disebuah pulau yang agak besar ternyata ditengahnya ada gua yang
cukup besar sehingga perahu kami bisa molos melaluinya, saat
berada didalam gua terlihat banyak stalaktit diatap gua dan sempat
terkejut juga karena ada ular cukup besar yang melintas diair.

Dilaut yang sudah jauh dari pantai itu perahu berjalan makin ngebut
sehingga air sesekali masuk membasahi penumpang.

Setelah berjalan sekitar 15 menit, terlihat sebuah pulau tinggi besar
- Khao Panya, yang menjulang tinggi diatas air, dan ada sebuah
perkampungan nelayan yang nempel dipinggir pulau itu.
Setelah mendekat barulah terlihat jelas bahwa perkampungan yang
disebut Kampung Muslim itu tidak dibangun diatas pasir pantai tapi
dibangun diatas tonggak yang ditancapkan kedalam laut.
Tidak ada rumah yang bisa dibangun di pulau itu, karena pulau yang
berupa bukit berdinding curam itu sama sekali tidak mempunyai pantai.

Kami mendarat disalah satu bangunan besar berderet yang rupanya
restoran diatas laut yang bisa sekaligus menampung ratusan tamu.
Makanan sea foodnya sih biasa saja, tapi perasaan makan diatas laut
sambil melihat daratan dikejauhan tentu meninggalkan kesan tersendiri.

Setelah makan siang, kami diajak berkeliling melalui lorong perkam-
pungan yang penduduknya dari etnik Melayu, kalau kami tidak melihat
kekolong rumah tidak terasa bahwa kami berada diatas laut.
Memang sebagian besar dari puluhan rumah itu dibangun memakai
bahan sederhana seperti papan, tapi ada juga beberapa yang mem-
punyai dinding dari tembok bata/semen.
Ada sebuah sekolah yang terdiri dari beberapa kelas, dan ada lapangan
olahraga yang lantainya disemen, dan uniknya saya lihat rumah-rumah
itu mempunyai meteran air dan listrik.
Sebuah mesjid dengan kubah warna keemasan juga terdapat diper-
kampungan yang kabarnya dihuni sekitar 400 jiwa itu, mereka hidup
dari turisme dengan membuka restoran dan menjual souvenir.

Perjalanan dilanjutkan sekitar 15 menit dan sampailah di JamesBond
Island, yang terletak cukup jauh dari pantai Phang Nga itu.
Terlihat ada dua bukit/pulau agak besar yang berdekatan dan di selat
antara kedua pulau tampak muncul sebuah bukit kecil yang bentuknya
seperti kuku - unik dan cantik sekali, yang bernama Ko Tapu.
Bentuk yang unik itu terbentuk karena pulau batu kapur itu selama
sekian lama tergerus angin dan hempasan air laut.

Perahu bisa mendarat di pulau yang agak besar karena ada pantai yang
berpasir putih dan terlihat disitu sudah banyak pengunjung yang antri
berfoto dengan latar belakang Ko Tapu - pulau kecil yang cantik itu.
Kami bisa berkeliling pulau walau agak sulit karena naik turun tangga
yang ada sepanjang lereng bukit, dan juga bisa melihat stalaktit yang
terus meneteskan air.

Yang menakjubkan adalah bukit yang terbelah dua dari puncak sampai
kedasarnya, dinding bukit yang terbelah itu rata sekali seakan akan
sepotong keju dipotong dengan pisau yang tajam.
Bagian dinding yang terbelah itu dasarnya tergeser cukup jauh dari bukit
induknya, tapi bagian atasnya seakan menyender kebagian bukit asalnya.
Unik sekali dan pengunjung bisa lewat diantara belahan bukit itu dan
memasuki sebuah cave yang buntu.

Perjalanan pulang, kembali boat ngebut diatas air laut yang sedikit saja
berombak, lokasi laut yang berada di teluk yang terbentuk karena
adanya pulau Phuket, membuat laut disitu terlindung dari angin barat
Samudra Hindia - kabarnya dibulan November - Januari permukaan
laut bisa begitu tenang datar seperti meja saja.


Foto2 James Bond Island/KhaoPingKan :
1. Pulau kecil yang bentuknya sangat unik dan indah (Ko Tapu).
2. Longboat saat mendarat di pantai.
3. Pantai berpasir putih.
4. Stalaktit yang terus meneteskan air.
5. Bukit terbelah yang menakjubkan.

6. Peta Phuket - Phang Nga - Krabi.
Terlihat KhaoPingKan yang terletak di bagian utara sekali teluk dan
terhalang dari Indian Ocean oleh pulau Phuket -
mestinya tidak terkena hempasan langsung Tsunami, tapi selama
ini tidak ada berita apakah pulau itu dan juga Kampung Muslim
hancur kena Tsunami seperti halnya pantai barat Phuket dan
juga PhiPhi Island (yang terletak di Laut Andaman dan tidak
terhalang oleh pulau Phuket).

Thursday, July 28, 2005

Stalheim - Norway, Summer 1995.




Stalheim - Norway


Setelah meninggalkan kota Bergen, kami menuju kekota
Stalheim dimana nantinya akan naik ferry menelusuri Sognefjord -
yang saking panjangnya dijuluki King of Fjord - 120 Km.

Sesampai di Stalheim, kami diajak memasuki sebuah hotel,
dan ternyata pemandangan dari halaman belakang hotel -
luar biasa cantiknya.
Kesatu sisi kami melihat dinding gunung yang hijau asri dengan
rumah2 penduduk yang damai sekali, sedangkan pandangan
kearah sisi yang lain adalah jurang yang spektakuler cantiknya.


Wednesday, July 27, 2005

Sumur Jolotundo - Dieng


perhatikan air di pojok kanan - diantara rontokan dedaunan diatas air - ada batang kecil warna putih - itulah jenasah orang Perancis, dalam posisi telungkup, kepalanya agak masuk kedalam air, jadi yang kelihatan adalah punggung, bokong dan pahanya.

Sumur Jolotundo - Dieng Jawa Tengah.

Desember 1974 :

Saat berada di dataran tinggi Dieng, setelah mengunjungi
banyak tempat eksotis seperti Kawah Sileri - Gua Semar -
Telaga Pengilon - Kawah Sikidang - sopir yang membawa
kami memberhentikan kendaraan dikaki sebuah bukit.
Rupanya guide lokal yang menyuruhnya berhenti -
ayo kita turun lihat Sumur Jolotundo, katanya.
Dia bercerita bahwa Sumur Jolotundo ini adalah tempat
pertapaan Nagagini.

Kami lalu mendaki bukit yang tidak terlalu tinggi, dan saat
mencapai puncak bukit - ternyata hanya ada tanah selebar
sekitar dua meter saja lalu sudah ada pinggiran dari sebuah
kawah mati yang dalam sekali.
Kawah itu memang mirip sekali sumur raksasa, diameternya
cukup jauh, dan airnya yang kehijauan tampak jauh dibawah.

Kami tentu sangat hati2 - tidak berani terlalu dekat dengan
pinggiran lubang yang dindingnya nyaris tegak lurus itu.

Lalu si guide menunjuk kearah air dibawah - lihat itu jenazah
orang Perancis yang terjatuh dua bulan yang lalu. Haaah !!??

Rupanya orang malang itu mencoba melempar batu ke
seberang kawah - dia tidak hati-hati dan terpeleset masuk
kedalam sumur .

Lho, kenapa engga diangkat ?
Mana bisa pak - dalam sekali, tidak ada alat yang memadai.

Abis gimana ?
Yah sering kayak gini pak, tiap tahun pasti minta korban,
malah sesekali anak penggembala yang jatuh.
Biasanya dibiarin aja karena nanti juga akan hancur sendiri
dan menghilang tenggelam kedalam air.

Jenasah pria Perancis itu, dalam posisi tertelungkup, pakai jeans,
kepalanya agak masuk kedalam air sehingga yang tampak jelas
adalah punggung dan bokong sampai pahanya..
Walau agak tertutup rontokan dedaunan - tetap cukup jelas.



Tuesday, July 26, 2005

Geranger Fjord




Adik saya Lanny, dengan teman2nya beberapa tahun lalu mengunjungi Geranger Fjord yang sungguh indah.
Bermula mendaki gunung yang begitu tinggi dan melalui jalan berkelok yang mendebarkan.
Pemandangan dari atas ke arah Fjord dengan kapal ferry yang tampak kecil- sungguh cantik sekali.

Saturday, July 23, 2005

The Highest Ropeway in the World - Yulong Snow Mountain.




The Highest Ropeway in the World - Yulong Snow Mountain.


Yulong Snow Mountain adalah highlight-nya pariwisata di Lijiang.
Pegunungan yang berjarak 20 kilometer dari Lijiang ini mempunyai
13 peaks, yang berselimutkan salju abadi, begitu indahnya sehingga
mendapat julukan : Jade Dragon Mountain.(foto)
Puncak tertingginya 5567 meter - belum pernah didaki siapapun.

Tahun 1996 dibangun cable car mulai dari ketinggian 3356 meter sampai
ke 4512 meter sehingga menjadi : The Highest Ropeway in the World.
Pembangunan cable way yang panjang kabelnya sampai 2968 meter itu
baru bisa diselesaikan setelah 2,5 tahun karena hanya pada saat cuaca
bagus saja bisa dikerjakan.

Setiba dikaki gunung, kami turun dari bus kami untuk ganti naik bus
shuttle khusus yang yang nantinya akan membawa pengunjung ke lokasi
stasiun bawah cable car yang berada diketinggian 3356 meter.
Kami sempat kesal juga karena grup-grup lain dibelakang kami yang
kelihatannya wisatawan lokal China tidak mau tertib antri, mereka main
serobot saja naik begitu bus itu datang.

Sesampai di stasiun bawah itu, kami bergegas membeli Oxycan (30 Yuan)
karena khawatir nanti di ketinggian 4506 meter itu sesak nafas -
ternyata Oxycan itu hanya dijual isinya doang -
nanti setelah turun kalengnya yang sudah kosong itu harus dikembalikan.
Walau kami sudah mempersiapkan diri dengan memakai pakaian berlapis,
tapi oleh lokal guide tetap dipinjamkan lagi jaket tebal.

Setelah semua siap maka kami mulai masuk ke gang antrian yang seperti
biasa berupa lorong kecil yang dibatasi tiang2 dari pipa besi,
didepan rombongan kami ada sekitar 30-an orang China.
Kami tidak terlalu tegang karena antrian tidak terlalu panjang ,
jadi sambil ngobrol2 ringan sedikit-sedikit beringsut maju.
Saat itu kami dalam posisi terjepit didalam lorong dan bersisian dengan
orang dari grup lain yang posisi antrinya dimuka maupun belakang kami .

Waduh !! kaget sekali karena tiba-tiba saja beberapa pemuda dalam
antrian persis didepan kami itu gebuk-gebukan - seru sekali bag big bug,
saling pukul sambil memakai botol aqua dan Oxycan segala.

Rupanya mereka itu dari dua grup berbeda yang mungkin sudah clash saat
antri shuttle bus, nah saat antri di lorong itu ketemu lagi dan berdekatan/
bersisian, mungkin saling pelotot dan jadilah gebuk2an di arena sempit
yang hanya dibatasi palang besi itu saja.
Karena kerepotan mengamankan rombongan kami mundur, saya terlambat
mengeluarkan handycam - sayang sekali mestinya bisa merekam kungfu
fighting 100 persen orsinil dari sononya itu.

Sekitar dua menit mereka adu jotos, herannya segitu serunya kok kaga
ada suara teriakan seperti di film kungfu, hanya terdengar pak-puk saja.

Kemudian saya lihat mereka dilerai, tapi Waduh !! ternyata satu Oma
dari rombongan kami mukanya berdarah, lho bisa gitu ??
Rupanya si Oma yang berdiri dibagian paling depan rombongan kami
terkesima dan engga cepat mundur - mukanya kena lemparan Oxycan
dari jarak dekat, bayangkan saja botol kaleng dilempar se-keras2nya
dan mendarat persis dipangkal hidung antara kedua mata si Oma.

Wah jadi panjang deh urusannya, saya lihat kedua grup orang China itu
keluar antrian dan menuju satu tempat, diikuti keluarga si Oma yang tentu
engga terima - masa nenek2 "diikutsertakan" dalam kungfu fighting itu
Untunglah luka itu tidak serius, dan si Oma kita ini dengan jiwa besar
bisa menerima permintaan maaf dari kedua fihak yang berkelahi itu.
Setelah lukanya di plester maka kembali antri masuk stasiun cable car.

Cable car kali ini nyaman dinaiki karena tertutup, kami duduk
berempat berhadapan, dan ternyata jalannya juga cepat sekali.
Selama 20 menit kami menikmati perjalanan yang menyenangkan
karena pemandangan pegunungan bersalju dibawah kami cantik sekali,
memang cukup mendebarkan karena beberapa kali kereta nanjaknya
dengan sudut begitu tajam.

Setelah turun di stasiun atas yang juga berfungsi sebagai restoran,
kami keluar ke dataran cukup luas yang tertutup salju abadi ,
disatu tempat ada tugu bertuliskan angka 4506. (foto)
Banyak sekali orang disana yang berjalan kesana kemari, kebetulan
udara tidak terlalu dingin dan tidak berkabut sehingga pemandangan
bisa jelas kearah beberapa buah puncak-puncak gunung disana.
Disana kami tidak terlalu lama - khawatir kena pengaruh tipis O2 .

Oxycan yang dibawa segera dihirup bergantian sampai habis, tapi
seperti di Tibet dan HuangLong dulu, kali inipun saya tetap kena
sakit kepala lagi dan jantung agak deg2an kalau jalan cepat.
Ternyata sampai malam harinya nanti, terasa kecepatan debar
jantung masih diatas batas normal.

Di China memang banyak tempat wisata yang menyediakan cable car,
selain itu gunung bersalju memang juga tidak hanya Yulong Mountain,
tapi seingat saya hanya di Yulong Mountain ini saja ada cable car yang
bisa membawa wisatawan dengan mudah mencapai puncak bersalju.
Mungkin inilah yang membuat wisatawan lokal disana bernafsu ingin
mengunjunginya sampai tidak keberatan saling gebuk dulu itu.


Sesampai di stasiun bawah, mengembalikan jaket tebal dan kaleng
kosong Oxycan, dan antri bus shuttle menuju ke perhentian bus dikaki
gunung, dan setelah makan siang di restoran kami menuju perkampungan
suku Naxi yang berada di lereng gunung sehingga mempunya pandangan
yang lapang dan indah kearah kota Lijiang yang tampak jauh dibawah.
Di kawasan itu terdapat rumah Naxi tradisional dan yang menarik adalah
mata air suci yang disebut Jade Spring Pool atau Black Dragon Pool,
dengan ikan Rainbow Trout yang cantik didalamnya. (foto)

Malam hari kami terbang kembali kekota Kunming melalui airport Lijiang,
airportnya kecil saja dan kembali pesawat delay satu jam sehingga jam
21.00 baru take-off.
Pesawatnya seperti biasa penuh penumpang, dan gawatnya dimalam hari
dalam keadaan sudah lelah ditambah sakit kepala, persis dibelakang saya
ada dua pria China duduk berdampingan tapi berbicara dengan suara
yang begitu kerasnya tak ubahnya suara politikus kita saat kampanye,
untunglah "masa kampanyenya" itu cuma sejam saja.

Jam 23.00 barulah tiba di hotel New Era Kunming, dan dapat kunci
kamar nomer 1924 - begitu buka kamar saya bengong -
lho gak salah kamar nich ??.
Kalau biasanya begitu buka langsung terlihat kamar tidur, kali ini yang
tampak ruang duduk dengan seperangkat lengkap sofa empuk, dan
dipojokannya masih ada meja kerja lengkap dengan lampunya.
Setelah masuk barulah terlihat kamar tidur-nya, dengan AC terpisah
dari AC ruang duduk tadi.
Lho koq pada dinding dibelakang bed ada tempelan dari kertas merah
yang bertuliskan huruf Cina warna kuning - kertas yang biasa dipasang
pada dinding dibelakang pelaminan penganten Tionghoa.
Tempelan serupa yang ukurannya kecilan juga tampak di berbagai
tempat termasuk pada kap lampu disisi bed.

Oh ! rupanya ini Suite Room untuk penganten, pantesan karpet kamar
maupun sofanya punya warna senada yaitu : Merah Muda !



Dayan Old City - Unesco's World Heritage of Old Town




Plaza Hotel - Lijiang :
Selesai breakfast kami menuju Dayan Old City - perkampungan kuno
peninggalan jaman Yen yang unik karena sekian banyak rumah antik itu
ternyata masih utuh, sehingga oleh Unesco dinyatakan sebagai :
World Heritage of Old Town.

Ternyata perkampungan ini ada ditengah kota Lijiang, tapi bus harus
diparkir agak jauh, dan kami berjalan kaki dahulu sekitar 10 menit.
Memasuki perkampungan itu, kami menapaki jalan kecil berbatu
diantara rumah-rumah kuno yang tampak terawat baik sekali.
Deretan rumah tua itu dipisahkan oleh satu sungai kecil yang airnya
sangat jernih sampai ikan emas didalamnya jelas kelihatan, sepanjang
tepian sungai ditumbuhi banyak pohon Yangliu yang daunnya halus
melambai jadi lingkungan disana tampak asri sekali, kami berjalan
dengan santai menikmati suasana yang terasa nyaman sekali dipagi itu.

Sebagian besar rumah itu sudah beralih fungsi menjadi toko souvenir,
hostel sampai WC Umum yang bersih sekali (mesti bayar).

Dimasa lampau ada aturan penggunaan air sungai itu : para penghuni
harus serempak pada jam 7 mengambil air sungai untuk air minum,
jam 8 saat untuk mencuci sayuran, dan jam 9 barengan cuci pakaian.

Secara berkala air sungai dibendung, sehingga naik membanjiri jalan
berbatu itu - lalu penduduk kerja bakti menyikat/mencuci jalanan.

Santorini yang Spektakuler - Greece.




Bung Oemar Rustam, anggota Jalansutra menginformasikan :
( Source: www.travelandleisure.com )
Top 10 destinations based on Travel + Leisure magazine survey:
Islands:
1. Bali
2. Santorini
3. Maui
4. Kauai
5. Great Barrier Reef
6. Vancouver island
7. Cyclades, Greece
8. Sicily
9. Hawaii
10. Mount Desert Island, Maine

Di urutan kedua ada :
Santorini :
sebuah pulau gunung berapi di laut Aegea (selatan Yunani) yang
dijaman purba meledak habis2an - konon tiga kali lebih hebat
dari letusan Krakatau tahun 1883 dulu, sehingga disebut sebagai :
Ledakan terbesar dalam sejarah yang pernah terjadi di bumi.

Ledakan itu nyaris menghabiskan gunung berapi yang cukup tinggi
itu, hanya menyisakan sebagian dinding yang sekarang seakan
sebuah tembok tinggi menjulang diatas laut.

Adik saya Lanny, pernah berkunjung kesana, kapal yang di-
tumpanginya mendarat di bekas kawah, dan mobil membawanya
mendaki tebing yang curam menuju hotel diatas tebing gunung itu.
Tentunya pemandangan dari atas, khususnya sunset - tidak ter-
lukiskan indahnya.

Friday, July 22, 2005

Jokes : No, No, No !!!

 


A man with a 25 inch long penis goes to his doctor to
complain that he is having a problem with this cumbersome
instrument and has had more than one complaint.


"Doctor," he asked, in total frustration,
"is there anything you can do for me?"


The doctor replies, "Medically son, there is nothing I can do.
But, I do know this witch who may be able to help you."


So the doctor gives him directions to the witch. 


The man calls upon the witch and relays his story.
"Witch, my penis is 25 inches long and I need help.
Can anything be done to help me? You are my only hope."


The witch stares in amazement, scratches her head, and then
replies, "I think I may be able to help you with your problem.
Do this. Go deep into the forest. You will find a pond.
In this pond, you will find a frog sitting on a log.
This frog has magic.
You say to frog, "will you marry me?"


When the frog says no, you will find five inches less to your problem."


The man's face lit up and he dashed off into the forest.
He called out to the frog, "Will you marry me?"
The frog looked at him dejectedly and replied, "NO."
The man looked down and suddenly his penis was 5 inches shorter.


"WOW," he screamed out loud,"this is great! But it's still
too long at 20 inches, so I'll ask the frog to marry me again."


"Frog, will you marry me?" the guy shouted.
The frog rolled its eyes back in its head and screamed back,
"NO!" The man felt another twitch in his penis, looked down,
and it was another 5 inches shorter.


The man laughed,"This is fantastic."
He looked down at his penis again, 15 inches long, and reflected
for a moment.
Fifteen inches is still a monster, just a little less would be ideal.
Grinning, he looked across the pond and yelled out,
"Frog will you marry me?"


The frog looked back across the pond shaking its head,
"How many times do I have to tell you?


NO, NO, NO !!!


 


 



 

Tiger Leaping Gorge - Lijiang China.




Visit not Lijiang - Visit not Yunnan,
demikian yang kami baca dalam sebuah brosur wisata disana.

Kota Lijiang ( dibaca : li-ciang), berada diketinggian 2400 meter dpl,
dengan suhu antara 6 - 12 derajat, menawarkan aneka pemandangan
alam yang unik seperti TigerLeaping Gorge, Yulong Snow Mountain,
tempat yang bersejarah seperti First Bend of Yangtze River serta
Dayan city - old city yang dijuluki Oriental Venice dan termasuk salah
satu Unesco's World Heritage.

Perjalanan dengan memakai bus dari kota Dali menuju kota Lijiang
yang letaknya dekat dengan ujung timur Tibet Plateau
(Qingzang Plateau - Roof of the World),
serasa perjalanan saya di Tibet sekian tahun yang lalu - kami berjalan
disatu koridor yang dibatasi dua deret pegunungan dikiri kanan jalan.

Tengah hari sampailah kami di tujuan, ternyata kota yang letaknya
pojok dan jauh dari pantai ini cukup besar, mungkin seluas Bogor.
Belum lama berselang, tahun 1996, Lijiang rusak berat diguncang
gempa dengan kekuatan yang dahsyat : 7 scala Richter !.

Setelah makan siang, baru diberitahu bahwa Tiger Leaping Gorge
yang mau dikunjungi hari itu cukup jauh, sekitar 3 jam perjalanan !.
Wuah tentu pada ngedumel kenapa kaga bilang2 dari tadi -
kalau tau gini kan tadi pagi di Dali kita bangun lebih awal agar engga
kesorean kayak gini.

Akhirnya berangkat juga, eh belum terlalu jauh meninggalkan Lijiang,
jalan diluar kota yang semula lancar, menjadi macet -
wah bingung udah kesorean macet parah lagi.
Sekian lama menunggu dan saat diputuskan mau balik saja, ternyata
sudah terlambat karena jalan kembali sudah ketutup mobil lainnya
yang mulai main serobot maju memakai jalur berlawanan.
Tapi untunglah rupanya sumber kemacetan tidak terlalu jauh lagi,
bus kami akhirnya bisa lolos dan perjalanan lancar kembali
Sepanjang jalan kami melihat banyak bus turis dari arah berlawanan,
waduh gimana nih, orang lain udah pada pulang tuh !.

Sekitar jam 16.15 baru sampai di tujuan - bus parkir ditepian anak
sungai YangTze yang mengalir diantara dua deretan gunung batu
yang tinggi terjal.

Kami disuruh milih : mau jalan kaki atau naik rickshaw (semacam
beca yang ditarik manusia), tapi kalau jalan kaki pulang pergi bisa
makan waktu dua jam !!. Whoaaa !?
Melihat sudah begitu sore dan mendung gerimis kecil, maka dengan
berat hati terpaksa kami tega2-in "menyiksa" sesama manusia -
kami naik sebecak berdua dan tukang beca itu lalu mengangkat
dua batang pipa besi penarik rickshaw dan mulai berjalan. (foto)
Kecepatannya sih boleh dikata sama dengan jalan kaki, jalanannya
kurang rata karena terbuat dari belahan batu gunung maka
walaupun rickshaw itu memakai ban sepeda tetap tidak nyaman
karena terasa gerudugan terus.

Jalan kecil itu dibuat sepanjang tepian sungai - hebatnya dibuat
dengan memapas dinding tebing gunung batu itu pada lokasi yang
cukup tinggi dari permukaan air sungai. (foto)
Selain berjalan melipir lereng gunung, juga dua kali masuk terowongan .
Pemandangan tentu sangat mengesankan, kita berjalan menelusuri
lereng gunung batu dengan sungai deras dibawah kita, dan diseberang
tampak tebing batu pegunungan yang serupa dengan gunung yang
kita jalani.

Akhirnya setelah 25 menit sampailah kami ke Tiger Leaping Gorge,
tampak sungai deras yang mengalir diantara dua kaki pegunungan ini
menyempit karena banyak bongkahan2 batu yang menyembul ditengah
sungai, rupanya bebatuan ini dahulu jatuh dari atas tebing gunung.
Sebongkah batu berukuran raksasa berada persis ditengah sungai -
batu inilah yang menjadi legenda :
ada macan sakti yang bisa meloncati sungai dengan memakai batu
besar ditengah sungai itu sebagai batu tumpuan.

Di lokasi ini dibuatkan tangga untuk pengunjung bisa turun sampai
ketepian sungai maupun naik sampai keatas lereng gunung,
sehingga kami bisa kesana kemari mencari lokasi berfoto yang bagus.
(foto).

Diseberang sungai tampak beberapa bus, yang datang dari Shangrilla -
kota wisata lainnya yang sayang tidak sempat kami kunjungi.
Kami tidak berlama-lama disana, karena di lokasi itu sudah tidak ada
pengunjung lainnya dan cuaca sore juga makin mendung.
Betul saja baru saja kami naik rickshaw, hujan mulai turun -
untung saja rickshaw itu ada atapnya.

Setelah membayar ongkos 40 yuan, ditambah tip 20 yuan lagi,
segera kami bergegas naik bus karena sudah jam 18 dan masih ada
satu lagi obyek menarik yang mau dikunjungi yaitu :
First Bend of YangTze River.

Untunglah walau tiba di First Bend sudah hampir jam 19, cuaca
masih cukup terang (matahari ternyata baru hilang sekitar jam 20).

Sungai YangTze biasanya sulit disebrangi karena lebar dan dalam,
tapi di First Bend ini, aliran sungai YangTze tertahan deretan gunung
sehingga berbalik arah hampir berbentuk letter U.
Pada kelokan yang tampak lebar itu, air sungai terlihat dangkal dan
terdapat sebuah delta cukup besar ditengahnya.
Alkisah, disitulah tentara Mongol pimpinan Kubilai Khan menyebrang,
mereka datang dari arah utara untuk menyerang Yunnan.
Karena orang gurun ini tidak bisa berenang, maka mereka memakai
pelampung dari kulit kambing yang dijahit dan ditiup.

Belakangan saat LongMarch-nya Red Army yang juga legendaris itu,
tentara komunis MaoTseTung dibawah pimpinan Marsekal ChuDe
yang dikejar-kejar tentara Nasionalis ChiangKaiShek - menyebrang
juga ditempat yang sama ini.
Dari tempat yang agak tinggi kami memandang kelokan legendaris itu,
cuaca yang mulai redup menambah kuat kesan kami saat coba mem-
bayangkan ratusan mungkin ribuan orang dijaman dahulu yang nekat
menyebrang sungai dengan berjalan kaki itu. (foto)

Sekitar jam 20 barulah kami tiba kembali di kota Lijiang, dan
menginap di Plaza Hotel yang berbintang empat, yang seperti di
hotel-hotel lainnya di propinsi Yunnan ini -
ada aqua dispenser disetiap kamar.
Hotel itu cukup besar tapi herannya sepi sekali sampai kami merasa
serem saat berjalan di koridor kamar hotel.
Esok paginya saat breakfast di restoran hotel ini, saya "kesulitan"
dalam mencari nasi goreng diantara deretan aneka masakan yang
tersaji karena yang ketemu labelnya bertuliskan : FIRED Rice ! .

Kokom - Tepian Situ Cipondoh





Dikantor, saya sering dengar : Mau makan dimana ? - di Kokom aja !
Kata itu sudah baku, menunjuk ke satu rumah makan yang terletak di
tepian Situ Cipondoh Kota Tangerang : Rumah Makan Hj. Kokom.

Menu rumah makan itu sebenarnya cuma Ayam Goreng/Bakar,
Ikan Gurame Bakar/Goreng, Pepes Ikan Mas dan Pepes Tahu saja.
Paling ada tambahan menu Sayur Asem, Lalap, Pete dan Tahu Tempe.

Tapi semua tahu bahwa makan siang disana enak, dan ramai - terbukti
tamu yang mau makan disana engga gampang dapat tempat parkir.
Untunglah kemarin saya "mudah" dapat tempat parkir - mudahnya karena
saya parkirnya agak jauhan dan dipinggir jalan, kalau tempat parkir
yang dihalaman Rumah Makan sih seperti biasa udah penuh.

Dari depan Rumah Makan itu terlihat seperti bangunan kecil sederhana,
tapi masuk kedalam cukup luas dengan disana sini saung untuk lesehan.
Tempatnya agak menjorok ketengah Situ, sehingga ada pemandangan
lega juga kearah air danau kecil itu.
Sayang Situ Cipondoh terkenal eceng gondoknya yang ganas - cepat
sekali penuh.

Rumah makan Hj. Kokom
Jl. KH Hasyim Ashari No: 20 - Cipondoh.
Kota Tangerang.
Telpon : 021-5549017.

Wednesday, July 20, 2005

Makan Ditengah Taman dan Kolam




Makan Ditengah Taman dan Kolam


Suatu pagi beberapa hari yang lalu, telpon rumah berdering dan terdengar
suara teman lama asal Jakarta yang sekarang menetap di Australia -
"saya dan istri sedang ada di Jakarta dan mau ke Tangerang nih, mau beli Bawang Goreng Tangerang".

Oh boleh, tapi entar saya tilpon dulu nih - ada kaga stocknya kalau mau beli
mendadak gini. Ternyata hokkie, Ny. Herry baru aja bikin dan persis ada
stock 1,5 kilo seperti maunya.

OK silahkan datang, setelah ambil pesanan itu kita lanjutkan makan siang.

Saya lalu mikir juga, mau ajak makan dimana nih ?, masa di PizzaHut !,
mestinya kan masakan yang engga ada di Aussie sana dan mestinya juga
yang suasananya Oke punya.

Lalu teringat Restoran Pondok Lauk, yang bukan saja masakan sea-foodnya
enak, juga restoran yang terletak ditengah-tengah kota Tangerang ini ditata
sehingga tamu serasa makan ditengah taman dan kolam ikan.

Setiba di restoran kami memilih saung yang terletak ditepi kolam, dan
saya minta umpan ikan yang memang disediakan gratis oleh restoran.
Sambil menunggu kedua istri memesan makanan, saya mengajak teman itu
menaburkan butiran2 umpan dan datanglah puluhan ikan Mas yang gemuk2 -
yang seru sekali memperebutkan umpan di dalam air kolam yang jernih itu.

Istri saya ternyata memesan masakan unggulan Restoran ini yaitu
Ayam Pecak, ditambah Gurame Goreng, Udang Lada Hitam, Karedok,
dan Cah Kangkung Seafood Hotplate.

Ternyata memang masakan ini cocok selera bagi kami berempat,
terbukti selain sempat tambah nasi juga hidangan di meja licin tandas.

Rsetoran ini memang dikenal selain masakannya enak juga tidak mahal,
untuk makan enak berempat sekenyang itu, kerusakan cuma 87.000,-

Rumah Makan Pondok Lauk
Khas Indonesia, SeaFood, Chinese Food 100% halal.
Jl. Bacharudin No: 34 - Tangerang.
Telpon : (021) 5522370 - 5524443.


Tuesday, July 19, 2005

Pak Chi Met - Raja Ikan Bakar




Pak Chi Met

Bandung, Minggu siang seperti biasa setelah kenyang masuk keluar FO,
sekarang tiba saatnya cari makan enak.

Didalam mobil kami berunding mau kemana nih,
kali ini Wimpie yang kasih usul - ke Pak Chi Met katanya -
Ah-ha, apaan nih ? Katanya sih Raja Ikan Bakar !
OK, kami lalu meluncur ke Jalan Sukajadi No: 157,
dan seperti sudah diduga : tempat parkir penuh !.

Terpaksa pasrah di Valet Parking - padahal saya paling allergi pake
jasa ini sejak kondangan disuatu restoran di Kebayoran.
Waktu itu semua mobil tamu harus di valet, mobil dibawa pergi oleh
petugas dan diparkir dihalaman gedung lain yang sebenarnya engga jauh.
Saat mau pulang, antrian pemilik mobil sudah mengular, sedang petugas
Valet cuma dua orang yang tentu keteteran.
Lama nunggu, akhirnya saya kaga sabar lagi dan minta saja kuncinya lalu
jalan kaki ke mobil saya - ternyata si petugas tidak mengunci mobil saya,
untung saja kamera yang kelupaan ditinggal didalam mobil kaga hilang.

Memasuki ruang utama Kedai Pak Chi Met tampak ruangan cukup luas
yang bisa menampung seratusan orang.
Tapi kami memilih jalan terus kehalaman belakang, dimana ada kolam
kecil ditengah dan saung sekeliling kolam itu.

Pilihan kami tentu Ikan Bakar, yaitu Paket Ulam Ikan, ikannya bisa pilih
apakah mau ikan Kwe - Gurame - Bawal - atau Kakap Merah.

Tak lama datanglah pesanan kami, berupa Ikan Bakar yang disajikan
dalam piring tembikar beralaskan daun pisang, ditemani sepotong
Cumi Isi dan Udang Windu yang cukup besar.
Nasi putih terbungkus daun juga ada didalam piring, serta irisan Kol,
Timun, Kemangi, Selada dan Labu Siam - pokoknya meriah deh,
apalagi sambal cocolnya saja sampai tiga macam dalam cobek kecil :
Sambal Kecap - Dabu dabu - Terasi Mangga Muda.

Pas banget sedang lapar2nya ditengah udara dingin Bandung yang
sejak pagi diguyur hujan, kami segera menyerbu masakan yang
tampak mengundang selera itu - ternyata memang enak.
Cah Kangkung Terasi-nya juga ternyata enak sekali, tapi
Polisi Cholesterol saya ngedumel -
tentu aja enak, lihat aja minyaknya segitu banyaknya tuh, he3.

Saking asyiknya makan, hampir aja lupa nanyain koq nama Kedai ini
Pak Chi Met - apaan tuh ?
Apa punya bapak Chi Met gitu ?

Oh bukan pak, kata staf Kedai yang saya tanya.
PakChiMet itu satu kata, dari bahasa Thai - artinya Ketumbar !!
Ooooo begitu !?, nyambung kaga sih ya ?? - ah sudah siapa peduli,
yang penting kami setuju deh kalau kedai ini ngaku Raja Ikan Bakar.

Ikan Bakar Pak Chi Met :

1. Jl. Sukajadi No: 157. Bandung.
Telpon : 2031211 - 2039644
2. Bandung Trade Centre Food Court City FF F4 - 16.
Jl. Dr. Djunjunan No: 149. Bandung.
Telpon : 6126567.
3. Pasar Baru Food Court B-46.
Jl. OtoIskandarDinata No: 30. Bandung.
Telpon : 4245238.

Yerebatan Palace - Istanbul Turki


 


Yerebatan Palace - Istanbul, Turki.



Sdr. Agung Prasetyo Utomo di milis Jalansutra, menulis tentang :
TURKI : Keindahan Negara Dua Benua.


Yang antara lain bercerita tentang : Yerebatan Palace,
Istana yang berada di dalam tanah -
dibangun oleh Kaisar Constantinus I pada abad ke 4 SM.


Istana ini memiliki panjang 141 m dan lebar 73 m,
berada 13 meter di dalam tanah,
memiliki 336 pilar dengan ketinggian 8 meter dan Istana ini dialiri
air yang berasal dari hutan Belgrad.
Pintu masuk Yerebatan Palace ini berada 25 meter disebelah
timur Hagia Sophia.
 
Didalam Yerebatan Palace ini ada dua tiang yang unik
Di salah satu dari kedua tiang itu ditopang dengan Kepala Medusa
yang kepalanya dijungkirkan kebawah (Mulut diatas).
Dan satunya lagi ditopang dengan Kepala Medusa yang diputar
90 derajat dari tiang yang pertama tadi.


Nah...story kenapa ada dua Kepala Medusa yang ditindih oleh
dua tiang dengan posisi kepala yang berbeda :
seperti di ceritakan di cerita Yunani kuno,
kalau ada orang yang melihat Medusa maka dia  akan menjadi batu.
( Rambut Medusa adalah ular ).
Karena itu Medusa dianggap berbahaya.
Jadi menurut cerita yang ada, untuk mengurung Medusa agar tidak
membahayakan manusia maka dia harus ditindih dengan posisi yang
berlainan seperti itu.



 
Membaca tulisan sdr. Agung Prasetyo Utomo diatas ,
saya baru ngeh, kalau suatu tempat yang begitu unik -
yang saya masuki 10 tahun yang lalu itu namanya : Yerebatan Palace !
 
Saat berada di Istanbul itu, setelah mengunjungi Blue Mosque dan
Aya Sopha (Haga Sophia), kami diajak menyebrang jalan, lalu disuruh
menunggu sebentar - berdiri didepan suatu deretan toko/kantor .
Rupanya tour leader mengurus tiket masuk, waktu itu saya engga ngerti
mau diajak kemana, tak lama kami kemudian diajak masuk ke salah
satu pintu yang ada disitu.
Sempat heran juga, tadinya kirain mau diajak melihat lagi bangunan2
megah lainnya setelah memasuki Aya Sopha dan Blue Mosque.
 
Setelah memasuki pintu itu, ternyata ada tangga mengarah kebawah,
kami menapaki tangga dan tak lama kami tertegun karena didepan
tampak satu ruangan yang luas sekali.
Ruangan bawah tanah yang luas dan tampak kuno sekali itu,
penerangannya temaram, disana sini banyak tiang yang tinggi-tinggi
menopang atap ruangan itu.
Dasar dari ruangan itu tergenang air yang kelihatan jernih.
 
Kami diajak terus menuruni tangga, dan sesampai didasar ruangan
kami bisa jalan kesana kemari karena ada jalan setapak yang lebih tinggi
dari permukaan air. Lumayan tegang berada disekian belas meter bawah
tanah dan kiri kanan penuh tiang2 dalam ruangan yang kuno temaram,
dan dimana-mana air.(foto pertama)
 
Disatu pojok ruangan, ada satu tiang yang unik sekali karena alas tiang
itu berukirkan kepala orang - terbalik lagi posisinya. (foto kedua)
Rupanya inilah kepala Medussa yang diceritakan sdr.Agung.
 

Monday, July 18, 2005

Eastern Restaurant

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Chinese
Location:Tangerang - Bandung - Jakarta
Sajian dari Timur - Masakan China ala Eastern.

oleh : Hendrika Yunapritta untuk Mingguan Kontan.

Masakan dari timur yang sarat bumbu, selalu menarik
untuk dikudap. Banyak lidah yang suka.
Termasuk juga menu dari China.
Tak heran jika rumah makan yang menyediakan masakan
China tak terhitung jumlahnya.
Salah satunya adalah restoran Eastern, yang memiliki tiga gerai.

Restoran terbaru Eastern terletak di bilangan Permata Hijau
dan baru dibuka Maret 2005 lalu.
Meski mereka melulu menyediakan Chinese food, namun tidak
ada dandanan interior berbau negeri tirai bambu di dalam resto.
Pemiliknya justru mengambil tema minimalis yang sedang nge-tren.
Kursi makannya berlapis kulit hitam dengan meja kayu solid.
"Tiga restoran kami, semua interiornya berbeda", cetus
Rudi Lazuardi, salah satu pemilik Eastern.
Dandanan Eastern di Karawaci mengambil tema klasik dengan
karpet di lantai, sedangkan Eastern Bandung bernuansa oranye.
"Cuma tulisan Eastern-nya yang sama", ujarnya.

Layaknya semua restoran, Eastern menawarkan makanan
pembuka, santapan utama, dan dessert.
Mereka menyediakan beberapa jenis sup serta varian selada
pemancing selera. Misalnya saja sup burung dara dalam
tabung bambu dan sup pi-oh atau bulus.
Namun, kata Rudi, mereka kerap kali kesulitan bahan baku pi oh.
"Jadi, kadang tidak bisa kami sediakan", katanya.

Di sela-sela deretan sup ala China, terselip pula Tom Yam Goong
atau sup sea food khas Thailand.
Sup ini tampil dengan kuah kemerahan plus isi yang padat.
Ada udang serta potongan besar ikan.
Uniknya, terdapat pula potongan sawi hijau di dalamnya.
"Resepnya bikinan chef kami sendiri", ujar Rudi sembari
menceritakan pengalaman sang chef yang sebelumnya bekerja
di beberapa restoran chinese food.
Tom Yam Goong-nya tidak begitu pedas dengan semburat
rasa asam.

Jika kurang suka sup, ada pilihan varian selada, seperti
selada udang. Menu ini sarat berisi potongan kubus buah,
yakni melon, pepaya, dan semangka.
Di atasnya ada beberapa potong udang rebus yang dibelah
dua.Sausnya cukup royal dan menutupi permukaan salad.

Nah, menurut Rudi, menu yang banyak dicari di sini adalah
sapi lada hitam.
Meski banyak sekali kedai yang menyediakan sapi lada hitam,
entah mengapa sapi lada hitam Eastern menduduki peringkat atas.
"Kami memakai daging sapi lokal, tapi empuk sekali", ujarnya.

Selain itu, ada menu udang telur asin.
Kendati tergolong menu baru, masakan ini kerap dipesan orang.
Satu porsinya berupa beberapa ekor udang besar yang ditumis
bersama kuning telur asin.
"Masakan ini, kreasi mama kami dan chef",
cetus Rudi sambil tersenyum.
Maklum saja, Eastern ini adalah restoran milik keluarga.
Kuning telur asinnya berasa masir dan sedap.
Menurut Rudi, mereka mempunyai langganan pemasok
telur asin dari Tangerang, hasil perburuan sang mama.
"Telur asin begini, harus bikinan sendiri. Mama yang cari",
sambungnya.

Kalau mau mencari menu favorit lain, tentu saja, adalah
bebek peking.
Bukan apa-apa, soalnya Eastern sedang banting harga bebek.
Bayangkan saja, satu ekor bebek peking harganya cuma
Rp 88.000.
Bandingkan dengan kedai-kedai lain, yang paling tidak
memasang banderol Rp 120 ribu untuk seekor bebek impor ini.

Satu ekor bebek peking, lazimnya, diolah menjadi dua jenis
masakan.
Pertama, kulitnya dulu, setelah itu barulah masakan daging bebek.
"Orang senang karena bayar sekali dapat dua jenis masakan",
kata Deddy Lazuardi, pemilik Eastern yang setiap bulan membeli
600 ekor bebek untuk tiga restoran mereka.
Olahan bebek favorit adalah bebek lada hitam. Namun ada pula
yang lebih suka menyantap bebek panggang dengan nasi.

Selain bebek, semua bahan baku diperoleh dari pasar lokal.
Sea food, misalnya, adalah hasil perburuan para pemilik Eastern
ke Muara Karang.
"Kecuali untuk bumbu dasar, kita banyak impor dari China",
kata Christine Lazuardi sembari menyebut bumbu berupa
kecap asin dan tauco.

Meskipun memiliki tiga restoran yang letaknya berjauhan,
namun rasa masakan di masing-masing resto tidaklah berbeda.
Pasalnya, sang chef selalu berkeliling untuk membuat belasan
saus yang menjadi bumbu dasar masakan.
"Ada lima belas macam saus yang dia bikin", jelas Rudi.
Nah, dengan saus tersebut, rasa sapi lada hitam di Eastern
Karawaci dijamin sama dengan masakan sejenis di
Istana Plaza Bandung.


Dim Sum untuk brunch

Salah satu menu yang diburu di Eastern adalah sajian dim sum.
Ada 40 menu dim sum yang dijual dengan sistem all you can eat.
Namun, ada puluhan menu pula yang bisa dibeli secara terpisah.
Menurut Rudi Lazuardi, salah satu pemilik Eastern, mereka
memilih beberapa jenis dim sum favorit untuk all you can eat.
"Favorit dim sum, ya hakau isi udang, siaw may, dan
kaki ayam", jelasnya.

Satu porsi tiga dim sum favorit tersebut berisi empat potong
masakan. Hakau-nya terasa padat dengan gumpalan udang
yang sedap dicocol dengan sambal botol.
Sedangkan kaki ayamnya menggunakan saus merah,
dan rasanya sedikit pedas.
"Kami memang memakai saus merah, tidak cokelat seperti
umumnya", kata Rudi lagi.

Kendati menggunakan sistem all you can eat, dim sum di
Eastern tidak ditata secara buffet.
Pasalnya, di tanah asalnya sono, dim sum juga dijajakan
dengan wadah kayu yang dibawa keliling kedai,
bukan digelar di meja.

Pembeli bisa memesan porsi yang mereka inginkan dari item
dim sum yang ada.
Maka, pelanggan harus sedikit sabar karena dim sum pesanan
mereka harus terlebih dulu di-steam atau digoreng terlebih dulu.
Menurut Rudi, pada awalnya mereka memutarkan dim sum
yang ditata dalam troli ber-steamer kepada para pelanggan.
Sehingga pembeli tak perlu memesan dim sum.
Mereka bisa langsung mengambil item yang tersedia di troli
dan menyantapnya.
Hanya saja, jika sudah kelamaan di troli, kualitas dim sum
yang direbus dengan uap ini akan menurun.
"Makanya, kita putuskan dengan sistem a la carte saja, tapi
tetap satu harga", sambung Rudi.


Mengincar kelas menengah

Eastern merupakan restoran milik keluarga Lazuardi.
Ada empat bersaudara bersama pasangan mereka yang
mengelola restoran tersebut.
Mulanya, kata Deddy Lazuardi, salah satu pemilik, mereka
mendirikan restoran di Karawaci.
Kebetulan, mereka memiliki ruko di sana.
Lagipula, "Waktu itu di Karawaci sulit mencari restoran yang
representatif, padahal banyak kantor dan pabrik",
cetus Rudi Lazuardi, adik Deddy.
Kebetulan lagi, mereka bertemu chef yang masakannya terasa
cocok di lidah. Itulah sebabnya, mereka lantas membikin
Eastern yang pertama di Karawaci pada tahun 2000.
Kemudian, menyusul Eastern di Istana Plaza Bandung dua tahun
kemudian. Terakhir, barulah mereka merambah Jakarta dengan
Eastern di Permata Hijau.

Awalnya, Eastern di Karawaci memang membidik pelaku bisnis.
Namun, setiap akhir pekan, restoran mereka bukannya sepi
pengunjung, justru diserbu oleh keluarga yang ingin makan
bersama. "Di Bandung, malah sering sampai antri tempat duduk",
kata Rudi.
Kebanyakan pembeli Eastern mencari menu sarapan, lantaran
restoran ini buka dari pukul 08.00 pada hari Minggu.

Rudi bilang, mereka mengincar pasar kelas menengah.
"Satu orang makan di Eastern, habisnya antara Rp 60 ribu
sampai Rp 70 ribu", sambungnya.
Tentu saja, kecuali pembelinya mengambil menu dim sum
all you can eat yang harganya Rp 32.800 ++.


Kendati tergolong menu baru, masakan ini kerap dipesan orang.
Satu porsinya berupa beberapa ekor udang besar yang ditumis
bersama kuning telur asin.

Eastern Restaurant :
1. Karawaci Office Park A1, Lippo Karawaci Tangerang
Telp : 5584288 - 5584266
2. Grand ITC Permata Hijau Kanto Diamon 152 - Jakarta Selatan
Telp : 53663838
3. Istana Plaza Ground Floor B 5 - 6 .
Jl. Pasirkaliki Bandung.
Telp : 6046778


Jokes : Smart Boy.

 

SMART BOY


A first-grade teacher, Ms Brooks was having trouble with one
of her students

The teacher asked, "Johnny what is your problem?"
Johnny answered, "I'm too smart for the first Grade.
My sister is in the third grade and I'm smarter than she is!
I think I should be in the third-grade too!"

Ms Brooks had enough.
She took Johnny to the principal's office.
While Johnny waited in the outer office, the teacher
explained to the principal what the situation was.

The principal told Ms Brooks he would give the boy a test
and if he failed to answer any of his questions he was to
go back to the first grade and behave.

She agreed. Johnny was brought in and the conditions were
explained to him and he agreed to take the test.

Principal: "What is 3x 3?"
Johnny: "9".

Principal: "What is 6 x 6?"
Johnny: "36".

And so it went with every question the principal thought a
third- grade should know. The principal looks at Ms Brooks
and tells her, "I think Johnny can go to the third-grade."

Ms Brooks says to the principal, "Let me ask him some questions?"
The principal and Johnny both agree.

Ms Brooks asks, "What does a cow have four of that I have only
two of? Johnny, after a moment "Legs."

Ms Brooks: "What is in your pants that you have but I do not have?"
Johnny: "Pockets."

Ms Brooks: What starts with a C and ends with a T is hairy,
oval, and delicious and contains thin whitish liquid?
Johnny: Coconut

Ms Brooks: What goes in hard and pink then comes out soft and
sticky? The principal's eyes open really wide and before he could
stop the answer, But Johnny was taking charge.
Johnny: Bubblegum

Ms Brooks: What does a man do standing up, a woman does sitting
down and a dog does on three legs?
The principal's eyes open really wide and before he could stop the
answer...
Johnny: Shake hands.

Ms Brooks: Now I will ask some "Who am I" sort of questions, okay?
Ms Brooks:
You stick your poles inside me. You tie me down to get me up.
I get wet before you do.
Johnny: Tent.

Ms Brooks: A finger goes in me. You fiddle with me when you're bored.
The best man always has me first.
The Principal was looking restless and a bit tense.
Johnny: Wedding Ring.

Ms Brooks: I come in many sizes. When I'm not well, I drip.
When you blow me you feel good.
Johnny: Nose.

Ms Brooks:
I have a stiff shaft. My tip penetrates. I come with a quiver.
Johnny: Arrow.

Ms Brooks: What word starts with 'F' and ends in 'K' that means
a lot of heat and excitement?
Johnny: Fire truck.

The principal breathed a sigh of relief and said to the teacher,
"Send Johnny to University, I got the last ten questions wrong myself
 

Sunday, July 10, 2005

Jumpa Mahaguru JalanJalan : Prof.HOK.Tanzil.


 


Pembaca setia Intisari sekitar 25 tahun lalu tentu mengenal nama
Prof.HOK.Tanzil,  seorang mahaguru dibidang Mikrobiologi yang
juga "mahaguru jalan-jalan" karena setelah pensiun di tahun 1975,
dalam belasan kali kunjungan keluar-negeri bersama istrinya, telah
berhasil mengunjungi ratusan negara - luar biasa !!


Sayang sekali saya tidak menyimpan Intisari dimana cerita-cerita
perjalanan-nya dimuat.
Maka saat bu Susanti di milis Jalansutra - menawarkan buku
perjalanan Prof.Tanzil - langsung saya ngebut kirim e-mail dan
ternyata bukan hanya saya saja yang berminat, ada beberapa
rekan juga, maka kami sepakat baca bergiliran.


Buku ukuran saku yang kertasnya mulai menguning itu,
diterbitkan oleh penerbit Alumni Bandung tahun 1982,
dihalaman pertama ada tulisan tangan Prof.Tanzil -
"Salam hangat dari penulis".


Alamak !! - ternyata buku itu hanyalah salah satu dari sekian jilid
kumpulan cerita-cerita perjalanan  Prof. Tanzil.
Rupanya selain buku yang dimiliki bu Susanti ini, yang berjudul :
Cerita Perjalanan Dalam Negeri (jilid ke-empat) -
masih ada belasan jilid buku2 lainnya.


Tentu saya "kecewa berat" karena tadinya mengira bisa membaca
lengkap keseluruhan cerita perjalanan beliau.
Saya segera saja melahap buku cerita perjalanan Dalam Negeri itu -
dan ternyata memang ceritanya dahsyat sehingga bisa mengobati
kekecewaan yang sempat muncul tadi.


Penasaran ingin membaca jilid lainnya, maka dimulailah perburuan
di milis Jalansutra dan berkat info dari ibu Sofia Mansoor Bandung,
bisa ditemukan alamat penerbitnya, yaitu di Bandung.
Akhirnya kami mendapatkan hampir semua buku cerita perjalanan
beliau yang belasan seri itu,
yang ternyata masih ada sisa stocknya di penerbit Alumni Bandung.


Setelah itu berkat info dari pak RZain, saya bisa mendapatkan
nomer tilpon rumah Prof.HOK Tanzil.
Setelah mengontak beliau dan sepakat bertemu, maka pada hari
Minggu siang tahun 2004 saya menuju Jalan Cawang Baru.
Saya sengaja datang lebih awal karena ingin mencoba Lontong
Capgome di restoran Ny.Tanzil dimana beliau juga tinggal.


Setelah selesai makan dan menyelesaikan pembayaran barulah
saya minta ketemu dengan beliau.
Ternyata walaupun seminggu lagi usianya genap 81 tahun, beliau
masih tampak begitu energetik - jabat tangannya kuat sekali dan
suaranya juga terdengar keras mantap.
Saya dan istri segera terlibat pembicaraan seru dengan beliau,
dan ternyata beliau sudah mempersiapkan data2 dalam bentuk
fotocopy yang membuat saya bengong.


Kalau tadinya saya kira beliau begitu hebat bisa mengunjungi
sebanyak 166 negara - eh malah beliau bilang salah, ternyata :
238 countries !!! - semua itu tercatat rapih termasuk bentuk
kunjungannya apakah itu visit ataukah transit saja, maupun
tanggal kunjungan ketempat itu.
(belakangan setelah saya teliti daftarnya, ternyata hanya satu
tempat yang dikunjungi dengan cara transit yaitu Cape Verde,
sedangkan kunjungan ketempat2 lainnya semua dalam bentuk
visiting, malah ada yang sampai 38 kali yaitu Belanda )


Saya makin bengong sewaktu diperlihatkan data sebagai berikut :


- tidak saja sampai lima kali mengunjungi Artik (Kutub Utara),
  ternyata juga pernah menginjak Antartika.
- terbang sampai 535 kali, total sejauh 681.010 miles.
- empat kali perjalanan memutari bumi.
- airline yang digunakan sebanyak 116 perusahaan penerbangan.
- nyetir sendiri sejauh 158.257 kilometer.
  dengan bus/taksi sejauh 133.711 kilometer.
   kereta api sejauh 55.976 kilometer.
- pernah naik kapal/feri 106 kali.
- jumlah buku paspor yang pernah dimiliki 15 buah.
- jumlah hari perjalanan 1760 hari.
- biaya perjalanan dalam US Dollar : 861.306,-


Hebatnya semuanya ada dalam buku hariannya, yang dicatatnya
dengan sangat teliti.
Waktu ngobrol itu beliau membawa diary-nya yang ke 38,
dimana tercatat juga nama saya, umur saya, pekerjaan saya dll. 
yang ditanyakannya semalam waktu kontak perdana via tilpon.


Tak terasa sejam kami ngobrol, sampailah waktu untuk mohon diri
dan saya berpisah dengan hati ber-bunga2 karena dioleh-olehi beliau
berupa buku perjalanan-nya yang tidak saya dapati dari penerbit
Alumni Bandung yaitu :
buku ke 9 : Atlantik Utara dan Afrika Barat.
buku ke 11 : Republik Rakyat Cina, Republik Rakyat Demokrasi
                    Korea, dan Republik Rakyat Mongolia.


Catatan :


Daftar Judul  Buku Cerita Perjalanan Prof.HOK.Tanzil :


  1. Pasifik, Australia, Amerika Latin.
  2. Asia & Africa.
  3. Alaska dan Eropa .
  4. Catatan Perjalanan Dalam Negeri.
  5. Eropa, Tibet, Timur Tengah.
  6. Negara2 Pasifik Selatan.
  7. Brunai, Dubai, Afrika Selatan, Siprus, Vietnam, Laos.
  8. Karibia dan  Amerika Selatan.
  9. Atlantik Utara dan Afrika Barat.
10. Kepulauan Samudra Hindia,  Albania, dan Guam.
11. Republik Rakyat Cina, Korea Utara, dan Republik Rakyat Mongolia.


Prof .HOK.Tanzil
Jl.Cawang Baru 53/41.
Telpon :  (021) 8194126



Belakangan rekan Sitta Abdullah menulis :
Saya kagum sekali ternyata Prof HOK Tanzil dan istri sudah
mengunjungi 238 negara.
Berarti mustinya sudah bisa tercatat masuk ke Guinness Book
of Record as the most traveled couple, mengalahkan
Dr Robert & Carmen Becker of  USA yg "baru" mengunjungi
234 negara/teritori!!


http://www.guinnessworldrecords.com/
TRAVEL AND TRANSPORT << EPIC LAND JOURNEYS
 << MOST TRAVELED COUPLE


Most Traveled Couple
The most travelled couple are Dr Robert and Carmen Becker of Pompano
Beach, Florida, USA, both of whom have visited all of the sovereign
countries and all but six of the non-sovereign or other territories.


This globe trotting couple met in France during World War II and
have been together ever since. They celebrated their 50th wedding
anniversary in 1995 with a trip to two small islands off Northern
Australia. They can count the places they haven't been on one hand -
only a few small islands remain unvisited by the duo. "We both
traveled as kids so we had to go back to some places after we were
married so we could say we'd been their as a couple," says Carmen


WHO: Robert and Carmen Becker
WHEN: N/A
WHERE: N/A
WHAT: 234 countries and territories


 


Sayang sekali saat saya tanyakan ke Prof, apakah beliau setuju
kalau kami upayakan masuk ke Guinness World Record itu -
ternyata beliau tidak berminat.


Foto :
Sebagai Warga Kehormatan Komunitas Jalansutra, beliau beberapa
kali ikut hadir dalam acara Jalansutra, antara lain saat kopdar di Pluit.

Thursday, July 7, 2005

Jerusalem - The Old City


perhatikan sekian Gate, dengan satu gate yang unik karena ditutup yaitu Golden Gate - katanya saat kiamat akan terbuka

Dalam perjalanan memasuki Israel dari Yordania, saat hampir masuk
kota Jerusalem, bus kami berhenti ditepi jalan yang letaknya agak tinggi
dan tampak dikejauhan kota tua itu dengan tembok tinggi mengelilinginya.
Kubah emas yang cantik dari Dome of The Rock tampak jelas
menyembul dari tembok kota tua Yerusalem .

Tembok itu mempunyai beberapa buah gate, antara lain Dung Gate,
Lion Gate, Damascus Gate, Zion Gate, Jaffa Gate, dan Golden Gate
yang sudah ditutup.

Saat berjalan kaki memasuki lorong2 kecil didalam kota yang begitu
tua dan bersejarah itu tentu perasaan ikut hanyut kemasa lampau.
Perjalanan dimulai dengan memasuki Zion Gate, menelusuri Via Dolorosa,
melihat berbagai perhentian jalan salib, memasuki rumah Kaifas,
dan tentunya Church of Holy Sepulchure yang dikenal pula sebagai
Gereja Golgota.

Didalam Gereja Golgota ada papan marmer yang diyakini dulu
dipakai untuk membaringkan Yesus saat diturunkan dari salib.

Tuesday, July 5, 2005

Jokes : Ramalan Tahun Kambing

 


Senyum dikit ah !


 


Ini owe ada sedikit nasehat dan lamalan gelatis buat
lu olang semua di taon Kambing.
Kalu bisa, pelhati'in baek2 yaa ...:
 
Lu olang jangan banyak2 makan kambing guling,
ental kena dala tinggi.
Kalena itu, bagi elu olang yang kolestelolnya udah
tinggi, sebaiknya banyak2 makan lumput bial sehat...



Bisnis ada bagus taon ini kalu lu olang dagang sop
kaki kambing.
Jeloannya dibikin gule, jual jadi obat kuat
(taisennya makan kambing).


Bisnis laennya ialah lu olang bisa buka bioskop yang
kalcisnya Ceceng (kelas kambing),
atawa lu dagang kopi (biji kopi 'pan kaya tai-kam)...
 
Musim keling bakalan panjang woa, itu disebabkan
pengaluh kambing yang takut ael.
Bagusnya lu nimbun ael yang banyak dah.
Sebisanya mandi jangan seling2,
ael mahal woo...


Taon ini, banyak olang bakal di adu domba. Jadi lu
olang kudu lebi ati2, jangan suka macem2 atawa
deket2 sama itu tukang adu.
Lu nonton aja juga bisa kebawa-bawa.
Tapi kalu lu kagak punya pilihan, ketimbang lu yang
diadu, mendingan lu yang jadi tukang adu laa.


Kambing item juga taon ini bakalan banyak dicali
buat jadi kolban...


Koluptol sepelti Kambing Bandot ada kemungkinan
bakalan di sate secala "Welldone".
Wakil2 lakyat yang kaya' Kambing Congek, bakalan
digiling masuk ke pejagalan ...


Shio yang cocok untuk lu olang yang cali patnel
bisnis di taon ini:
Kuda, kelbau (makannya sama2 lumput).
Ayam ('pan sate ayam & sate kambing seling akul
bedampingan di satu meja dan didalem pelut)


Akil kata, owe tulut bedo'a buat keselamaten lu
olang dan kita semua.
Kalo lu dapet coan yang banyak, lu musti ada bagi2
itu lejeki ke hopeng2.
Kalo lugi telus2an, lu musti coba buat bagi2 angpau
untuk buang lu punya sial...
Haiya.....!!!!!
 
Kiong Hie, Kiong Hie ...
 
 


m'pe Wong Kam Pung
Professional Astrolog Certified
Ijin praktek : No. 234/6969/APTNI
Asosiasi Paranormal dan Tidak Normal Indonesia


 

Bangunan Bersejarah di Hanoi.




Bangunan Bersejarah di Hanoi :

Masih satu komplek dengan mausoleum - terdapat rumah
kediaman Ho Chi Minh semasa hidupnya dulu.
Mula-mula kami melihat rumah yang dihuninya sewaktu dia
masih sehat - bangunan itu terbuat dari tembok, sederhana
saja dan berada ditepi satu kolam yang cukup asri dengan
ikan emasnya (foto pertama).

Belakangan setelah sakit2an dia pindah ke rumah yang
berada persis diseberang rumah tembok itu.
Rumah kedua ini memang lebih sehat karena dibuat berlantai dua,
dari bahan kayu.(foto kedua)

Karena asyiknya mengambil foto dirumah pertama itu, saya
tertinggal dari rombongan yang sudah menuju ke rumah yang
kedua, tapi saya tidak bisa jalan cepat untuk mengejar karena
terhalang antrian anak sekolah yang banyak sekali.
Jalan setapak itu kecil sedang kiri kanan ada tanaman2 perdu
- akhirnya terpaksa ikut bareng anak2 kecil itu jalan pelan2
sekali karena sudah dalam posisi terjepit, saya jadi ingat film
Mr.Bean yang terjepit di tangga karena didepan dan belakang-
nya ada orang tua yg berjalan lambat.

Kami boleh naik kelantai dua rumah kayu itu, dimana terlihat
kamar tidur yang dipergunakan Ho Chi Minh yang saat itu
sudah sakit2an.
Rumah itu mempunyai pemandangan kearah kolam yang cukup
asri karena dikelilingi pepohonan.

Pagi itu banyak sekali anak sekolah yang antri dengan sabar,
sampai2 seorang ibu dari rombongan kami trenyuh dan mem-
belikan ice cream untuk serombongan anak sekolah yang ter-
nyata ada 61 orang.(foto ketiga)
Orang Vietnam selintas kurang expresif, mula2 kami minta local
guide memberitahu guru wanita yang membimbing rombongan
anak sekolah itu bahwa seorang dari kami ingin membelikan
ice cream untuk semua muridnya itu, saya perhatikan mimik
ibu guru itu datar-datar saja.
Anak2 itu menerima ice cream itu dan langsung memakannya,
tapi mukanya juga datar2 saja, tidak ada bunyi sedikitpun, boro2
ramai seperti anak2 sekolah di Indonesia.
Mereka juga engga bilang terima kasih, tapi dari sikapnya kami
bisa merasakan kalau mereka berterima kasih atas pemberian itu.
Mungkin sistim komunis membuat mereka tidak biasa expresif.

Sekian hari di Vietnam, semua teman perjalanan sepakat bahwa
tidak pernah kami melihat orang Vietnam yang perawakannya
gendut maupun yang hamil.

Di komplek itu juga ada Presidential Palace - yang bergaya
kolonial Perancis, dengan atap genteng dan dicat kuning yang
anggun sekali.
Asri dengan pohon2an besar disekelilingnya.
Sayang sekali jangankan boleh masuk- mendekat juga tidak
diperbolehkan oleh penjaga disitu.
(foto keempat)

Di komplek itu juga ada bangunan antik yang unik sekali :
One Pillar Pagoda (foto kelima)


Saturday, July 2, 2005

Menelusuri Pantai Selatan Banten : Malingping - Pelabuhan Ratu.


view dari jalan menuju ke Pelabuhan Ratu, semula jalannya masih mulus, tapi setelah tanjakan ini jalannya hancur

Menelusuri Pantai Selatan Banten : Malingping - Pelabuhan Ratu.


Kalau diperhatikan Pulau Jawa ini selain mempunyai Jalur Pantura
yang membentang dari barat ke timur antara Anyer - Banyuwangi,
juga mempunyai 2 jalur lainnya yang sejajar dengan jalur Pantura itu,
yaitu jalur Selatan dan Jalur Tengah.
Memang di Jawa Barat tidak begitu nyambung, tapi Jawa Tengah
dan Jawa Timur sudah terbentuk jaringan jalan itu.

Saya sudah pernah melalui hampir seluruh jalur itu, kecuali ruas
/segmen jalan antara Malang-Jember-Banyuwangi.

Suatu saat saya ingin melalui ruas jalur selatan Banten, yaitu
Pandeglang - Malingping - sampai tembus ke Pelabuhan Ratu.
Maka dibulan Desember 1997, saya menuju Pandeglang, kemudian
mengarah ke Anyer dan sekitar 20 km setelah Pandeglang - di desa
Seketi belok kearah selatan menuju ke Malingping.

Memasuki jalur ini, saya mulai waswas, karena akan memasuki
wilayah selatan Banten yang dalam dugaan saya masih hutan,
tapi ternyata dugaan itu meleset jauh sekali.
Sepanjang jalan menuju Malingping yang berjarak sekitar 40 km
itu, ternyata kiri kanan jalan "terang sekali" -
banyak kampung yang hampir nyambung menyambung.
Juga jalannya ternyata hotmix yang lumayan mulus , karena jalan
relatif sepi, maka saya kaga tahan untuk tidak ngebut, sampai2
ibu mertua yang duduk di kursi belakang ngedumel :
" kalau sopir mama, udah mama berentiin !! " --- hehehe.

Malingping lumayan ramai, mirip dengan Anyer, tidak jauh keluar dari
kota Malingping sudah mencapai pantai selatan pulau Jawa.
Setelah terminal bus ada pertigaan dimana kalau belok ke kiri ( ke Timur)
mengarah ke Pelabuhan Ratu, tapi saya membelok ke kanan karena mau
mengunjungi pantai Bagedur dulu.
Setelah berjalan sekitar 2-3 km, ada petunjuk kekekiri dan kami memasuki
jalan tidak beraspal.
Saya sempat ragu karena sepi dan di-kiri kanan pepohonan/semak2,
dan sekitar 500 meter barulah tiba di pantai.
Pantai Bagedur lumayan bagus, pantainya lebar - pasirnya putih dan keras
kelihatannya mobil bisa jalan diatasnya
Ada penginapan/cottage tapi kurang terawat - mungkin karena tamunya
sedikit.

Kami tidak lama disana, kembali kejalan raya dan menuju ke timur -
mengarah kekota Bayah yang berjarak sekitar 28 kilometer.

Mobil berjalan tidak jauh dari pantai, melewati jalan yang masih tetap mulus,
dan pemandangan disepanjang jalan ini terasa nostalgik, karena waktu
se-akan2 di stel mundur ke jaman Belanda.
Tidak banyak bangunan2 baru sepanjang jalan, malah ada jembatan cukup
panjang yang kelihatan buatan jaman baheula.
Kami sempat berhenti disana, menuruni sungai yang walau lebar tapi airnya
tidak memenuhi keseluruhan lebarnya sungai, sehingga ada tanah berbatu
yang bisa kita injak.
Dari muara sungai itu kami berfoto dengan latar belakang jembatan kuno itu.
Menyenangkan sekali berada di muara sungai yang lebar, tapi airnya jernih
dan dangkal.

Di kota Bayah , untuk menuju ke Pelabuhan Ratu, bisa memilih apakah terus
lurus ketimur melewati Cibareno, atau melambung ketimur laut menuju Cikotok.
Karena penasaran ingat masa kecil ada pelajaran ilmu Bumi yang menampilkan
Cikotok sebagai tambang emas, maka kami belok kearah kota ini.
Perjalanan sekitar 12 kilometer itu melalui jalan desa yang tidak sebagus hotmix,
dan Cikotok ternyata kotanya kecil saja - boleh dikata se-ukuran desa saja.
Kami sempat menemui Base-camp perusahaan pertambangan, tapi ternyata
lokasi tambang emas yang masih aktif digali terletak jauh dari situ.

Sayang sekali saat itu, saya belum mengenal Bambang, seorang karyawan di
Tangerang yang orang tuanya masih tinggal disana. Bambang bilang kalau
pamannya bisa mengantar me-lihat2 bekas tambang yang letaknya engga jauh
dari base camp tersebut.

Karena saat itu sudah terlalu siang, dan diperkirakan akan terlalu malam kalau
pulang lewat Pelabuhan Ratu maka kami putuskan untuk kembali ke Tangerang
lewat jalan yang sama yaitu lewat Malingping lagi.

Setahun kemudian, barulah kami kembali ke Bayah, kali ini dengan persiapan
matang mencoba tembus ke Pelabuhan Ratu dan akan menginap di Cipanas.

Di kota Bayah itu, kami sempat ragu2 apakah mengambil rute Cibareno yang
lebih pendek ( 20 km ) ataukah melambung ke Cikotok - Pasir Kurai (yang -
kabarnya hawanya sedingin Puncak) yang lebih jauh yaitu 40 km.
Setelah tanya2, kami memilih lewat Cibareno dan setelah buka bekal makan
siang di pantai Karang Taraje yang menjadi tempat wisata setempat maka
mulailah perjalanan mengarah ke utara menjauhi pantai.
Jalan mulai menanjak dan diujung tanjakan panjang itu kami sempatkan berhenti
karena pemandangan kebawah kearah pantai Karang Taraje itu indah sekali.

Setelah tanjakan itu, kami mulai heran koq jalannya mulai dikit2 rusak,
dan akhirnya jalan yang ditemui adalah jalan yang engga bisa dipilih lagi :
dahulunya sih diaspal tapi sudah tergerus air sehingga disana sini penuh
lubang yang memenuhi jalan yang dalamnya bisa sampai sejengkal.
Perjalanan sejauh 20 km itu boleh dikata 90 % pakai gigi satu !!,
dan konyolnya lagi kami memakai kendaraan Mitsubishi jenis sedan.
(informasi yang kami terima sebelumnya - jalannya mulus !!).

Berbeda dengan perjalanan sebelumnya, selain sekarang berada di-bukit2
penuh pepohonan, juga jarang ketemu orang, jadi mau nanya jalan juga susah.
Rupanya kesengsaraan belum cukup - turun hujan lebat !, membuat suasana
makin mencekam.
Kami sempat bertanya kepada penduduk, mereka bilang :
"didepan sana mobil PC aja kemarin ada yang kebebes".
(mobil PC itu mobil semacam jeep kuno; kebebes = nyangkut).
Tapi karena sudah kepalang jalan jauh maka kami teruskan saja.

Di satu tempat yang sudah begitu jauhnya, saya terhenti karena terkejut
melihat didepan ada jalan menanjak begitu curam dan panjang.
Sebenarnya engga masalah kalau aspalnya mulus, tapi ditempat itu jalan
begitu ber-lubang2 yang menyulitkan untuk mengatur kecepatan.
Kalau sampai salah mengatur kecepatan kendaraan bisa mati mesin dan
mobil bisa mundur tidak terkendali.

Setelah mengumpulkan keberanian, maka mulai maju tetap dengan gigi
satu - zigzag menghindari lubang2 itu, tapi ditengah tanjakan ada lubang2
memenuhi lebar jalan, begitu rapat sehingga saya ragu mau kemana
dan mesin mati !!
Mobil benar saja mundur karena tanjakan itu benar2 curam, dan hampir
saja roda belakang terjerumus masuk selokan pinggir jalan.

Kami turun dulu dari mobil, ambil nafas lega dulu, dan berunding apakah
kita terus atau menyerah balik.
Kami tidak bisa lama2 disitu karena dibawah tanjakan sudah ada mobil
truk yang nunggu mau nanjak juga.

Akhirnya karena sudah agak sore, maka diputuskan nekat teruskan saja.
Mobil digeber paksa sampai bannya ber-decit2 berasap - dijalankan
zigzag masuk keluar lubang, dan lega sekali akhirnya sampai juga kepuncak
bukit itu.

Dan astagaaa !!! ---- dari puncak bukit itu terlihat pantai Pelabuhan Ratu
jauh dibawah, dengan Samudra Beach Hotel tampak kecil dikejauhan.
Pemandangan dari posisi itu kearah teluk Pelabuhan Ratu indah sekali,
pantainya yang melengkung dengan bangunan hotel tampak sebesar kotak
korek api - sungguh sangat indah mengesankan.

Kami benar2 sangat lega, apalagi kalau mikir betapa konyolnya kalau
tadi kami menyerah balik lagi ke Bayah.
Dan kemudian kami sampai geleng2 kepala karena tidak saja jalan setelah
puncak bukit kembali mulus tanpa lubang2 , juga karena setelah menuruni
tanjakan itu - hanya beberapa menit kemudian sudah menemui pertigaan
ke Cisolok.
Bayangkan kalau tadi kita nyerah engga memaksa mencoba menyelesaikan
tanjakan itu.

Setelah beristirahat di Cisolok, kami meneruskan ke Pelabuhan Ratu -
Sukabumi dan sekitar jam 20 tiba di Cipanas.

Friday, July 1, 2005

JiuZhaiGuo Valley - China.


Danau besar yang berada di
ketinggian 3103 meter - panjangnya 7,5 kilometer dan
dalamnya 80 meter.

JIUZHAIGOU VALLEY :


inilah highlight perjalanan kami ke China kali ini, satu tempat yang
sangat kesohor indahnya - berikut ini kutipan dari brosur :
In the south part of Minshan Mountains, JiuZhaiGou is located in
JiuZhaiGou county of Arba Tibetan & Qiang Autonomous Prefecture
of Northwestern Sichuan, with elevation of 2000 - 4300 meters.

JiuZhai Gou (nine villages gully) derives its name from the nine
villages in the gully.
Its main attractions are alpine lakes and waterfalls.
As a scenic area, JiuZhaiGou is well known for its lakes, water-
falls, beaches, rivers, snow covered mountain peaks, forests and
local Tibetan customs.

On 14th December 1992, it was approved to be one of the world
natural heritages by the United Nations Educational Scientific
and Cultural Organization.
In 1997, JiuZhaiGou was designated into the Man & Biosphere Net-
work of Unesco.

Rupanya diwilayah seluas 720 square kilometers itu, baru tiga lembah
yang dibuka untuk umum.
Disini bisa ditemui 17 waterfalls, dan banyak sekali danau.
Tapi banyak larangan antara lain merokok, menyalakan api, dan
membuang sampah sembarangan - jadi wilayah ini benar2 dijaga
kebersihannya dan agar tidak terjadi kebakaran hutan.

Pintu gerbang masuk hanya berjarak 5 menit perjalanan dari hotel
dengan bus, tapi bus kami itu tidak boleh masuk kedalam lembah.
Untuk memasuki lembah yang luas itu disediakan 250 bus, dengan
200 orang tour guide
Bus itu ada dua macam, yang besar merupakan bus shuttle yang akan
berhenti diberbagai tempat tujuan - cuma repotnya setiap mau naik
lagi harus antri yang bisa memakan waktu.
Untuk itulah kami telah memesan bus khusus yang kecilan, pas muat
20 orang, yang nantinya akan seharian mengantar kami pergi keber-
bagai tempat itu.

Kami berjalan kaki dulu dari tempat parkir bus kami menuju
entrance lembah, dan terlihat gerbang masuk dikejauhan yang mirip
dengan deretan gerbang tol di jakarta.
Dibelakangnya terlihat jalan beraspal yang membelah lembah,
di sebelah kiri gerbang ada tokodan toilet yang bersih -
ketinggian entrance ini 1990 meter dpl.

Setelah antri (cukup banyak turis, tapi engga ada yang kulit putih)
kami naik bus yang disediakan dan mulai memasuki lembah itu.
Jalan mulus sekali, pemandangan mirip perjalanan ke SongPan
yaitu berjalan sepanjang lembah dengan kiri kanan diapit pegu-
nungan, menyusuri sungai kecil yang kadang2 menjadi danau kecil
yang airnya luar biasa jernih berwarna biru kehijauan.

Bedanya adalah gunungnya tidak gersang berbatu, tapi banyak
pohon cemara yang berwarna hijau diselingi pohon lain yang daun-
nya berwarna putih, kuning sampai kemerahan, indah sekali.

Dari peta yang diberikan terlihat bahwa jalan didalam lembah ini
berbentuk Y, dimana sepanjang jalan itulah banyak obyek wisata,
baik air terjun - danau - maupun sungai.

Jalan terus menanjak, dan setelah satu jam barulah kami tiba
ditempat yang paling jauh dulu yaitu Long Lake yang berada di
ketinggian 3103 meter; danau ini panjangnya 7,5 kilometer dan
dalamnya 80 meter.
Ditempat ini banyak sekali turis sehingga agak sulit mencari
posisi yang bagus utk berfoto.
Banyak teman yang menyewa pakaian khas Tibet untuk berfoto
dengan latar belakang danau yang indah itu.
Bisa juga berfoto dengan naik binatang khas Tibet yaitu Yak.

Diudara yang dingin (11 derajat), tentu tidak lupa mencari
toilet, ternyata ada banyak toilet yang berupa bangunan empat
segi panjang dari bahan seng yang pada masing2 sisi ada sekitar
10 pintu.
Toiletnya modern, tidak disediakan air sama sekali - closet-nya
saya lihat dibagian dalamnya dilapisi plastik, dan begitu kita
tekan tombol flush-nya, ternyata bukan air yang keluar seperti
biasa tapi justru plastik itu bergeser masuk kedasar closet digantikan
dengan lapisan plastik yang baru/bersih, gratis tidak ditarik bayaran.

Tempat berikutnya adalah MultiColor Lake - bis berhenti ditepi
jalan dan kami harus menuruni jalan yang cukup curam tapi tidak
jadi masalah karena sudah dibuatkan tangga yang rapih, dan yang
penting adalah kerepotan menuruni tangga itu terbayar dengan
pemandangan yang sangat indah yaitu :
kolam yang airnya luar biasa jernih dengan warna biru kehijauan,
hanya sayang sekali airnya sedang tidak banyak.
Air kolam ini tidak boleh diminum, karena banyak mengandung
mineral yang berbahaya.

Kemudian mengunjung berbagai air terjun :
Pearl Beach Fall; Nourilang Fall; Suzheng Fall.
Yang khas adalah air terjun itu tidak langsung terjun kedasar tapi
jatuh dulu ke bebatuan dibawahnya secara ber-tingkat2, tapi
sayang sekali saat itu airnya tidak banyak, jadi tidak tampak
seindah video komersial nya.

Tempat lain yang unik adalah sungai2 kecil yang mengalir diantara
pepohonan, airnya sangat jernih mengalir di-sela2 pohon besar
maupun semak2, tempat yang bagus sekali untuk yang hobby foto.

Ada banyak danau yang mempunyai nama yang eksotis, Panda Lake
yang besar dan airnya agak dalam, Potted Lake dimana didanau itu
banyak pohon2 kerdil/bonsai, Sleeping Dragon Lake dll.

Pejalan kaki bisa dengan mudah dan aman berjalan santai termasuk
menikmati keindahan obyek wisata yang dinamai Pearl Beach Fall :
turun dari bus kami berjalan diatas jembatan kayu itu yang melin-
tasi sungai yang dangkal yang tidak disangka adalah bagian atas/
awal dari air terjun yang lumayan tinggi.
Setelah menyeberang maka tiba disudut atas air terjun, lalu menuruni
tangga sampai kedasar dan bisa melihat air terjun itu dari bagian bawah.

Disuatu tempat bus berhenti dan jauh disebrang danau tampak dinding
tebing yang unik sekali : ada gambar wajah pria disitu !

Hal lain yang menarik dari pengelolaan tempat ini adalah kebersihan
yang tampaknya sangat dijaga.
Selain banyak disediakan WC yang bersih dan gratis, di-mana2 ada
tempat sampah dan di-mana2 pula ada petugas kebersihan.
Kabarnya seluruh pegawainya ada 1000 orang.

Sore hari barulah kami puas keliling2, dan saat meninggalkan gerbang
kawasan terlihat tinggal sedikit pengunjung yang masih ada -
rupanya kami keasyikan sehingga termasuk pengunjung yang terakhir
meninggalkan lembah yang cantik ini.