Tuesday, June 28, 2005

"Cruise" di Sungai Mekong - PhnomPenh




Kota PhnomPenh dialiri oleh sungai TonleSap yang bertemu dengan
sungai Mekong persis didepan Royal Palace, dan disepanjang sungai
TonleSap itu ada boulevard yang sebenarnya cukup indah dengan
sederetan pohon dan bunga2.
Disisi lain dari boulevard itu ada deretan pertokoan dan banyak sekali
restoran yang kelihatannya ditujukan untuk turis , cuma sayang banyak
pengemis yang langsung menyambut dan mengikuti kita.

Ditempat itulah kami memulai cruise di sungai Mekong, tapi berbeda
dengan di sungai Saigon yang kapalnya lumayan besar maka kali ini
cuma naik perahu kecil dari kayu .
Turun dari tepian ke perahu juga dengan cara meniti papan kecil saja,
sehingga perlu extra hati2 agar tidak terjatuh keair.
Sungai Mekong yang airnya hijau itu lebarnya sekitar 700 meter,
dan perjalanan sekitar satu setengah jam ini akhirnya membosankan
karena lalu lintas di sungai sepi dan kiri kanan hanya terlihat tepian
sungai berupa tanggul setinggi 6 meter.
Malahan kami direpotkan menutupi kepala karena angin lumayan keras.

Setiba di tujuan kami melongo karena boat cuma merapat saja ketepian
sungai yang tanggulnya tinggi sekali itu - berarti kami harus turun dari
perahu kepinggir sungai lalu mendaki tanggul setinggi itu.
Buat peserta pria tentu tidak jadi masalah, tapi buat ibu2 tentu tidak
mudah.
Dimulai dari meniti papan yang menghubungkan boat ke tepi sungai,
dilanjutkan mendaki keatas daratan.
Untunglah saya dan beberapa pria tidak jadi berpisah pergi ke Killing
Field , karena ibu2 tanpa dibantu peserta pria akan kesulitan sekali
turun naik itu.

Setelah susah2 naik, ternyata hanya diajak memasuki kampung yang
penduduknya mempunyai usaha membuat kain tenun.
Kami sempatkan melihat kegiatan menenun dan membeli kain tenun
dari banyak penduduk setempat yang datang ber-bondong2 men-
jajakan beraneka ragam kain tenun.
Kami menolak untuk melanjutkan jalan lebih jauh lagi kedalam
kampung itu, kemudian balik ke boat untuk kembali ke kota Phnom
Penh.

Untunglah acara yang terasa buang waktu saja itu ( Benny ngedumel
berat, gua bilang juga mendingan kita ke Killing Field katanya) - ditebus
dengan makan siang di hotel Micasa yang sejuk, dengan pemandangan
ke sungai Mekong, sambil menikmati buffet yang beranekaragam :
menu international - Jepang - Eropa - Asia,
termasuk kerang Oyster segala.

Sore hari atas permintaan Benny ada tour tambahan yaitu mengunjungi
sebuah Casino terapung yang berada di tepian sungai Mekong.
Semua peserta ikut masuk kedalam kapal besi yang lumayan tinggi
besar, ruang casino-nya tidak terlalu luas, dan dalam 15 menit saja
Benny sudah kehilangan 300 US dollar.
( malam harinya Benny rupanya balik lagi, dan esoknya dia cerita
kalau uang dikantongnya tinggal uang rupiah saja).

Malam hari saya menghabiskan waktu dengan ngobrol dengan Mr.Son,
lalu menonton TV yang banyak channelnya termasuk RCTI dan Indosiar.
Adik saya menilpon untuk melihat satu channel, dimana raja Sihanouk
sedang menyanyi diiringi musik kamar - rupanya suaranya cukup merdu
dan perasaan saya terbawa juga menikmati lagu2 bahasa Perancis yang
dinyanyikannya dengan suara yang sendu itu.

Asinan Benteng Ny.Yance.

Rating:★★★★
Category:Other
Asinan Benteng Ny.Yance.

Suatu siang bulan lalu, saat berada dikantor - HP saya bunyi
dan terdengar suara Nathalia, rekan Jalansutra yang tinggal
di Pantai Indah Kapuk.
Nathalia dan suaminya Lokas, yang hobby berburu makanan
enak "sampai keujung dunia" rupanya sedang berkendara
didalam kota Tangerang - mau makan Asinan Benteng yang
didepan Bendung Sengego katanya.
Saya sempat heran juga, koq bisa tahu Asinan yang memang
sudah ada sejak jaman saya masih SD itu.

Rupanya walaupun pernah kesitu - mereka nyasar agak jauh,
saya lalu sarankan engga usah nyari-nyari kesana karena
Asinan Benteng favorit saya justru engga jauh dari lokasi
mereka berada saat itu.
Mereka setuju, maka saya arahkan mereka menuju kelokasi
Asinan Benteng Ny.Yance.

Sekitar sejam kemudian Nathalia nilpon lagi :
Wuaaah, nyuesel sayah !! kenapa engga dari dulu tau ada
asinan yang rrruaaar biasa sedepnya inihh !!
Saya coret abis deh Asinan Sengego dari daptar sayah, katanya.

Memang Ny.Yance bisa membuat Asinan Bentengnya sungguh
sedap, padahal bahannya biasa2 saja.
Komponen utamanya :
Lobak - wortel - toge - sayur asin - ketimun - kol,
diramu dengan irisan tahu kuning dan kentang rebus .
Bumbu kacang yang diulek dengan cabe merah, ebi dan
dibubuhi pula dengan cuka, garam, gula pasir, cairan gula merah -
dituangkan diatas sayur2an segar tadi
Terakhir ditambahkan remasan kerupuk kuning dan diawuri
kacang tanah goreng.

Asinan Benteng Ny.Yance :
Jl. Saham No: 23 (sebelah Fransiska Salon)
Telpon : (021) 5522789.
Tangerang.
Buka jam : 10.00 - 16.00 ( Minggu Tutup ).


Saturday, June 25, 2005

Chiou-Thau Alex & Ratna, Sabtu 11 Juni 2005




Chiou-Thau Alex & Ratna, Sabtu 11 Juni 2005,
Modernland Tangerang.

Semula rangkaian acara pernikahan Alex & Ratna dipusatkan
pada hari Minggu 12 Juni 2005, yaitu diawali pagi hari dengan
acara Teepai dirumah saya Jl.Mt Haryono 12 Tangerang,
dilanjutkan Catatan Sipil sekaligus Pemberkatan di Gereja
Santa Maria Tangerang, dan sore harinya resepsi bertempat
di Gading Raya Serpong Sport Club.
Jadi tidak ada acara Chiou-thau, karena waktunya sudah penuh.

Mama saya kecewa karena Mama yang merupakan penerus Oma
adalah pemilik persewaan baju pengantin Chiou-Thau itu,
yang tentunya bangga sekali kalau cucunya juga memakainya.

Dua minggu sebelum hari pernikahan, mama sakit dan sempat
dirawat beberapa hari di Rumah Sakit, maka untuk menghiburnya -
Alex dan Ratna bilang mau memakai pakaian Chiou-Thau pada
hari Sabtu 11 Juni.

Wuaah, Mama yang baru kembali dari RS terlihat girang banget,
sampai-sampai saya kasih batasan bahwa acaranya hanya yang
simple saja, tidak pakai acara makan dua belas mangkok segala.
Jadi hanya boleh dipakaikan baju penganten Chiou-thau lalu difoto
dan selesai, diadakannya juga dirumah Mama saja dan tidak perlu
mengundang banyak orang - jadi dihadiri kerabat dekat saja.
Tujuannya adalah agar Mama tidak terlalu lelah.
Mama sih mengiyakan, tapi saya sudah curiga dia cuma iya doang -
ternyata memang benar karena diam-diam semua prosedur
Chiou-Thau disiapkannya juga

Hari Jumat saya dapat kabar, bahwa ortu Ratna mau hadir juga -
rupanya di Cirebon tidak lazim ada acara ini, sehingga mereka ingin
menyaksikan acara unik ini.

Jumat malam ponsel saya bunyi, rupanya dari pak Bondan Winarno -
beliau bilang Minggu sore akan take-off ke Paris untuk nonton
Airshow, sehingga diusahakan Minggu siang akan hadir di acara
gereja, setelah itu akan langsung ke Airport.
Saya tentu senang dan berterima kasih sekali, tapi saya bilang jangan
dipaksakan untuk hadir mengingat beliau akan perjalanan jauh ke Paris.
Malam-nya saya e-mail beliau, menjelaskan urutan acara Minggu siang
dan sampaikan juga bahwa Sabtu jam 10 ada acara Chiou-Thau.
Sabtu pagi ponsel saya bunyi dan terdengar lagi suara pak Bondan,
yang bilang bahwa akan hadir di acara Chiou-thau itu.

Tepat jam 10 Ratna digandeng kedua ortu-nya menuju ruang tengah
dimana tukang rias sudah menanti, dan mulailah rangkaian acara
yang dimulai dengan adiknya menyisir rambut Ratna secara simbolis.
Lalu dipakaikan berbagai aksesoris yang aduhai banyaknya.

Bajunya juga berlapis-lapis, ini baju terbaik yang khusus sudah sekian
lama disiapkan oleh Mama, sambil ditonton sekian banyak pasang
mata keluarga dan tetangga -
fihak besan menaruh "uang pelita" di nampan didepan Ratna.

Akhirnya lengkaplah Ratna tampil dalam baju kebesarannya yang
cantik warna hijau merah dengan mahkota kembang goyang dan
untaian manik2 menutupi wajahnya.

Gantang dan kursi lalu disingkirkan dan meja untuk acara berikutnya,
yaitu acara "makan dua-belas mangkok" disiapkan.

Kedua orang tua Ratna dengan dipandu tukang rias mulai menyuapkan
secara simbolis makanan itu, melambangkan untuk terakhir kali ortu
menyuapi anaknya - sekarang memasuki babak baru, yaitu :
kehidupan berumah tangga.
Event unik ini tentu diabadikan oleh beberapa "mat kodak" termasuk
pak Bondan - "mat kodak" istimewa yang sudah menyempatkan
datang jauh-jauh dari Bukit Sentul Bogor.

Selesai acara Ratna, dibawa masuk kamar, dan sekarang giliran Alex
yang tadinya "disembunyikan" dikamar lainnya.
Acaranya sama, hanya tentunya tidak serumit Ratna karena hanya
pakai topi cetok dan jubah hitam saja.

Diluar skenario semula, yaitu sesederhana mungkin agar mama tidak
terlalu capai, ternyata malah mama mempersiapkan semuanya -
termasuk acara Sawer segala - jadi penganten dipertemukan dan
disawer oleh opa/omanya dipintu masuk, suasana jadi riuh rendah
gembira karena anak-anak berebut coin yang disawerkan keatas
pasangan pengantin.

Acara yang penuh keceriaan ini ditutup dengan makan siang bersama.


Wednesday, June 22, 2005

Mesjid/Kathedral dalam Kathedral/Mesjid - Cordoba Spain.


dikawasan Yahudi dekat Mezquita ada patung Maimonides

Perjalanan dari Granada menuju Cordoba sebenarnya membosankan
karena sepanjang jalan biasa/bukan jalan tol itu yang terlihat hanyalah
pebukitan gundul, dengan sesekali melewati perkebunan olive/zaitun.
Tapi tentu hal ini tidak menyurutkan semangat kami yang ingin segera
tiba disana dan memasuki highlight-nya Cordoba :
Mezquita - The Cathedral and historic Mosque of Cordoba.
Kami ingin melihat langsung untuk bisa menjawab pertanyaan tentang
bangunan luar biasa itu, yaitu apakah lebih tepat disebut :
Mesjid didalam Kathedral ataukah Kathedral didalam Mesjid.

Seperti halnya kota-kota lain di wilayah-wilayah yang berbatasan
dengan Laut Mediterrania, maka sejak dahulu silih berganti bangsa
Carthagia, Roman, Moor, Raja-raja Eropa menguasai Cordoba.
Dengan demikian bukan saja istana disana silih berganti penghuni,
juga bangunan peribadatan megah diwilayah itu saling berganti fungsi.
Di Istanbul Turki, berdampingan dengan Blue Mosque terdapat
Aya Sopha - sebuah mesjid besar yang dibeberapa bagian dindingnya
masih bisa terlihat sisa-sisa lukisan Kristen, yang menandakan dulunya
bangunan itu adalah sebuah gereja.

Sedangkan di wilayah Andalusia dari Semenanjung Iberia, beberapa
mesjid besar sebaliknya beralih menjadi kathedral -
yang paling terkenal adalah yang berada di Cordoba ini -
yang sekarang akan kami kunjungi yaitu :

The Mezquita Cathedral :
Dijaman kekuasaan Sultan Abderraman I, ditahun 788 -
kalifah pertama ini membangun mesjid ini diatas fondasi bekas
Basilica of San Vicente.
Bahan untuk membangun mesjid seperti tiang-tiang marmer-nya
sebagian diambil dari bekas bangunan Basilica tersebut.
Sultan berikutnya meneruskan pembangunan mesjid, dan
membangun sebuah minaret megah melengkapi mesjid besar ini.
Dua kalifah berikutnya memperluas bangunan kesatu arah menjadi
satu bangunan yang berbentuk empat segi panjang, yang luasnya
menjadi tiga kali lipat semula.
Selain itu dibangunlah sebuah Mihrab yang indah sekali.
Terakhir, Sultan Almansor membangun lagi sebuah bangunan besar
yang persis seukuran bangunan yang sudah ada, tapi pada posisi
berdampingan dengan bangunan induk sehingga sekarang Mihrab
tidak lagi persis berada ditengah dari keseluruhan ruangan.

Setelah tiga jam berkendara sampailah di kota Cordoba ini, dan
sehabis makan siang mulailah kami berjalan kaki memasuki
kawasan pemukiman yang tampak sudah tua sekali.
Ternyata itulah Juderia - kawasan Yahudi yang sudah kuno sekali,
sangat menyenangkan berjalan santai diudara sejuk, menelusuri jalan
sempit berbatu beriringan dengan banyak turis manca negara lainnya.
Disatu jalan kecil terlihat papan nama Sinagoga - inilah salah satu
dari tiga buah sinagoga yang tersisa di Spain, atau satu-satunya
Sinagoga yang masih ada di kawasan Andalusia.
Sayang seorang berbadan tegap berdiri menghadang dimuka pintu,
sehingga kami hanya bisa puas dengan melongok saja kedalam dari
muka pintu Sinagoga tua itu.

Disatu sudut jalan yang asri, bergantian dengan para turis lain,
kami sempatkan berfoto didepan patung perunggu Maimonides -
the famous Jewish doctor and philosopher who filled Medieval
culture with his knowledge.(foto)

Berbeda dengan Jewish Section di Maroko yang kumuh,
rumah tembok disini masih terawat rapih, malah disatu lorong yang
dinamai De Las Flores Lane tampak banyak turis mengagumi
lorong sempit pendek dengan patio kecilnya itu karena dinding
rumah-rumahnya banyak digantungi pot2 bunga -
asri dan nyaman sekali. (foto)

Keluar dari kawasan Yahudi itu langsung mata kami terpaku ke
minaret The Mezquita - tinggi besar dan terkesan sudah tua sekali,
tapi masih terlihat cantik. (foto)
Perjalanan diawali memasuki lapangan luas disisi luar bangunan
induk Mesquita, yang disebut Patio of Orange - karena di lapangan
itu banyak pohon jeruk dan palem, ada beberapa pancuran yang
tentunya dulu tempat mengambil air wudhu.
Didepan kami terlihat tembok/dinding panjang dari bangunan induk,
dimasa lampau dari situlah orang memasuki Mezquita.
Tapi sekarang tampak sekian banyak gerbang masuk didinding itu
sudah ditembok - rupanya dibagian dalam dinding itu sekarang
sudah dibangun banyak kapel-kapel kecil.

Dengan anthusias mulailah kami antri untuk memasuki Mezquita
yang ukurannya aduhai : 180 kali 130 meter, dan dulunya konon
bisa muat dipakai bersembahyang sekaligus 30.000 orang.
Melewati gerbang besar satu2nya, kami terperangah melihat
ruangan yang begitu luas dengan tiang2 marmer begitu banyaknya
memenuhi ruangan -
seakan2 kita berada dihutan lebat penuh batang pohon.
Ruangan terasa sekali kunonya karena selain atapnya tidak terlalu
tinggi, juga penerangannya temaram saja. (foto)

Kami berjalan pelan-pelan memasuki ruangan sambil mengagumi
pemandangan yang unik - tampak sekitar 800-an tiang marmer
langsing itu menopang kolom-kolom balok lengkung berbentuk
busur yang semuanya dicat seragam garis-garis merah - putih,
mirip sekali dengan garis loreng-lorengnya tubuh Zebra. (foto)

Terbayang dijaman dulu itu , ribuan orang memasuki ruangan
luas itu dari arah patio, melalui sekian banyak pintu gerbang -
(sekarang sudah ditutup kecuali satu gerbang yang tadi kami masuki)
lalu menghadap kearah Mihrab yang tampak elok sekali.
Dome dari Mihrab terbuat dari single block of marble yang berukir
dan dilapisi emas, begitu pula dengan dindingnya yang penuh mozaic
berlapis emas - bergaya Byzantine.(foto)

Dibagian ruangan yang paling tua/yang mempergunakan sisa bangunan
Basilica of San Vicente tampak berbagai tiang marmer besar bergaya
Graeco - Romans, Egyptian, Visigothic style, membentuk gapura
bergaya Arab yang melengkung penuh ukiran kaligrafi.

Pada tahun 1236 Cordoba dikuasai oleh Raja Ferdinand III ,
dan pada tahun 1523 dibangunlah sebuah Royal Chapel persis
dibagian tengah bangunan Mezquita.
Untuk itu sebagian atap bagian tengah mesjid dirombak menjadi
tinggi seperti lazimnya atap sebuah katedral.
Tapi secara keseluruhan Mezquita ini masih seperti awalnya karena
hanya sebagian kecil saja dari ruangan luas itu yang diubah total.
Disekeliling dinding bagian dalam Mezquita juga dibangun sebanyak
56 buah kapel kecil-kecil.

Nah, yang pas sebutannya gimana nih :
Mesjid didalam Kathedral ataukah Kathedral didalam Mesjid ??

Yang pasti, bangunan luar biasa antik dan unik ini telah ditetapkan
sebagai :

Unesco's World Heritage -
Warisan dunia untuk anak cucu yang perlu dijaga kelestariannya..

Tuesday, June 21, 2005

Jokes : I though you were the father of one of my children.

 


 A man standing in line at a check out counter of a grocery store
was very surprised when a very attractive woman behind him said,
"Hello!"  Her face was beaming.


He gave her that "who are you look,"
and couldn't remember ever having seen her before.


Then, noticing his look, she figured she had made a mistake
and apologized.
"Look," she said "I'm really sorry but when I first saw you,
I thought you were the father of one of my children,"
and walked out of the store.


The guy was dumbfounded and thought to himself,
"What the hell is the world coming to?
Here is an attractive woman who can't keep track of
who fathers her children! "


Then he got a little panicky. "I don't remember her,"
he thought but, MAYBE....during one of the wild parties
he had been to when he was in college,
perhaps he did father her child !


He ran from the store and caught her in the parking lot
and asked,
"Are you the girl I met at a party in college and then
we got really drunk and had wild crazy sex on the
pool table in front of everyone?"


"No", she said with a horrified look on her face.
" I'm your son's second grade teacher "


 

Saturday, June 18, 2005

Makam Pengelana yang terus berkelana - Sevilla Spain




Siapa sih yang belum pernah dengar nama beken Christopher Columbus,
penjelajah asal Spanyol yang menemukan dunia baru yaitu benua Amerika.
Tapi tentu tidak banyak yang tahu kalau setelah meninggal dunia,
ternyata makamnya juga masih terus menjelajah kesana kemari.

Dalam sebuah katedral dikota Sevilla, akhirnya penjelajahan makam
penjelajah hebat ini berakhir - setelah berpindah sampai empat kali.

Sevilla yang merupakan ibukota wilayah Andalusia, adalah kota terbesar
keempat di Spanyol ( setelah Madrid - Barcelona dan Valencia).
Sebuah kota tua yang pernah sekian kali berganti penguasa -
sejak jaman Romawi, dan pernah pula dikuasai oleh para Sultan .

Dikota inilah Sultan Almohad pada tahun 1170 -1182 mendirikan
sebuah Great Mosque, dengan Minaretnya - (yang kini disebut Giralda )
sebuah menara yang dikatakan :
The Most Beautiful and Admired Towers in the World.
Tower indah setinggi 117 meter ini terbuat dari batu bata merah dan
separuh bagian atasnya banyak dihiasi relief bergaya Arab.
Minaret cantik ini mempunyai Sister Towers yang berada pada dua kota
besar Maroko :
Rabat - The Hassan Tower (foto) dan Marrakesh - The Kutnbis Tower.

Dengan pupusnya kekuasaan Sultan, maka tahun 1401 Minaret ini beralih
fungsi menjadi menara sebuah Katedral yang dibangun disebelah lokasi
dari Great Mosque itu.
Sekarang dipuncak Giralda tampak ada empat buah teras sesuai
dengan bentuk persegi tower besar ini dan tampak beberapa buah genta
besar terpasang disana.

Dalam udara dingin sekitar 8 derajat kami berjalan kaki mendekati
katedral terbesar ketiga didunia itu ( setelah Gereja St.Peter di Vatican
dan St.Paul di London ), dan pandangan kami terpaku ke Giralda yang
tampak tinggi besar dan anggun sekali (foto).

Setelah membeli karcis maka kami memasuki katedral bergaya Gothic
yang dinamai Santa Iglesia Cathedral, dan kami terkagum-kagum melihat
Capilla Mayor, sebuah altarpiece/background altar berukuran raksasa
(220 square meters) sehingga dikatakan the largest in the world.(foto)
Kami lama berdiri didepannya menikmati gigantic retablo yang penuh sesak
dengan ribuan ukiran yang menceritakan perjalanan hidup Jesus Kristus.
Ukirannya begitu detail dan cantik - merupakan karya seni abad 15,
yang sangat bernilai tinggi buatan 26 artis berbagai belahan dunia.

Disatu pojok lain katedral yang luas itu terlihat patung besi empat satria
berukuran raksasa, berbaju kebesaran dengan gagahnya berdiri diatas
sebuah podium sambil mengusung sebuah keranda besi yang konon
berisi jasad Columbus.(foto)
Dua satria yang didepan mukanya menengadah sambil memegang tongkat,
sedangkan satria yang dibelakang justru agak menunduk.
Walaupun muka patung itu ganteng dan cukup hidup - tetap terasa
menyeramkan, maklum kan disitu juga ada peti mati .

Columbus awalnya dimakamkan di kota Badajoz dekat Madrid Spanyol,
lalu berpindah ke La Cortuja Monastery Sevilla.
Setelah sempat beristirahat 30 tahun disana maka sesuai dengan
Surat Wasiat Columbus - jenasahnya dipindah ke Dominika.
Ternyata belakangan kekuasaan Spanyol atas Dominika lepas, maka
jenasah terpaksa dipindah ke Cuba.
Sempat menetap selama 160 tahun disana, eh kekuasaan Spanyol
disanapun lepas juga, maka jenasah dipindah lagi dari Havana Cathedral
ke Spanyol pada tahun 1898, dan sampai sekarang berada didalam
St.Iglesia Cathedral di Sevilla ini.

Tapi belakangan ada claim dari Dominika, bahwa saat orang Spanyol
dulu ter-gesa2 mengambil jenasah Columbus itu telah terjadi kekeliruan .
Yang terangkut bukanlah jenasah Columbus, tapi jenasah anaknya !! ,
yang kebetulan dimakamkan berdampingan dengannya di Dominika itu.
Nah lho, masih mau mengembara kemana lagi nih.

Saat berjalan menuju keluar katedral, saya lihat ada orang keluar masuk
dari sebuah pintu, ah ternyata itu jalan keluar masuk ke Minaret/Giralda.
Tentu saya tidak mau melewatkan kesempatan untuk naik kepuncaknya.
Tapi istri saya sempat mogok engga mau ikut karena melihat naiknya
tidak melalui tangga seperti lazimnya, tapi berupa jalan yang landai.
Dia khawatir terpeleset, apalagi menara tingginya 120 meter dan terdiri
dari 35 tingkat.
Tapi rasa penasaran/ingin tahu mengalahkan kekhawatirannya, maka
dengan setengah dipapah mulailah naik menapaki jalan landai itu,
sambil beriiringan/berpapasan dengan banyak turis lainnya.
Uniknya berbeda dengan menara lain yang biasanya berbentuk bulat,
menara ini berbentuk persegi dengan ukuran 10 kali 10 meter, maka
perjalanan kami belok-belok mengikuti bentuk bagian dalam menara.

Sebenarnya naik dengan menapaki jalan landai lebih ringan ketimbang
menaiki undakan tangga, tapi karena harus memegang erat tangan istri
saya yang khawatir terpeleset maka akhirnya lumayan cape juga,
tapi semua terbayar setelah menikmati pemandangan yang indah dari
teras puncak menara ke keseluruh kota Sevilla (foto).


bersambung :

Mengunjungi makam Vasco da Gama - Lisbon.

Thursday, June 16, 2005

Angkor Wat - Siem Reap Cambodia.




Tak disangka ditempat begini tenang telah terjadi penyanderaan anak sekolah international, selama 6 jam yang berakhir dengan tewasnya seorang anak Kanada.

Angkor Wat - Siem Reap Cambodia.


 


Menuju Siem Reap ( Jumat, 7 Maret 2003 ) :


Kami mengikuti proses check-in di airport PhnomPenh dengan
penuh perasaan was-was karena local guide kami memberi kabar
yang mengejutkan bahwa Siem Reap Air ( perusahaan penerbangan
lokal milik Kamboja ) yang akan menerbangkan kami ke kota
Siem Reap hanya memperbolehkan bagasi seberat 10 kilogram saja
per penumpang !!


Untungnya operator manager dari biro tour setempat membantu
kami dalam proses check-in itu, dan ternyata dengan negosiasi
bawah meja akhirnya bagasi bisa lolos semua.
Dan kami bisa memasuki ruang tunggu airport domestik yang kecil
dan sederhana sekali.
Saking kecilnya ruang tunggu itu, sampai sampai pemberitahuan
untuk naik ke pesawat engga pakai loudspeaker - cukup pakai
teriakan saja.
Kami jalan kaki menuju pesawat TR 72 yang sebenarnya kurang
saya sukai karena pesawat turboprop itu selain sempit.
(konfigurasi kursinya 2 - 2 ) juga mesinnya berisik sekali .


Untung saja kembali terbangnya cuma 45 menit saja karena jarak
dari Phnom Penh ke Siem Reap hanya  314 kilometer saja arah
barat laut.


Banyak sekali turis bule yang ikut  dalam pesawat itu - kabarnya
memang setiap tahun ada sekitar 800.000 orang turis yang datang
ke Siem Reap untuk melihat Angkor Wat -
yang di klaim sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia.


Klaim ini membingungkan karena setahu saya 7 obyek itu adalah :
Grand Canyon- Niagara - Great Wall - Pisa - Piramida - Taj Mahal,
dan satu lagi sudah hancur yaitu Taman Gantung Babylon.
Tapi yang pasti Angkor Wat seperti halnya Halong Bay di Vietnam -
dimasukkan oleh Unesco menjadi salah satu World Heritage .


Sesaat sebelum mendarat terlihat danau Tonle Sap, yang merupakan
danau terbesar di Asia Tenggara karena danau yang panjangnya
sampai 100 kilometer itu, luasnya 10 ribu kilometer persegi.
Sungai Tonle Sap yang berasal  dari danau ini mengalir keselatan
membelah wilayah  Kamboja dan nantinya juga membelah kota
Phnom Penh untuk kemudian bergabung dengan sungai Mekong.
Saat musim hujan, air dari sungai TonleSap mengalir memasuki sungai
Mekong - bergabung menuju ke laut, tapi saat musim kering justru air
dari sungai Mekong sebagian mengalir kearah danau TonleSap.


Kota Siem Reap yang hanya berjarak 8 kilometer saja dari airport,
dihubungkan dengan sebuah jalan tidak terlalu lebar, tapi disepanjang
jalan itu sudah terlihat banyak hotel besar kecil - termasuk hotel yang
kami tempati yaitu City Angkor Hotel yang cukup megah.
Belakangan kami baru tahu bahwa pemilik hotel itu adalah Perdana
Menteri Hun Sen.
Pantesan saja ada helipad segala dihalaman depan hotel.


Kota dengan penduduk 100.000 jiwa ini memang tidak terlalu besar.
Tidak terlihat bangunan tinggi; suhu udaranya panas menyengat sekitar
34 derajat, kalau bulan April bisa sampai 42 derajat.


Tapi turisme hidup sekali disini - kota kecil ini dipadati dengan 25 buah
hotel yang lumayan besar2 , 50 guest house; restoran dan souvenir shop.
Dari kota inilah para turis  menuju ke kawasan Angkor Temple yang
hanya berjarak 5 kilometer saja dari kota Siem Rep.


Kawasan Angkor temple ini luas sekali - kabarnya 400 kilometer
persegi sehingga disebut kawasan religious terbesar didunia.
Dalam kawasan itulah ada pagoda Angkor Wat yang dibangun
pada tahun 1113 - 1150.


Selain itu di kawasan Angkor temple, para turis juga mengunjungi
Angkor Thom - kota kuno yang didalamnya ada Baiyun Pagoda.


Sengaja sore hari kami baru meninggalkan hotel menuju ke Angkor Wat -
highlight perjalanan kami di Kamboja, karena selain untuk menghindari
panas matahari yang begitu menyengat, juga untuk menunggu sunset yang
akan menyinari puncak pagoda dengan indah sekali.


Candi seluas 2 kilometer persegi ini, batu2nya diambil dari satu wilayah
yang jauhnya  45 kilometer; begitu banyaknya batuan itu sampai katanya
volumenya sama dengan volume batuan pyramid.


Tiket masuk ke kawasan pagoda ini aduhai : 20 USD.
Tiket ini dibeli saat bus akan memasuki kawasan hutan dimana Angkor Wat
berada, tiket itu tidak boleh hilang selama berada di kawasan ini karena
se-waktu2 ada pemeriksaan, kalau ditemukan tidak mempunyai tiket bisa
kena denda yang tinggi.


Bus kemudian memasuki kawasan hutan, tidak ada bangunan modern
dikawasan luas itu dan terlihat dijaga sekali kelestarian wilayah yang
dilindungi ini.


Bus menurunkan kami di pintu barat dari komplek Angkor Wat, dan kami
harus menyeberangi jembatan batu dulu karena komplek seluas 195 hektar
itu se-akan2 sebuah bentengan berbentuk segi empat yang dikelilingi kolam.


Setelah melewati tembok/ benteng keliling yang pertama maka barulah
kami melihat dikejauhan puncak dari Angkor Wat yang saat itu terlihat
se-akan2 cuma ada tiga puncak pagoda saja.
Ternyata setelah kami melewati pintu tembok/benteng keliling yang
berikutnya barulah kami sadari bahwa kalau kita lihat dari sisi barat laut -
ternyata pagoda itu bukan cuma 3 buah tapi lima buah -
yang melambangkan Five peak of Mount Meru -
yang menjadi lambang Kamboja seperti terlihat di national flag.


Dari sisi barat laut inilah nantinya  kami akan duduk menanti sunset yang
sinarnya akan menjadi kemerahan dan menyinari puncak kelima pagoda
dengan indahnya.


Perjalanan diteruskan memasuki tembok/benteng berikutnya, dan
sampailah di inti dari komplek Angkor Wat itu.
Tampak kelima pagoda itu yang dasarnya berada diketinggian sekitar
12 meter dari pintu masuk benteng terakhir itu.


Tentu kami ingin mendaki/memasuki daerah puncak itu tapi sebagian
besar teman2 menyerah melihat tangga yang begitu curamnya -
sekitar 60 derajat kemiringannya.
Memang tangganya cukup lebar yaitu 3 meter, tapi anak tangganya
kecil-kecil paling cuma sejengkal saja - lagi pula sudah pada somplak2 .
Naiknya juga harus dengan gaya cecak - merayap, mungkin harus
begitu karena menuju tempat yang suci.


Saya segera naik karena penasaran sekali ingin segera mengetahui ada apa
dibagian atas itu - tidak sempat memikirkan bagaimana caranya turun dari
bangunan yang lumayan curam itu .


Begitu sampai diatas saya lihat  istri saya dengan rekan2 duduk2 dibawah,
sewaktu saya mencoba melihat tangga yang saya baru naiki tadi - saya
terkejut karena koq tangganya curam sekali se-akan2 hampir tegak lurus


Benny yang naik menyusul, juga kelihatan kaget sekali -
dia spontan bilang :
Wah Oom - gila tangganya curam banget, gua engga berani turun nih !! .


Saya merasakan telapak tangan saya menjadi basah - rasanya linu
melihat  kebawah kearah tangga batu licin yang hampir tidak kelihatan
anak tangganya - dari atas terlihat se-akan2  tegak lurus saja.


Sudah kepalang ada diatas maka saya jalan dulu saja berkeliling
melihat wilayah paling utama yang lumayan luas juga itu.
Di kawasan ini ada ke 5 pagoda , dengan posisi 1 pagoda utama
ditengah dan 4 pagoda lainnya berada di-keempat sudut mengelilingi
pagoda utama.


Angkor Wat ini semula adalah kuil agama  Hindu, tapi belakangan
pengaruh Hindu kalah oleh Budha, jadi terlihat patung Budha pun
ada di kuil ini yaitu di pagoda utama yang posisinya di tengah itu.


Sisa2 agama Hindu terlihat dari relief2 yang diukir di tembok batu
dari perbentengan yang mengelilingi Angkor Wat.
Sayang sekali warna merah dari relief itu sudah banyak yang luntur,
dibeberapa tempat dimana terlihat masih ada yang berwarna merah -
tampak sekali indahnya relief2 itu.


Selesai melihat patung utama itu saya ketemu Benny lagi yang mem-
beritahu bahwa di tangga selatan kita bisa turun dengan lebih mudah
daripada tangga barat tadi - karena di tangga selatan disatu sisinya
ada pegangan dari besi.
Maka ramai2 kami antri turun dengan berpegangan kepada besi
beton sebesar jempol yang dipasang dipinggir tangga.
Saya lihat para turis itu dengan wajah yang tegang pelan2 merayap
turun dengan berbagai gaya , ada yang gaya miring, ada pula dengan
gaya undur2.


Setelah puas menikmati keindahan dan megahnya lima pagoda itu,
maka kami bergegas keluar untuk mendapatkan lokasi yang baik
untuk pemandangan sunset yang akan menyinari puncak pagoda.


Sayang sekali walau kami sudah stand-by ditempat yang strategis,
saat matahari mulai menghilang di ufuk barat, ada awan tebal yang
menutupi matahari sehingga efek cahaya kemerahan yang diharapkan
tidak muncul;
maka jam 18 kami sudah berangkat lagi menuju kota  Siem Reap
untuk dinner di restoran Baiyun yang unik sekali.


Kami duduk dimeja panjang diudara terbuka, dipinggir stage yang
menampilkan tarian2 tradisional Khmer.
Restoran besar itu penuh turis yang kebanyakan turis barat
(saya perkirakan saat itu ada 300 kursi yang terisi penuh), dan
makanannya pun begitu beragam, cuma sayang sekali kami sudah
mandi keringat karena udara yang panas sekali.
Maka setelah selesai makan tidak menunggu sampai acara tari2an
selesai , segera kembali ke hotel untuk beristirahat.



 

Monday, June 6, 2005

Lapangan TianAnMen


 


Koran Kompas 5 Juni 2005 memberitakan bahwa tanggal 4 Juni
kemarin di HongKong diadakan peringatan Tragedi TianAnMen
yang terjadi pada tanggal 4 Juni 1989.


Membaca berita itu saya teringat kembali tayangan TV yang
spektakuler - seorang asing yang berada dilantai teratas dari
hotel yang letaknya tak jauh dari lapangan itu sempat membuat
rekaman kejadian mengerikan saat Tentara Merah dengan
dibantu kendaraan tank baja menyerbu lapangan TianAnMen
yang malam itu masih dipenuhi mahasiswa prodemokrasi.


Tayangan itu memperlihatkan betapa tank baja seberat itu
berjalan dengan cepat menyerbu ketengah lapangan sambil
terlonjak-lonjak karena menggilas tubuh manusia.
Begitu mengerikannya tayangan itu, sampai-sampai sekian
lama ingatan saya akan kejadian itu masih nempel terus.


Tahun 1997, saat mengunjungi lapangan TianAnMen -
saya sengaja mencoba mencari kira-kira dimana lokasi/tempat
tank menggilas tubuh manusia seperti tayangan yang saya lihat
di TV sekian tahun yang lalu itu.


Setelah jalan kesana kemari, saya menemukan satu titik dimana
pandangan kearah hotel bertingkat terbuka sekali dan saya duga
disitulah lokasi tank saat terlihat di tayangan TV.
(foto pertama)


Tidak jauh dari titik itu, tampak anak2 sekolah yang sedang
bertamasya dibawa gurunya (foto kedua) -
mereka tampak polos dan ceria berpose difoto -
tentu mereka tidak sedikitpun tahu bahwa mungkin saja lantai
tempat mereka duduk itu pernah berlumuran darah.



 

Friday, June 3, 2005

The Fantastic Iguassu Falls - Brasil.


Iguassu, nama yang berasal dari dialek Guarani Amerindian, artinya
"big waters" , diberikan kepada sungai maupun waterfallsnya.
Keunikan waterfalls ini antara lain karena terbentuk dari sekitar 20 buah
waterfalls besar dan kecil, setinggi 250 feet yang suara gemuruh airnya
terdengar sampai bermile-mile jauhnya.
20 waterfalls itu mempunyai nama-nama yang cantik, seperti :
Floriano, Deodoro, Benjamin Constant, 15 de Novembro,
Escondido, Adao e Eva, Kain e Abel, Los Amore, dan lain lain.



The Fantastic Iguassu Falls - South America.

Setelah mengunjungi Buenos Aires dan Sao Paolo, sebelum menuju
Rio de Janeiro kami mengunjungi Iguassu, air terjun yang terletak
pada perbatasan dua negara yaitu Brasil dan Argentina.
Waterfalls ini dijuluki "the world's widest waterfalls" karena lebarnya
mencapai dua kilometer.

Iguassu, nama yang berasal dari dialek Guarani Amerindian, artinya
"big waters" , diberikan kepada sungai maupun waterfallsnya.
Keunikan waterfalls ini antara lain karena terbentuk dari sekitar 20 buah
waterfalls besar dan kecil, setinggi 250 feet yang suara gemuruh airnya
terdengar sampai bermile-mile jauhnya.
20 waterfalls itu mempunyai nama-nama yang cantik, seperti :
Floriano, Deodoro, Benjamin Constant, 15 de Novembro,
Escondido, Adao e Eva, Kain e Abel, Los Amore, dan lain lain.

Waterfalls tersebut juga menjadi semacam batas yang memisahkan
wilayah Brasil dengan Argentina.
Puluhan waterfalls yang airnya berasal dari sungai Iguassu tersebut
letaknya berderetan ter-putus2 , dengan Floriano fall - yang terbesar
dan spektakuler, menjadi kebanggaan Brasil karena letaknya masuk
ke negara tersebut.

Dimusim penghujan dimana volume air sungai meningkat, waterfalls
tersebut bergabung sehingga menjadi satu pemandangan yang menak-
jubkan; sebaliknya dimusim kering menampilkan ratusan cascades -
membentuk landscape yang merupakan kecantikan alam -
tak terlupakan bagi yang melihatnya.

Pesawat yang membawa kami dari Sao Paolo ke kota tujuan kami
yaitu Foz do Iguassu yang berjarak 1000 km dari Sao Paolo,
mendarat pada malam hari, dan sesampainya di hotel kami mendapat
supper (karena sudah terlalu larut untuk disebut dinner); tapi tidak
menjadi masalah karena BBQ ala Brasil yang nikmat tetap membuat
semua peserta berselera menikmati makanan khas Brasil yang
disajikan.
Para pelayan berkeliling mengantarkan bermacam-macam daging
panggang yang ditusukkan pada tusukan panjang dari logam,
kemudian mengiris daging tipis-tipis langsung di piring kami jika
kami menginginkan daging tersebut.

Kota Foz do Iguassu unik sekali karena berada di dekat pertemuan
dua buah sungai yang merupakan batas negara Brazil dengan
Paraguay dan Argentina, hanya dengan menyebrangi jembatan sungai
Parana kita sudah tiba di negara Paraguay;
sedangkan menyebrangi sungai Iguassu sudah masuk ke Argentina.

Esok pagi kami menuju waterfalls yang letaknya tidak terlalu jauh
dari kota.
Suara gemuruh waterfalls sudah terdengar ketika kami turun dari bus
dan terlihat beberapa helicopter wisata beterbangan di kejauhan.
Berjalan sedikit dari tempat parkir bus, kami terpaku melihat peman-
dangan yang menakjubkan, disela-sela kehijauan pepohonan -
tampak didepan air terjun yang begitu lebar berderet-deret.
Sejauh kami menoleh kekiri dan kanan terlihat waterfalls yang begitu
lebarnya, bertingkat dan berderetan ter-putus2, airnya yang berwarna
kecoklatan terjun gemuruh menimbulkan uap putih yang melayang
tinggi.
Berbeda dengan pemandangan Niagara falls yang terasa "dingin"
karena sejauh mata memandang air melulu, maka Iguassu lebih enak
dipandang karena bersuasana hutan tropis yang hijau.
Kami berada di wilayah Brasil, dan air terjun di depan itu berada di
wilayah Argentina, jadi tepatnya air jatuh dari wilayah Argentina ke
wilayah Brasil, tidak ubahnya Niagara :
air jatuh dari sisi Amerika ke sisi Kanada.

Kebetulan saat kami datang debit air sungai sedang lumayan banyak
sehingga fallsnya cukup besar (saat adik saya Lanny kesitu kebetulan
sedang musim kering sehingga air terjunnya kecil-kecil saja).
Berbeda dengan Niagara yang terdiri dari dua buah falls yang tinggi
besar dan berada didaerah yang sudah dipoles/modern, maka Iguassu
yang tidak sebesar Niagara tapi begitu indah dan spektakuler karena
begitu panjang berderet-deret,
dibeberapa lokasi airnya tidak langsung jatuh ke dasar falls tapi ber-
tingkat, dan sekelilingnya masih berupa wilayah hutan yang masih
alami sekali.

Kami lalu menuruni tebing menuju sungai dikaki waterfalls, dan mulai
memakai jas hujan karena akan naik ke dermaga yang dibuat berkelok-
kelok dari pinggir sungai menuju ke kaki waterfall yang paling utama/
paling besar, yaitu Floriano fall.
Benar-benar pengalaman yang mendebarkan ketika kami berjalan
di atas dermaga yang dibuat menjorok dari tepian sungai menuju
ketengah sungai mendekati kaki air terjun yang begitu besar dengan
suara gemuruh air yang memekakkan telinga.
Uap air yang terbawa angin dari air terjun membuat kami kami basah
kuyup yang repot melindungi kamera saat mencari posisi yang bagus
untuk mengambil foto.

Setelah itu kami menuju pinggir waterfalls dimana ada sebuah anjungan
yang dibuat menjorok melayang dari lereng bukit menuju ke muka air
terjun,benar-benar satu pengalaman yang fantastis berada sedemikian
dekatnya dengan air yang terjun yang begitu besar itu.

Selesai berfoto-foto didermaga, kembali ke atas tebing dengan lift lalu
naik bus lagi untuk pergi ke seberang sungai yang merupakan wilayah
Argentina, untuk itu kami harus melewati perbatasan negara dan
pemeriksaan imigrasi.

Di sisi Argentina pemandangan tidak kalah fantastis, karena kalau tadi
disisi Brasil kami berada dibawah air terjun maka sekarang kami berada
di atas air terjun.
Kami berjalan di atas jembatan-jembatan kecil yang dibuat diatas bibir
sungai yang airnya persis akan terjun itu, jadi dari atas jembatan itu
kami bisa melongok kebawah falls melihat proses terjunnya air .
Sungguh pengalaman tak terlupakan melihat air sungai di bawah kaki
kami yang semula mengalir tenang lalu berubah bergelora terjun ke
bawah dari ketinggian itu.
Sayang sekali saat itu turun hujan sangat lebat, sehingga tidak me-
mungkinkan membuat foto-foto, padahal pemandangan dari sisi Argentina
tidak kalah spektakulernya dibandingkan sisi Brasil diseberang sana.

Sebagai pelengkap dari kunjungan tersebut, kami dibawa ke tepian
sungai Iguazu, pada posisi hilir dari air terjun.
Kami diberikan pelampung, memakai jas hujan lagi dan naik speedboat
karet kapasitas sembilan orang penumpang yang mempunyai mesin
yang bertenaga kuat , lalu ngebut menuju air terjun yang berjarak sekitar
10 menit perjalanan dengan boat itu.
Wah, bukan main serunya ngebut di sungai yang airnya deras berwarna
coklat keruh itu, saking kencangnya sampai terlonjak-lonjak karena
melawan arus air yang begitu deras.
Sesampai di waterfalls ternyata si pengemudi dengan jahilnya
mengarahkan boat begitu dekatnya dengan sebuah air terjun besar yang
bergemuruh ; keruan saja semua basah kuyup diguyur cipratan air dan
teriak-teriak senang campur deg-degan.
Setelah kembali dari petualangan yang aduhai itu, barulah si pemandu
wisata yang orang Brasil bilang bahwa sungai Iguassu itu ada buayanya.
Untung saja bilangnya belakangan - kalau saja sebelum naik boat ,
pasti istri saya keluarkan hak veto-nya.





Telaga Seafood Restaurant




Beberapa waktu lalu ada review di milis Jalansutra tentang Restoran yang terletak di tepi danau Modernland Tangerang.
Dan kebetulan saat kemarin makan siang disana saya bertemu pak Christian pemilik resto itu dan diberikan foto2 restorannya,
yang alamat lengkapnya :
Jl.Pulau Putri Raya Kav 1. No: 1 Kota Modern Tangerang
Telp : (021) 5529959. Fax (021) 5529965

Rujak Serut " Sabar Menanti " Ibu Kartini Tangerang.


terletak ditepi jalan ditengah kota Tangerang

Review-nya bisa dilihat di :
http://smulya.multiply.com/reviews/item/7

Rujak Serut " Sabar Menanti " - Ibu Kartini Tangerang.

Rating:★★★
Category:Other
Rujak Serut " Sabar Menanti" - Ibu Kartini Tangerang.

Jaman jalan tol Jakarta - Merak belum ada, bus antar kota
biasanya didaerah Balaraja mampir direstoran Padang yang
bernama "Suka Menanti" - nama yang simpatik sekali,
mengisyaratkan siap dan anthusias melayani pengunjung.

Tapi pilihan bu Kartini akan nama "Sabar Menanti" - cocok pula,
para pembeli yang datang harus siap mental pula untuk menunggu
cukup lama - karena jangan harap datang langsung dapat.

Terakhir saya kesana rupanya langkah kanan karena cuma ada
dua pelanggan yang sedang memperhatikan bu Kartini in action
didepan cobek raksasanya yang berdiameter setengah meter.

Asyik juga menonton dia bekerja, walau sendirian saja dan
sangat sibuk, tapi tetap ceria dan banyak bergurau.
Kerjanya sigap dan resik, kalau sampai tahap mengulek dia
menutupi cobeknya dengan tampah agar isinya tidak muncrat
berhamburan mengenai para penonton -
sehingga saya suka ledekin - Ketok Magic ni yee !!

Tersedia berbagai pilihan mulai Gado-gado, Karedok, Ketoprak,
tapi favorit istri saya adalah : Rujak Serut-nya.
Alasannya tentu karena sedapnya sungguh dahsyat, menurut istri
saya karena bu Kartini tidak memakai cuka seperti kebanyakan
tukang rujak lainnya - tapi buah asem kawak/yang sudah tua ,
dan terasinya pilihan pula sehingga sedap sekali.

Akhirnya sampailah giliran kami, bu Kartini mulai memasukkan
aneka buah2an segar keatas cobek,
ada yang dipotong ada yang diserut : jambu Air, jambu biji,
bengkuang, ubi merah, nanas, kedondong, pepaya mengkal,
mangga muda, ketimun , belimbing, pisang batu, anggur lokal -
pokoknya seisi Kebun Raya ada deh disitu.
Malah kalau lagi Hokkie ada juga buah langka seperti :
Buni, Jamblang dan Cereme.

Biasanya dia membuat sekaligus untuk sekian bungkus, dengan
harga 5000,-/bungkus.

Saat bu Kartini mengulek buah2an dengan campuran kacang tanah,
cabe, asem kawak, terasi, gula merah, garam -
tampak wajah penonton memelas yang tersiksa ingin cepat2
membawa pulang pesanan itu.
Kadang2 tertunda pula kalau ada tilpon masuk yang rupanya ingin
pesan dulu, yang tetap saja dilayani oleh bu Kartini dengan ceria.

Saat akan bayar, kalau ditanya - berapa Bu ?

Lima Juta !!, katanya.


Gado-Gado Ibu Kartini "Sabar Menanti"
Jl.Sukamanah V No: 36 Tangerang
Telpon : (021) 55799553.

Thursday, June 2, 2005

St.Andrew's Hotel - Nuwara Elliya Srilanka


tampak dibelakang pintu masuk ke hotel berlantai dua yang berada diketinggian dan dikelilingi pepohonan.

Hotel tua peninggalan kolonial Inggris di kota sejuk Nuwara Elliya dengan ketinggian sekitar 2000-an meter

Nuwara Elliya - kota sejuk peninggalan kolonial Inggris.


Perjalanan Srilanka - part 3 :

Nuwara Elliya : kota sejuk peninggalan kolonial Inggris.

Perjalanan berikut adalah dari Kandy ke kota Nuwara Elliya,
dipeta terlihat mengarah ke selatan dan tetap berjalan di-tengah2
pulau Srilanka yang konturnya pegunungan.

Candra (local guide) bilang kita akan mendaki dari ketinggian
Kandy yang sekitar 400 meter ke 2000-an meter, dan akan
melihat pemandangan seperti di Swiss katanya.

Seperti perjalanan sebelumnya, sekalipun  melalui jalan desa
yang lebarnya pas untuk dua mobil berpapasan tapi kondisi
jalan lumayan mulus, selain itu tidak terlalu banyak kendaraan
sehingga perjalanan lancar sekali.

Perjalanan memang terus mendaki, hanya sayang disisi jalan
terlalu banyak pepohonan yang membuat pemandangan ke
lembah agak terhalang.
Makin lama makin tinggi dan memasuki kawasan kebun teh.

Candra cerita bahwa dijaman penjajahan bangsa Inggris yang
suka minum teh itu, di import-lah orang2 Tamil dari daratan
India untuk dipekerjakan di kebun teh.
Memang sepanjang jalan mulai terlihat banyak temple Hindu. 

Saya tanya Candra, koq saya tidak bisa membedakan orang
Tamil dengan orang Sinhala, seperti sukarnya membedakan
mana orang India - Pakistan - Bangladesh.
(dalam hati saya : koq tampangnya sama seremnya).
Tadinya saya pikir bahwa kalau kulitnya lebih hitam mengkilat 
pastinya itu orang Tamil - ternyata bukan begitu.
Candra bilang, orang Sinhala Srilanka mirip sekali dengan
Tamil Srilanka, tidak bisa dilihat dari seberapa hitam kulitnya.

Kalau orang Tamil yang dulunya di-import dari India untuk
bekerja dikebun teh ini memang agak beda katanya -
kulitnya agak lebih hitam.
Yang pasti sih perempuan Tamil mudah dibedakan dari wanita
Sinhala karena perempuan Tamil pakai tempelan warna merah
atau hitam didahinya.

Perempuan Srilanka biasa memakai Sari, dan rata2 berambut
panjang, tapi tidak masalah kalau karena mengikuti mode ada
yang memotong pendek rambutnya.

Banyak terlihat pria Srilanka, khususnya dipedesaan memakai
sarung seperti di Indonesia.

Ada hal yang menarik yaitu banyaknya tempat2 ibadah sepanjang
jalan, memang sesuai dengan mayoritas penduduk yang beragama
Buddha maka kebanyakan terlihat temple dengan patung Buddha,
tapi kuil Hindu juga banyak, sesekali terlihat mesjid dan gereja.

Kami melihat juga sesekali ada restoran bertuliskan Chinese
Restaurant, tapi menurut Candra pengelolanya bukan orang Cina -
tak ada orang Cina di Srilangka katanya !
Saya heran mendengarnya, karena setahu saya orang Cina nyampe
kemana-mana, di Kairo juga ada koq yang buka restoran.
Tapi Candra menegaskan bahwa dia yakin tidak ada orang Cina
di Srilanka.

Menurut Candra, orang Tamil yang minoritas, justru banyak yang
lebih kaya dibanding Sinhala.
Hal ini karena orang Tamil biasanya memprioritaskan pendidikan
sehingga banyak yang bisa menjadi dokter atau pengacara yang
berpenghasilan sangat baik,
apalagi kalau pindah ke Inggris atau Singapore.

Akhirnya kami melewati tempat yang dibilang Candra seperti Swiss.
Tapi kalau saya pikir sih sama aja dengan melewati Puncak dengan
kebun tehnya, hanya memang sedikit lebih bagus karena banyak
terlihat air terjun.
Perkebunan teh itu memang sangat luas, dan terlihat dirawat dengan
seksama sekali.

Menjelang tengah hari  sampailah kami ke Ramboda -
didesa dengan ketinggian 3200 feet ini ada satu restoran dengan
view bagus kearah lembah dan air terjun.
Turun dari bus, lalu kami diangkut dengan mobil kecil menuruni
gunung menuju restoran yang dibangun dilereng yang lumayan curam.
Repot juga karena nantinya masih harus jalan kaki menuruni tangga
curam masuk ke restoran itu.
Tapi memang pemandangan dari restoran cukup bagus, sambil
duduk-duduk menunggu datangnya hidangan bisa menikmati view
cantik kearah dua buah air terjun di seberang lembah.
Salah satu yang lebih jauh berupa air terjun kembar -
yang lebih dekat tampak lebih besar dan tinggi ber-tingkat2.

Sayangnya, kembali makanan-nya lokal food yang nasinya "nyiksa"
karena "aneh" - bukan seperti nasi di Indonesia yang empuk agak
lengket satu sama lain, tapi berbentuk seperti butiran bulat2 kecil
yang tidak menempel satu sama lain.
Terpaksa dengan setengah hati nasi pera ini dimakan juga -
daripada perut masuk angin karena banyak ngomel.

Sebelum memasuki kota Nuwara Elliya, bus berbelok masuk
ke sebuah pabrik teh yang lumayan besar.
Kami ternyata diajak meninjau masuk ke pabrik dan sambil
jalan pelan2 dijelaskan proses  pengolahan daun teh itu yang
rupanya pakai fermentasi segala !!
Disana dijelaskan soal macam2 teh, kwalitasnya juga macam2
seperti BOP (Broken Orange Pekoe).
Teh yang baik adalah yang high grown (tumbuh diatas ketinggian
1200 meter dpl).

Kota Nuwara Elliya jaman dulu dibangun kolonial Inggris untuk
tempat peristirahatan - tempat sejuk setinggi 6181 feet itu memang
ideal bagi orang yang berasal dari daerah dingin.
Sebelum menuju hotel kami diajak keliling kota kecil kuno itu dulu,
bus berjalan pelan melalui lapangan Golf, dan berbagai bangunan
gaya Victoria yang antik2.
Rasanya seperti jalan didaerah Cipanas "tempo doeloe" -
udara sejuk, banyak pohon cemara dan rumah tua.

St.Andrew's Hotel tempat kami menginap ternyata hotel sudah
tua tapi cantik dengan lantai dari kayu, ada perapian, perabotan
dari kayu yang antik2.
Welcome drink-nya beda dengan di hotel yang lain : Teh !

Kamar kami dilantai dua juga sama antiknya, lantai-jendela-
lemari-pintu dari kayu yang tampak sudah tua.
Engsel pintu-nya  model "blo-on" karena kalau daun pintu terbuka
sedikit saja sudah ada celah cukup lebar antara daun pintu itu
dengan kusen-nya yang memungkinkan orang dari luar kamar
bisa melihat dengan leluasa kedalam kamar.
Ranjangnya mirip ranjang pasien rumah sakit model lama.
Dan kembali ada obat nyamuk, lilin + geretan, dan no TV !!,
haiyaaa !!

Mungkin orang Barat menyukai suasana nostalgik ini, tapi saya
sih justru merasa kurang nyaman dengan suasana serba kuno itu.

Dinner dan breakfast di ruang makan yang kuno sekali.
Ruangan tidak terlalu besar dan serba gelap, langit2nya terbuat
dari kayu warna merah coklat yang terkesan kuno sekali.
Perasaan saya sampai terasa sesak berada diruangan yang serba
muram itu.

Malam hari dingin sekali, dan terdengar diluar suara angin yang
bertiup keras menyapu pepohonan se-akan2 suara gemuruh
ombak di pantai - membuat perasaan makin terasa depresif.
Untungnya bisa tidur juga walaupun sesekali terbangun karena
dingin dan suara gemuruh angin diluar itu.

Untungnya lagi - kami cuma semalam disana, legaaa !!